Mohon tunggu...
Bryna
Bryna Mohon Tunggu... Tutor - Peminat sejarah dan budaya

Senang menulis tentang sejarah, seni, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam dan Ketertinggalan: Sebuah Refleksi atas Buku Ahmet T Kuru

22 Mei 2024   20:49 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:49 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan.

Akhirnya Sunni ortodoks dan dilembagakan dengan eksistensi Ulama-Negara memberikan legitimasi terhadap ulama "resmi" negara tersebut untuk meminggirkan atau mengenyahkan pemikiran-pemikiran ataupun pendapat yang dirasa tidak sesuai dengan diskursus ortodoksi tersebut secara legal karena negara juga punya andil terhadap kebijakan tersebut.

Kuru sendiri dalam bagian terakhir bukunya merekomendasikan agar umat muslim masa kini memerlukan perspektif baru dalam memandang politik dan pemerintahan. 

Refeksi Terhadap Konteks Indonesia

Buku tersebut menyajikan tahap berkembangnya pemikiran Islam dan  konsekuensinya hingga sekarang. Namun apakah hal ini dapat direfleksikan dalam konteks ke-Nusantaraan? Berbeda dengan dengan di daratan Asia yang dari awal kebangkitan Islam sampai pada abad ke-17 di mana Islam menjadi kekuatan besar di planet ini, masa kerajaan Islam di Nusantara cukup singkat karena munculnya kolonialisme Eropa. Nusantara sendiri baru "bergabung" dalam dunia Islam pada abad ke-13 (Samudra Pasai) dan secara geografis sangat jauh dengan tiga kekuatan Islam pada abad pertengahan, Ottoman-Savafid-Mughal.  Namun nampaknya tradisi aliansi Ulama-Negara dalam batas-batas tertentu direalisasikan oleh hubungan sultan-sultan Islam dengan Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga.

 Umat Islam, meskipun Islamic Golden Age runtuh pada abag ke-13 namun tetap berjaya dalam segi negara militer di bawah dinasti-dinasti yang berasal dari bangsa Turki. Ottoman di Timur Tengah dan sebagian Eropa, Savafid di Iran, dan Mughal di India. Namun pencapaian kekaisaran tersebut  lebih berfokus dalam bidang militer dan penaklukan wilayah yang warisannya untuk umat muslim dan juga umat manusia lebih singkat dari pada hasil-hasil intelektual warisannya lebih lama dan bahkan abadi.

Peta kekuasan bangsa Turki
Peta kekuasan bangsa Turki

Bila melihat Indonesia masa kini, saya sendiri meragukan eksistensi  lembaga persekutuan Ulama-Negar. Salah satu lembaga yang  erat dengan pemerintah, yaitu, MUI, nampaknya juga tidak terlalu memberikan legitimasi yang mengikat di zaman sekarang. Malahan ketika zaman orde baru Islam dicoba dikontrol oleh pemerintah, bukannya membentuk suatu afiliasi dengannya. Namun tetap saja di era ini raungan-raungan yang mengingin kan pesekutuan resmi ulama-negara dengan ortodox Sunni sebagai ideologinya tetap ada. Meskipun tidak sekuat di Timur Tengah. 

Salah satu argumen dari Kuru yang cukup membekas juga adalah bagaimana pemikir Islam sekarang lebih konsen terhadap memelihara tradisi dari pada memperbarui tradisi. Sebagai orang yang  awam dalam dunia pemikiran Islam, saya melihat ini ada benarnya juga, karena salah satu ulama yang mash kerap saya dengar dan menjadi rujukan yang namanya kerap diucapkan di ceramah dan karyanya terus dikaji adalah Al Gahazali yang hidup 900-an tahun yang lalu. 

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun