Mohon tunggu...
Bryna
Bryna Mohon Tunggu... Tutor - Peminat sejarah dan budaya

Senang menulis tentang sejarah, seni, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang-Orang Tua: Bagaimana Mereka Diperlakukan dalam Peradaban

29 Februari 2024   19:04 Diperbarui: 1 Maret 2024   02:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibuku (1941) karya Affandi (sumber: gni.kemdikbud.go.id)

Orang-orang dari kebudayaan lain seperti orang-orang Laap di Skandinavia utara atau Indian Ache di Amerika Selatan tropis dengan sengaja mengabaikan orang-orang tua atau yang sakit ketika kelompok tersebut berpindah perkampungan. 

Orang-orang Chukchi dan Yakut di Seberia dilaporkan melibatkan sang lansia untuk memilih atau didorong untuk melakukan bunuh diri dengan melompati tebing, berlayar ke laut, atau berusaha mati dalam pertempuran. Orang-orang tua Chuckchi yang secara sukarela memilih mati akan mendapatkan pujian dan mendapatkan tempat terbaik di alam baka. Di beberapa tempat adalah pembunuhan yang dilakukan tanpa konsen. Seperti yang dilaporkan di Indian Ache, di Paraguay.

Bila dalam masyarakat yang telah disebutkan di atas, para lansia dikucilkan karena tidak dianggap produktif dan berguna. Namun beberapa kebudayaan melihat para lansia justru sebaliknya. Menurut Diamond, mereka menyediakan jasa yang didapatkan oleh keterampilan dan pengalaman panjang dan tetap berkontribusi untuk komunitas. 

Misalnya seorang yang tidak sanggup lagi untuk berburu ketika masa tuanya tiba, mengalihkan perhatian mereka untuk berburu hewan-hewan kecil ataupun buah. Perempuan-perempuan tua Hadza di Tanzania mencari umbi-umbian dan buah-buah sekitar tujuh jam per hari untuk diberikan kepada cucunya. Setelah tidak bisa lagi mencari buah dan umbi pun mereka akan merawat para bayi.

Terdapat juga bidang-bidang seperti politik, agama, ataupun relasi yang semakin tua akan semakin ahli. Salah satu yang terpenting menurut Diamond peran lansia pada masyarakat tradisional adalah para lansia merupakan sumber pengetahuan. Mereka adalah ensiklopedia dan perpustakaan berjalan bagi komunitasnya. 

Terdapat suatu cerita yang menarik dari penulis Afrika-Amerika David Haley dalam artikelnya "Black History, Oral History, and Genealogy" ketika ia ingin menelusuri sejarah keluarganya yang merupakan mantan budak dari Afrika. Dalam dalam mencari identitas leluhurnya ia menggunakan metode sejarah lisan dan mencari sumber-sumber lisan. Ia pun akhirnya pergi ke Afrika  yang berujung pada pertemuannya dengan seorang yang paling tua bernama Kebba Kanga Fofana, seorang griot “sejarawan lisan ” yang berusia 73 tahun  dari tempat pedalaman Afrika.

Ia menceritakan bahwa klan Kinte (klan Alex Haley) berasal dari tempat yang bernama Mali Tua/ Old Mali. Lelaki dari klan Kinte alhi dalam pandai besi dan perempuannya adalah pengrajin dan penenun. 

Hal yang membuat Alex terkejut atas cerita orang tua tersebut selama berjam-jam adalah ketika orang tua itu bercerita tentang prajurit Inggris datang dan membawa seorang bernama Kunta Kinte yang ketika itu pergi untuk menebang pohon dan tidak pernah terlihat lagi.

 Ternyata, cerita itu adalah cerita yang telah didengar di teras depan rumahnya ketika ia masih kecil berulang kali yang juga diceritakan oleh keluarga-keluarganya yang bercerita tentang sejarah keluarga mereka. Orang itu, Kunta Kante, yang dibawa oleh Inggris, pernah ada dalam percakapan keluarga Alex. Alex mengetahui silsilah keluarganya berdasarkan lansia yang berjasa sebagai eksikopedi sejarah lisan dalam komunitasnya.

Ibuku (1941) karya Affandi (sumber: gni.kemdikbud.go.id)
Ibuku (1941) karya Affandi (sumber: gni.kemdikbud.go.id)

Di Indonesia kita mengenal dengan istilah  atau gelar kiai yang biasanya disandang bagi seorang yang tidak muda dan lansia. Kiai merupakan  guru agama dan pemimpin dalam komunitas pesantren karena itu  lantas menjadi sosok yang paling dihormati di pesantren. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun