Mohon tunggu...
Bryna
Bryna Mohon Tunggu... Tutor - Peminat sejarah dan budaya

Senang menulis tentang sejarah, seni, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keresahan Netizen Indonesia: antara Rohingya dan Israel

28 Desember 2023   20:16 Diperbarui: 28 Desember 2023   20:16 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klarifikasi oleh akun resmi UNCHR (sumber: https://www.instagram.com/p/C0nTcC9Pau0/?img_index=1)

Kemarin terjadi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di Aceh atas para pengungsi Rohingya yang belakangan kerap diberitakan kembali.  Sebelumnya sikap negatif dan kebencian ini  belum termanifestasikan hingga aksi nyata, tetapi hanya di  media sosial. Dapat dilihat bahwa sikap yang berawal dari kerasahan warganet  akhirnya menjadi  salah satu faktor yang menjadi  bensin dalam demonstrasi kemarin. Dalam demonstrasi kemarin, kita diperlihatkan oleh aksi yang kurang etis dari teman-teman terpelajar kita. Terdapat cuplikan video di mana mereka "menggeruduk" para pengungsi yang merupakan perempuan dan anak-anak hingga mereka histeris. Berbagai komentar di media sosial yang memperlihatkan aksi tersebut banyak bernada positif dan mendukung. Netizen melihat bahwa tindakan tersebut sebagai tindakan heroik, cinta tanah air, serta nasionalis.  

Belakangan ini memang permasalahan pengungsi Rohingya  yang berasal dari Myanmar di Aceh kembali menjadi fokus warganet Indonesia. Pasalnya, keberadannya mereka kali ini tidak diterima dengan baik orang warga Aceh dikarenakan terdapat pengalaman yang tidak menyenangkan. Tidak lama setelah pemberitaan tersebut, netizen Indonesia mulai mengungkapkan ketidak sukaannya terhadap para pengungsi di berbagai jenis platform online seperti Instagram dan Tiktok.

Kejadian pemberitaan dan viralnya pengungsi Rohingya bertepatan ditengah konflik Israel-Palestina yang dimulai kembali setelah aksi perlawanan Palestina  terhadap Israel yang dimulai pada 7 Oktober. Netizen Indonesia kemudian dihadapkan kepada dua pemberitaan besar. Pemberitaan nasional berupa pengungsi Rohingya dan internasional berupa konflik Palestina-Israel. 

Beberapa netizen indonesia melihat kasus pengungsi Rohingya serupa dengan kedatangan bangsa Yahudi di Palestina yang pada akhirnya mengusai daerah pengungsiannya. Netizen beranggapan bahwa bila pengungsi Rohingya dibiarkan mengalir,  suatu saat Indonesia, untuk saat ini Aceh, bisa menjadi Palestina jilid dua.

Sumber: https://www.tiktok.com/@gadihsumbar07/video/7309417524221807878
Sumber: https://www.tiktok.com/@gadihsumbar07/video/7309417524221807878

Sumber: https://www.tiktok.com/@angkymauladhi/video/7309359183659535621
Sumber: https://www.tiktok.com/@angkymauladhi/video/7309359183659535621

Hal tersebut tentu saja sebenarnya berbeda dalam konteks historis. Kaum Yahudi sebelum melakukan migrasi besar-besaran ke Palestina merupakan kaum menengah di Eropa dan Amerika.  Di  Jerman  misalnya, sebelum masa Adolf Hitler  berkuasa (pada 1930-an),  60% kaum Yahudi di Jerman adalah pedagang. Sisanya bekerja di industri dan bahkan menjadi pegawai negara. Sangat berbeda dengan masyarakat  Rohingya  yang secara sistem didiskriminasi secara pendidikan dan ekonomi oleh pemerintah Myanmar dan bahkan tidak diakui keberadaannya. 

Dalam sejarah, kita bisa melihat bagaimana beberapa tokoh cedekiawan dunia merupakan seorang Yahudi seperti Sigmud Freud (bapak psikoanalisis) sampai Albert Einstein, sedangkan kita mungkin harus menelusuri internet dan buku-buku untuk mengetahui tokoh-tokoh dunia dari etnis Rohingya. Agenda zionisme yang merupakan rencana intelektual dan terencana, berbeda dengan orang-orang Rohingya yang meninggalkan Myanmar karena alasan pragmatis akibat persekusi oleh pemerintah di negaranya.

David Ben-Gurion memproklamirkan kemerdekaan di bawah potret Theodor Herzl, pendiri zionisme   (sumber: commons.wikimedia.org)
David Ben-Gurion memproklamirkan kemerdekaan di bawah potret Theodor Herzl, pendiri zionisme   (sumber: commons.wikimedia.org)

Selain itu, juga terdapat rasa keresahan bagaimana orang-orang Rohingya diperlakukan di Indonesia. Di beberapa video di media sosial di mana para pengungsi mendapatkan makanan yang layak, terdapat beberapa komentar dari netizen bahwa mereka harus bekerja keras agar bisa makan.

(Sumber: https://www.tiktok.com/@barakcodam/video/7307638242747141382)
(Sumber: https://www.tiktok.com/@barakcodam/video/7307638242747141382)

Serangan demi serangan pun diluncurkan netizen Indonesia kepada  lembaga pengungsi PBB, UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees).  Akun media sosial UNHCR baik perwakilan Indonesia maupun  pusat  beramai-ramai diserang oleh netizen Indonesia yang murka terhadap kedatangan pengungsi Rohingya. Beberapa komentar meminta agar UNHCR dibubarkan.

Bukan hanya akun lembaga yang menjadi sasaran netizen,  akun pribadi Thomas Vargas , selaku perwakilan UNHCR di Indonesia dan bahkan aktivis kemanusiaan Usman Hamid turut diserang karena pendapatnya tidak disukai. Sentimen kebencian diperparah lagi oleh akun-akun media sosial yang menyebarkan informasi salah dan menyelut amarah netizen. 

Bahkan, ada yang iseng membuat akun Tiktok bernama UNHCR INDONESIA untuk menyebarkan hoax. Bahkan, seorang yang punya nama besar seperti komika Marshel Widianto turut meramaikan permasalahan ini dengan menyebut Rohingya menjajah lewat jalur kasihan.

Klarifikasi oleh akun resmi UNCHR (sumber: https://www.instagram.com/p/C0nTcC9Pau0/?img_index=1)
Klarifikasi oleh akun resmi UNCHR (sumber: https://www.instagram.com/p/C0nTcC9Pau0/?img_index=1)
Sentimen kebencian ini harus segera dihentikan dan dihindari karena bisa menjurus kepada konflik yang lebih serius lagi atau bahkan menjurus kekerasan. Pemerintah dan lembaga yang bertanggung jawab pun harus mencari solusi yang paling humanis, sesuai sila kedua Pancasila "kemanusiaan yang adil dan beradab", perihal permasalahan pengungsi Rohingya agar gesekan  dalam masyarakat dapat dihindari. Palestina  juga harus didukung karena tengah melawan kekuasaan kolonialisme dan pembersihan etnik yang dilakukan Israel sejak Nakba pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun