Clachieka Wilovia Defarensha (23010400178)
Pengantar Ilmu Komunikasi
Dosen pengampu Ilmu Komunikasi : Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikÂ
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Era digital saat ini kita menjadi saksi perubahan gaya komunikasi. Globalisasi tidak bisa dihindari, ternyata perkembangan teknologi pada media sosial juga memicu permasalahan terhadap psikologis manusia (Haniza, 2019). Ketidakseimbangan yang diciptakan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan menjadi perhatian besar bagi orang tua, peneliti dan masyarakat mengenai kesehatan mental individu (Singh et al., 2020).
Hadirnya teknologi sebagai penunjang keberlangsungan hidup manusia di masa sekarang. Teknologi pada awalnya dibuat masih comen atau biasa (Haniza, 2019). Seiring berkembangnya teknologi juga berdampak terhadap setiap aspek kehidupan termasuk psikologis setiap manusia. Keadaan psikologis individu terlihat dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat (Rosmalina & Khaerunnisa, 2021). (W. Utami et al., 2017) memberikan pandangan bahwa psikologis seseorang dalam kepribadian dipengaruhi lingkungan sosial dan psikososialnya.
Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup (UGM, 2021). Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang lebih baik dimasa mendatang (Larissa, 2020). Sedangkan masalah kesehatan mental diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Masalah kesehatan mental yang banyak dialami remaja adalah masalah pertemanan. Media sosial memainkan peran penting dalam kehidupan individu. Itu memengaruhi kehidupan pribadi kita dan membuat ledakan besar budaya, ekonomi, dan kesejahteraan kita. Ini menyediakan platform di mana orang dapat bertukar ide, terhubung, berhubungan, mencari saran, dan memberikan bimbingan. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri.
Gangguan mental pada remaja dapat mempengaruhi kondisi pikiran, perasaan dan mood seseorang. Selain itu, gangguan mental juga berpengaruh terhadap fungsi sehari-hari individu dan kemampuan individu tersebut dalam berinteraksi dengan orang lain, penggunaan obat-obatan terlarang bahkan apabila tidak ditangani gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan kejiwaan / skizofrenia.
Hubungan media sosial terhadap kesehatan mental karena hadirnya media sosial membuat mereka merasa bahagia karena mengikuti perkembangan zaman, mereka mengaku bahwa dengan memiliki media sosial dapat mempermudah informasi untuk dikonsumsi dalam pelajaran dan pengetahuan, informasi dari lingkungan sekolah, teman dan keluarga. Namun mereka sadar bahwa media sosial pula menjadi penyebab mereka untuk mencari eksistensi terutama fashion, tampil terlihat keren dan memiliki eksistensi ini justru menjadi sebab para siswa saling bersaing menunjukan bahwa mereka paling keren untuk diakui dengan memposting di media sosial sehingga mereka akan terdapat stress, faktor lainnya seperti keharmonisan keluarga teman dengan adanya media sosial banyak moment keluarga untuk di publikasikan media sosial, saat itu pula terdapat kesepian, kecemasan sampai depresi untuk siswa yang tidak merasakan hal tersebut, selain itu faktor pasangan menjadi sebab mereka merasa kesepian ketika melihat temannya memposting hubungan. Meskipun sebagian siswa menyadari bahwa mereka hal itu tergantung pada pribadi masing-masing siswa dalam bijaksana menggunakan media sosial. Sebagian lagi merasa bahwa hadirnya media sosial ketika di konsumsi berlebih membuat mereka terkenan. Meskipun terdapat banyak konten sehat seperti podcast education, namun mereka lebih dominan untuk menggunakan media sosial sebagai komunikasi. Semakin lama durasi remaja bermain media sosial, akan berpengaruh terhadap kesehatan mental, ini dikarenakan remaja akan fokus dengan dirinya atau dunianya sendiri dan menyebabkan kecanduan menggunakan media sosial.
Teknologi di era teknologi yang canggih ini, masyarakat tidak lagi hanya berinteraksi dengan orang lain secara langsung, tetapi juga masyarakat bisa berinteraksi secara tidak langsung, yaitu dengan hadirnya teknologi media sosial. Media sosial merupakan media internet yang memberikan kemudahan pada penggunanya untuk berinteraksi dengan orang lain dan membentuk sebuah ikatan dengan orang lain secara online atau secara virtual. Selain dapat memberikan efek kuat bagi perilaku penggunanya, media sosial juga dapat menimbulkan masalah pada kesehatan mental. Di antaranya adalah gangguan kecemasan dan depresi sehingga menjadikan kesehatan mental penggunanya menjadi terganggu. Namun ada cara untuk menanggulangi kecanduan media sosial, dengan cara membatasi penggunaan media sosial, mencari informasi selain dari media sosial, mencari kegiatan yang positif, menggunakan media sosial dengan bijak, lepas dan hapus aplikasi media sosial.
Yasipin, Y., Rianti, S. A., & Hidaya, N. (2020). Peran agama dalam membentuk kesehatan mental remaja. Manthiq, 5(1), 25-31.
Rosmalina, A., & Khaerunnisa, T. (2021). Penggunaan Media Sosial dalam Kesehatan Mental Remaja. Prophetic: Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal, 4(1), 49-58.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H