Mohon tunggu...
Citra RizkyAngelita
Citra RizkyAngelita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area

Suka membaca dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Ipar adalah Maut, antara Hiburan dan Pemicu Trauma

9 Juli 2024   16:15 Diperbarui: 9 Juli 2024   16:35 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dirilis, film "Ipar Adalah Maut" terus menjadi bahan perbincangan oleh para penonton di dunia nyata dan di media sosial serta para kritikus film. Mengangkat tema perselingkuhan dan trauma pasangan, film ini dengan berani menyingkap realitas kelam yang seringkali tersembunyi di balik dinamika keluarga. Opini publik di media sosial beragam, mulai dari simpati hingga kritik tajam terhadap karakter dan plot yang disajikan.

Grid.ID
Grid.ID

Dalam era digital ini, media sosial menjadi cerminan opini masyarakat yang langsung dan tanpa filter. Banyak warganet yang merespon dengan membagikan pengalaman pribadi mereka terkait perselingkuhan, mengidentifikasi diri dengan karakter yang terjebak dalam situasi yang sama. Beberapa penonton menyatakan bahwa film ini membuka luka lama, mengingatkan mereka pada trauma yang pernah mereka alami akibat pengkhianatan pasangan.

tiktok/@hellocansgirl
tiktok/@hellocansgirl

Berikut ini dapat dilihat melalui salah satu unggahan video dari akun TikTok @hellocangirls. Dalam cuplikan video TikToknya, berisi pernyataannya tentang kondisi kesehatannya disaat ia menonton film ini, "org gila mana yg lagi sakit gerd anxiety malah ke bioskop nonton ipar adalah maut, dan di pertengahan film dada sesak dan gemetaran (dengan emotikon menangis)" ujarnya pada 14 Juni 2024.

Di sisi lain, ada pula suara-suara yang mempertanyakan penggambaran dalam film ini. Mereka merasa bahwa narasi perselingkuhan dalam keluarga, terutama yang melibatkan ipar, terlalu ekstrem dan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak perlu. Namun, tidak dapat disangkal bahwa "Ipar Adalah Maut" berhasil memicu diskusi mendalam tentang kesetiaan, kepercayaan, dan dampak psikologis dari perselingkuhan.

tiktok/@silla07_
tiktok/@silla07_

"saya nonton 2 X dan seluruh penonton gregetan dan histeris pada adegan2 tertentu?" ujar akun @haihaloholaloha pada 25 Juni 2024.

tiktok/zoise2
tiktok/zoise2

Adapun komentar lain dari netizen yang saling bertukar balasan di kolom komentar di konten akun tiktok lain, yakni @silla07_. Mereka mengungkapkan keinginannya untuk menonton, namun hal lain membayangi ketakutan mereka. "Pgen nonton tp takut trauma datang lg (dengan emotikon sedih)" ujar akun @adulsiegialgiul00, disambung oleh komentar lain yang mengatakan "Jgn. Kewarasan lebih penting. Berdamai yg sudah terlewat" oleh akun @chintya.noor dan komentar-komentar lainnya yang menyerukan perasaan yang sama (pada 25 Juni 2024).

Film ini juga memancing debat tentang etika dan tanggung jawab pembuat film dalam menggambarkan situasi yang sensitif. Sebagian warganet mengapresiasi keberanian sineas dalam menyentuh isu tabu, sementara yang lain mengkhawatirkan dampak negatif yang mungkin timbul, terutama bagi penonton yang rentan atau pernah mengalami trauma serupa.

"Ipar Adalah Maut" bukan sekadar hiburan; ia menjadi cermin bagi masyarakat untuk bercermin dan berdialog tentang realitas pahit yang sering dihindari. Di tengah sorotan media sosial yang intens, film ini mengingatkan kita bahwa cerita fiksi bisa menjadi katalis untuk perubahan nyata dalam pemahaman kita tentang hubungan dan kepercayaan.

Dengan demikian, "Ipar Adalah Maut" tidak hanya menawarkan drama yang menegangkan, tetapi juga membuka ruang bagi refleksi dan diskusi yang mendalam di antara penontonnya. Seiring dengan berjalannya waktu, bagaimana pada akhirnya, Film "Ipar Adalah Maut" membuktikan bahwa film bisa menjadi alat yang kuat untuk memulai percakapan mendalam tentang isu-isu yang sering kali dihindari. 

Dengan segala kontroversi dan dampaknya, film ini mengingatkan kita akan kekuatan sinema dalam merefleksikan dan mempengaruhi kehidupan nyata. Seiring waktu, bagaimana masyarakat akan terus merespon dan kisah ini menjadi hal yang menarik untuk diikuti karena akan terus mempengaruhi opini publik dan wacana sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun