Menurutku teman-teman lulusan pendidikan anak usia dini (PAUD) harus lebih "jelih" lagi dalam mengintervensi perkembangan peserta didik apalagi jika sekolah kamu adalah sekolah penyelenggara pendidikan inklusi(SPPI). Kamu diminta "lebih peka", dan cepat memutuskan tindakan untuk peserta didik kamu. Alhamdulillah, dalam konteks sekolah TPP Al Firdaus memiliki Guru Pendamping Khusus (GPK). Namun, tidak dapat dipungkiri guru kelas juga perlu memantau perkembangan peserta didik "istimewa" ini, dan berkonsultasi dengan GPK untuk membuat program pembelajaran atau media pembelajaran yang tepat berdasarkan karakteristik peserta didik.Â
Semakin cepat dilakukan identifikasi, dan asesmen di usia dini maka, kita semakin cepat dapat 'membantu' peserta didik apalagi kalau peserta didik Autis. Mereka butuh cepat diberikan kebutuhan terapi, semakin cepat bapak, dan ibu guru PAUD mengidentifikasi maka, makin baik untuk keberlangsungan kebutuhan belajar peserta didik tersebut, apalagi jika sekolah kamu belum ada GPK nya. Lebih perlu 'jelih', dan gesit, ya.
Tentang Penulis:
Mereka adalah Tim guru-guru dari TPP Al FIrdaus yang sepenuh hati menyayangi peserta didiknya, dan ingin sharing  seputar pengalaman mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah mereka. TPP AL Firdaus merupakan pelopor sekolah berbasis Inklusi di Kota Solo. Keistimewaan masing-masing Peserta didik menjadi penyemangat bagi guru-guru untuk menuliskan dalam bentuk kisah inspiratif. Kompilasi cerita dibuku ini merupakan wujud kepedulian, dan kekaguman para guru dalam proses menemani tumbuh, dan kembang menjadi pribadi yang lebih bermakna.
Penilaian Penulis Mengenai Cerita Ini :
Kelebihan : buku ini berjumlah 150 halaman, aku butuh dua hari untuk selesai membacanya dengan nyambi kegiatan lainnya. Setiap bab diawalin dengan Qoutes yang menurutku jadi nilai tambah buku ini. Disetiap akhir paragraf cerita, ada saja kesan guru berupa teriring doa untuk anak didik tercintanya anak"istimewa" mereka. Beberapa part  cerita, aku temukan guru tidak memberikan pelabelan secara terang-terangan akan klasifikasi anak berkebutuhan khususnya, tapi kepada bagaimana strategi guru PAUD ini menyiapkan kebutuhan belajar peserta didik di kelas TK A/TK B/ playgroup. Menurut sudah tepat, sebab apapun pelabelan atau paradigma yang berlaku, tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa kita sebagai mau bagaimanapun peseeta didik tanggung jawab kita untuk diberi pelayanan pendidikan yang tepat. sembari kita terus 'memupuk ilmu;, dan memiliki kerendahati untuk menyadari 'diatas langit masih ada langit, dan terus harus mau belajar pada semua orang seperti anak kecil, petani, dan buruh atau siapa pun'. Mereka yang dapat memberi kita ilmu kehidupan, serta terus berdoa pada yang Maha Bijaksana, untuk menuntun kita terus belajar.
Kekurangan, kurang menjelaskan part  guru PAUD berkonsultasi dengan GPK secara detail. Padahal sekolah TPP ini memiliki GPK, menurutku kenapa tidak di sharing  juga peran masing-masing antara guru PAUD, dan GPK di sekolah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H