Mohon tunggu...
Citra Rahmah Putri
Citra Rahmah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PPG Prajabatan Prodi Pendidikan Khusus UPI I Guru Pendidikan Khusus I

Bismillahirrahmanirrahim. Suka membaca artikel yang tema/materi menarik versi ku dan belajar dari mendengarkan cerita orang-orang disekitarku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kolerasi Pendidikan, dan Pemerataan Aliran Listrik di Daerah Terpencil

8 Juli 2022   16:00 Diperbarui: 10 September 2022   16:04 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1.1 Sumber : https://id.pinterest.com/pin/

Bismillahirrahmanirrahim.

Kolerasi Pendidikan, dan Pemerataan aliran listrik di daerah terpencil

Sebuah tulisan yang tertuang karena  keresahan dalam diri. Anggaplah ini sebuah diarysebab hanya opini

Edit : Akan aku perkuat dengan data, sementara ku tuliskan dulu yang jadi keresahan ini. Selamat membaca, dan membudayakan membaca, dan menulis ya. Semangatt.

Pendidikan tanpa akses listrik. 

Di daerah-daerah khususnya, askes listrik itu sangat berguna bagi mereka untuk mengakses informasi. Sebuah kasus yang ku temui di desa MT di Kabupaten Bengkulu, ketika seorang anak ingin melanjutkan pendidikan perguruan tinggi, tetapi terhalang orang "biaya" katanya sih. padahal sudah ada berbagai beasiswa yang ditawarkan sejak jenjang SMA/SMK atau saat Ia masuk perguruan tinggi. Menurutku hanya tinggal dia ingin "berusaha mengakses informasi" terkait beasiswa, dan adanya support system untuk individu tersebut.

Kasus pertama, ada peserta didik yang mau sekolah, tapi orang tua tidak ada biaya, dan tidak berupaya membantu anaknya mencari informasi tentang beasiswa tersebut. Sepatutnya, sefitrah orang tua, harus terus memberikan saran, dan kritikan yang membangun untuk anaknya sampai nafas terakhirnya. mengupayakan yang terbaik untuk "permata hatinya".  Kasus kedua, orang tua berusaha sekuat tenaga ingin menyekolahkan anaknya, tahan "mengutang sana sini" demi anaknya, tapi mirisnya anaknya "tidak berpikir perjuangan mereka". Lantas anak tidak mencari informasi terkait beasiswa, dan tidak ada rencana hidup bagi dirinya. Alhasil kalau di daerah jadinya nikah muda, dan jadi ibu rumah tangga tanpa penghasilan yang tetap.

Menyikapi kasus kedua, ku himbau jangan sampai kita seorang anak tidak berusaha "mandiri", berpangku tangan menjadi "fakir miskin" pada suami/istri/orang tua kita. Jangan selalu jadi pihak yang"menerima", baiknya menurutku jadilah orang yang memberi selalu. Bisa dengan memberi/sharing ilmu, pengalaman, dan skill dirimu. kamu akan ibu/ayah yang sepatutnya menjadi "madrasah pertama" anak kamu kelak. Sebaiknya mengupaya terus menerus memper"kaya" diri dengan keilmuan, dan pengalaman.

next?

Menyerukan perubahan dalam pendidikan tanpa  individu tersebut suka menyimak, membaca, dan menulis. Itu sama saja dengan kebohongan yang nyata. Kalau diibaratkan peribahasa menurutku seperti ini "tong kosong nyaring bunyinya". Bergerak sendiri tanpa berkolaborasi dengan rekan beda bidang sama aja capek psikis, gais. Jangan, jadi pribadi yang berlarut-larut  meng"kambing hitam"kan orang lain, menyalahkan zaman/massa, menyalahkan lingkungan akan keadaan yang dihadapi. Sadari, terima, dan syukuri keadaan mu. 

Mulai sesuatu yang baik, walaupun  memulai itu suatu tahapan yang berat, susah, banyak kritikan, dan lainnya. Mulai dulu, coba dulu lalu refleksikan, renungkan. Evaluasi apa yang kurang, atau belum tepat. Jangan menunggu orang lain, jangan mengharap manusia. sebab jika mengharap manusia, kamu hanya akan dapat "Kecewa".  Kalau engga percaya, buktikan aja hehe.

 Jangan mengharap suatu organisasi atau komunitas itu memberikan mu, apa yang kamu mau, alhasil kamu akan kecewa, dan dikecewakan lagi. Emosi marah, dan sedih akan bercampur menjadi kecewa. Walau berat, walau tak mudah, coba jadi pihak yang memberi. Beri ilmu mu, sharing pengalaman mu. 

Jadilah individu yang selalu rendah hati, kamu, kita harus menyadar banyak hal yang kita belum ketahui. RendahHatilah. ada yang lebih dari diri kita dari segi ilmu, materi, dan lainnya. RendahHatilah, untuk mau belajar dari yang muda yang masih “hijau”,  belajar dari petani, buruh, anak-anak kecil juga ya.

Semua manusia diberi pemahaman yang beragam sama Allah, berbagai perspektif yang beragam menyikapi suatu hal sebab itu kita perlu sharing dengan yang lain. Sejatinya manusia itu makhluk Penyayang, dan berkeinginnan untuk terus bermanfaat. Memperbaharui ke"ilmu"an terus menerus dari orang lain, dan pengalaman. Berusaha, bersyukur, dan berdoa terus sama allah, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun