- Ringkasan buku
Buku Filosofi Teras atau stoisisme karya Henry Manampiring menceritakan tentang bagaimana para filsuf Stoa memaknai masalah atau peristiwa dengan filosofi ini. Filsafat yang bertujuan memberi ketenagan dan pembebasan dari emosi negative. Filsuf stoa beragam mulai dari kaisar, pedagang dan politisi. Tokoh terkenal filsafat ini salah satunya Kaisar bernama Marcus Aurelius yang tiap hari selalu menyempatkan diri untuk menulis jurnal dirinya sendiri. Menurut Tokoh di Indonesia yang menerapkan filosofi ini adalah Alm. B.J. Habibie dengan Beliau yang selalu mengatakan Fakta, Masalah dan Solusi, hehe.
Filsafat ini menjelaskan bahawa ada yang Bisa dikendalikan dan Tidak bisa dikendalikan oleh seseorang. Pembaca akan sering mendengar kata dikotomi kendali dan trikotomi kendali. Selain itu di buku terdapat istilah mental constrasting; yaitu menggabungkan positive thinking (membayangkan hasil yang diharapkan telah dicapai), dengan memikirkan hambatan-hambatan apa saja yang akan ditemui. Kemudian, jika pembaca merasa khawatir, cemas, atau muncul negative thinking maka segera gunakan strategi S-T-A-R (stop, think&assess, respond). Lalu temukan fakta masalah dan segera cari solusinya, gunakan kekuatan dan waktumu dengan efisien.
- Analisis buku
Buku ini menekankan ada hal BISA dikendalikan dan Tidak bisa dikendalikan. Semua pemikiran, persepsi dan pertimbangan pribadi merupakan suatu hal yang BISA dikendalikan. Saya merasa bahwa ajaran filosofi stoa ini terinspirasi dari Sunnah Rasullulah Muhammad SAW. Â seperti contoh di buku ketika berhenti membuang energy dan waktumu untuk rasa mengeluh, mendumel, kesal pada suatu hal yang sepele. Diperkuat dengan perumpamaan dalam islam bahwa waktu adalah pedang yang jika tidak digunakan secara efisien dan efektif akan menusuk penggunanya sendiri.
Kemudian larangan jangan pasrah akan nasib, tetapi mencoba berusaha sebaik mungkin dengan mencari solusi sesegera mungkin. Menyikapi emosi negatif dengan berpikiran tenang dan gunakan nalar atau pikiran yang jernih, tidak tersulut emosi yang menggebu-gebuh karena emosi hanya mendatangkan perkara yang kurang baik.Â
perumpaan lainnya adalah ketika orang tua akan menerapkan ilmu parenting. Orang tua harus menyadari bahwa Mereka Tidak Sempurna sebagai orang tua, dan Anak Tidak Sempura seperti yang kamu inginkan. Jika emosi negative muncul, maka jangan pernah menagih investasi yang telah diberikan selama ini kepada anak. Sewajarnya dalam Agama dan filsafat ini menjelaskan bahwa orang tua memang memiliki fitrah mencintai anaknya. Jangan mengharapkan apa yang TIDAK bisa kita kendalikan SEPERTI perasaan kasih sayang anak kepada orang tuanya kelak.
 Kemudian kematian yang akan datang pada siapapun dan kapanpun, selaras dengan ajaran agama bahwa setiap orang akan menemui kematian jadi tenang dan hadapilah dengan bekal kesiapan pahala yang sudah kamu persiapan di Dunia Fana.
KelebihanÂ
- Menyajikan tentang filsafat stoisisme dengan pemberian Analogi pada setiap penjelasan peristiwanya.
- Kemudian memberikan Ilustrasi Gambar yang mudah dipahami.
- Â Memberikan Data pendukung berupa Hasil Wawancara dan Hasil Grafik Survei Kekhawatiran yang semakin meyakinkan pembaca.Â
- Setiap bab terdapat Intisari yang jika pembaca lupa akan point penting tidak perlu membalik ke halaman sebelumnya.
Kekurangan
- Menurut saya, buku ini kurang menambahkan keberhasilan orang lain dalam simulasi penggunaan teknik S-T-A-R untuk mengatasi emosi negatif yang muncul salama satu minggu. Â
- Pada Bab sembilan, penulis kurang melengkapi dengan wawancara dari pakar pendidikan seperti guru dalam hal parenting yang bisa diterapkan di Silsafat Stoisisme. Menurut saya, harusnya dilengkapi dengan wawancara pendidik agar dapat mendukung data penerapan Filsafat Stoa pada anak khususnya pada Peserta Didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H