Mohon tunggu...
Citra Racindy
Citra Racindy Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pendidik, Aktivis

Indahla dengan iman, pengetahuan dan moral.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

WIB : Waktu Indonesia Berliterasi

27 Desember 2024   03:30 Diperbarui: 27 Desember 2024   02:51 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengelolaan perpustakaan yang di desain ramah anak dan tidak membosankan juga bisa menjadi alternatif untuk meningkatakn literasi peserta didik untuk mau berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan yang dengan desain seperti ruang kerja akan sangat membosankan untuk generasi alpha. Di cat dengan penuh warna yang meningkatkan gairah mereka agar betah di ruangan tersebut. Kursi yang estetik juga mampu membuat peserta didik betah untuk berkunjung ke perpustakaan dan terakhir adalah membiasakan peserta didik untuk mengerajakan tugas mencari referensi dari buku yang ada di perpustakaan bukan dari internet. Buku yang ada di perpustakaan juga harus disesuaikan dengan jenjang baca peserta didik dan dilengkapi dengan buku ilmiah sebagai referensi tugas. Tidak hanya buku paket yang tebal saja.

Lingkungan masyarakat yang sangat memengaruhi pola pikir dan kebiasaan peserta didik juga harus bekerja sama untuk bisa menciptakan budaya literasi yang meningkat. Teman sepermainan peserta didik banyak yang mengajak melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti bermain game online. Game online ini sudah sangat menjadi bagian hidup dari generasi alpha. Kesenangan mereka sudah di gantungkan dari bermain game online yang lebih banyak dampak negatifnya seperti merusak mata dan juga membuang waktu dengan sia-sia. Padahal ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan peserta didik seperti belajar bersama, dan mengerjakan tugas rumah bersama.
 
Mengajak Peserta didik Menulis Buku
 
Menurut Lenang Manggala cara terbaik untuk menanmkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena seorang penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir dan tentu saja menulis serta berkreasi. Dari pendapat diatas, artinya upaya dalam meningkatakan budaya membaca adalah dengan menjadikan peserta didik sejak dini menjadi seorang penulis. Seseorang yang dipaksa untuk menulis maka dia secara tegas juga dipaksa untuk membaca. gerakan menulis buku untuk peserta didik bisa dilakukan dengan sederhana mulai dari buku antologi sampai pada buku tunggal. Tidak harus menulis artikel ilmiah yang bagi mereka adalah hal yang menakutkan, Cukup dengan memberikan mereka kesempatan untuk menulis cerpen dan menulis puisi.

Seseorang yang sudah dilibatkan dalam menulis akan menciptakan rasa senang membaca. karena seorang penulis membutuhkan banyak referensi bacaan yang dibutuhkan untuk mendukung tulisan-tulisannya. Sehingga secara tidak langsung kegiatan menulis bisa menumbuhkan minat baca peserta didik itu pula. Seseorang yang suka menulis juga akan selalu haus informsi. Dan infromasi diperoleh dari proses membaca. Tak hanya membaca buku sebagai referensi tulisan mereka, di dalam proses menulis siswa juga dapat mengolah apa yang mereka liat, baca, dengar dan rasakan menjadi suatu yang bermakna.

Melalui proses menulis itu pulalah peserta didik sekaligus mengembangkan kompetensi gramtikal, kompetensi tekstual dan kompetensi sosial linguistik yang dapat menghasilkan tulisan yang menarik hati pembaca. Biarkan para peserta didik menulis tanpa tekanan sehingga mereka dapat lelasa mengembangkan kreatifitasnya masing-masing sampai berwujud suatu tulisan yang menurut mereka bagus.

Peranan guru dalam mengembangkan kreativitas peserta didik melalui pembelajaran menulis juga sangat besar. Bentuknya adalah guru harus terus menerus menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat terus berproses dengan tulisannya. Guru juga harus dapat membantu peserta didik dalam membangkitkan ide-ide, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengedit kembali tulisannya, dan guru dapat memberikan saran untuk perbaikan tulisan mereka yang dilakukan dengan simpatik dan bersahabat pada peserat didik.
 
Kesimpulan
Di zaman digital sekarang ini, Indonesia harus dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini bisa dimulai dengan meningkatkan budaya lietarsi sejak dini. Dengan meningkatnya budaya literasi akan berpengaruh baik terhadap kecakapan seluruh masyarakat Indonesia untuk bernalar kritis terhadap kehidupan sehari-hari, khususnya menghadapi tantangan globalisasi.

Meningkatan literasi adalah PR penting bagi seluruh elemen masyarakat agar tujuan pendidikan di Indonesia dapat terealisasi dengan baik. Kolaborasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat juga harus konsisten demi terwujudnya peningkatan literasi di Indonesia. Peran keluarga untuk membiasakan literasi dilingkungan rumah, dan lingkungan sekolah yang terus berupaya membuat semangat belajar peserta didik. Meningkatkan dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik agar tercipta budaya literasi dalam diri peserta didik atas kesadaran bukan karena paksaan yang membuat mereka melakukannya setengah hati.

Pengelolaan perpustakaan yang ramah nak, membuat perpustakaan yang tidak membosankan dan juga menarik sehingga peserta didik senag berkunjung dan merasa betah ketika berada di dalamnya untuk terus mencari informasi, dan menghibur diri dari buku yang mereka baca. Lingkungan masyarakat juga harus terus memberikan kesadaran pentingnya berliterasi demi keberlangsungan hidup seseorang dalam meraih masa depan mereka. Memilih pertemanan yang suka membaca dan menulis. Membaca lingkungan sekitar untuk dituliskan dalam program pembelajarann menulis di sekolah yang di bimbing oleh para guru di sekolah. Mengamati alam dan mengamati lingkungan sosial serta mencari referensi lainnya di buku untuk tulisan yang akan mereka tuliskan.

Mengajak para peserta didik untuk menjadi penulis sejak dini merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan budaya literasi. Karena dengan menulis mereka harus melakukan proses membaca, menganalisis dan mengkreasikan tulisan agar tidak terlihat sama persis dengan tulisan yang menjadi referensi buku atau tulisan mereka.
 
Daftar Pustaka
Prasetyono, D.S. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Think Yogyakarta.
Setiawan, Ibnu Aji. (2018). Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi. Online: gurudigital.id
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
https://www.rri.co.id/daerah/649261/unesco-sebut-minat-baca-orang-indonesia-masih-rendah (diakses pada tanggal 21/8/2024 : 13.03 WIB)
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun