Mohon tunggu...
Citra Nurminingsih
Citra Nurminingsih Mohon Tunggu... Freelancer - Salam kenal

I like to share my experiance to you. Visit my website : www.citranurmi.com n i usually share my experiences after travelling. Enjoy.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Saat Mudik Tak Lagi Asik

3 Agustus 2013   18:23 Diperbarui: 21 Oktober 2017   17:23 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran tak terhindarkan dari tradisi mudik. Sebuah adat yang hanya ada di Indonesia. Berkembang dan tumbuh semakin besar dari tahun ke tahun. Mudik merupakan transmigrasi sementara dengan kembali ke kampung halaman. Bertemu sanak saudara, bersilaturahmi, dan memperlihatkan hasil kerja selama setahun lamanya. Dari tahun ke tahun peserta mudik di Indonesia terus bertambah. Tapi dari tahun ke tahun pula banyak problema yang membuntuti tradisi ini. Naiknya harga bahan pangan yang tak lazim. Dikarenakan hampir semua orang menggelar jamuan pesta, besar atau kecil. Harga bahan pangan mulai dari beras, cabai, bawang, hingga daging sapi meroket tak bisa diprediksi. Begitu pula biaya transportasi yang meningkat hingga seratus persen. Mulai dari transportasi darat seperti kereta api dan bus. Tak mau ketinggalan tiket kapal laut dan pesawat terbang. Inilah yang disebut hukum penawaran. Di mana peminat suatu produk meningkat, meningkat pula harga produk tersebut. Tak ayal, banyak alternatif bermunculan untuk mudik atau pulang kampung. Mulai dari menggunakan mobil pribadi bahkan motor. Akibatnya, dari tahun ke tahun jatuh berguguran korban kecelakaan lalu lintas. Selain meliput arus mudik, televisi nasional juga memberitakan banyaknya korban tabrakan di jalan raya. Saat kembali pulang kampung ke Jawa Tengah dari Jakarta. Melewati kawasan Nagrek, Jawa Barat Saya mengguankan travel dan mendapati seorang pengendara sepeda motor beradu dengan bus. Sudah diduga, sang pengendara motor kehilangan nyawa. Itu hanya satu peristiwa di satu tempat. Alternatif yang dipilih karena alasan menghemat pengeluaran dan memperpendek perjalanan malah berakhir tragis. Belum lagi kasus proyek abadi jalan pantura yang tak kunjung habis tiap tahunnya. Berapa milyar yang digelontorkan untuk mendandani jalan aspal yang setiap tahun rusak. Dan setiap tahun diperbaiki dengan waktu yang sangat minim. Celah-celah proyek yang digunakan untuk mengambil keuntungan pribadi. Mengambil sepotong kue jatah proyek dan dimasukkan ke rekening milik sendiri. Sedih, malu, amburadul mewarnai tradisi mudik di Indonesia. Namun disaat yang sama, tradisi yang dipelihara membawa kebahagiaan saat bertemu keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Penulis aktif mengisi di www.geonation.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun