Supaya ada ilustrasi, anggaplah saya mengkonsumsi listrik sebesar 6 kWh per hari (sesuai tagihan bulanan). Dengan asumsi di atas, maka saya perlu memasang panel surya dengan kapasitas (6 kWh/3 jam) 2 kWp untuk mencukup kebutuhan harian. Jumlah ini setara dengan motor Yamaha Nmax. Mahal? Iya. Tapi jadi nggak perlu bayar listrik bulanan, atau hanya perlu bayar sedikit. Harga ini diperkirakan akan terus turun dengan berkembangnya teknologi dan semakin baiknya produksi panel surya. Makin bagus lagi kalau bisa dikredit kayak motor atau diberikan insentif keringanan bunga atau cicilan ya? Hehe.
Menjadi Gaya Hidup
Mereka tak bisa menunggu, dan berlimpahnya matahari, angin, atau biomassabisa menjawab kebutuhan mereka; seperti program lampu tenaga surya hemat energi (LTHSE) yang saat ini digalakkan oleh pemerintah. Lampu tenaga surya juga menjadi berkah untuk Mama Rovina, seorang ibu tunggal di Lembata yang berjuang menghidupi kedua putrinya. Kotoran hewan bisa membantu Mama Seni untuk mengurangi ketergantungan pada minyak tanah dan sekaligus mengembangkan usaha pertanian organiknya.
Bagi kita yang tercukupi, mendorong penggunaan energi terbarukan sangat bisa menjadi gaya hidup. Sumber-sumber energi yang ramah lingkungan bisa memberikan dampak positif, baik dari segi finansial maupun dalam kerangka agenda berkelanjutan (sustainable), yaitu memelihara dan menjadi bumi ini. Panel surya rumahan adalah bentuk besar, kini sudah bisa dijumpai juga panel surya portabel yang menyalakan lampu/senter sekaligus mengisi daya telepon. Nggak perlu colok, cukup jemur!
Akses pada energi adalah akses pada kemajuan. Dan akses pada energi terbarukan adalah pendorong pembangunan yang berkelanjutan.Â
Salam hangat,
Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H