Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menikmati Hidup di Ibukota

27 Desember 2016   15:58 Diperbarui: 27 Desember 2016   16:05 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isi waktu luang dengan kegiatan yang bervariasi

Malam hari setelah bekerja dan akhir minggu biasanya adalah waktu luang bagi saya. Apa yang saya lakukan setelah pulang kerja? Logikanya jika capek, ya pulang dan istirahat. Tapi kejenuhan pikir itu tak jarang bisa ditangkal dengan perbincangan yang asyik, film yang menghibur, atau bermain dengan kucing (yang terakhir ini gue banget). Cukup mahal dilakukan jika terlalu sering, memang, tapi banyak juga tempat-tempat yang menawarkan variasi kegiatan dengan “harga terjangkau”. Mau contoh? Main sepatu roda di Taman Menteng, ikut wisata jalan mengitari titik-titik unik di Jakarta, atau leyeh-leyeh memancing di Situ Lembang (yang di Jakarta ya, bukan di Bandung).

Kurang bervariasi? Seorang teman suka sekali dengan kegiatan kerelawanan. Jadwal akhir minggunya hampir selalu penuh dengan mendampingi anak-anak di festival dongeng, kumpul dengan anak-anak muda merencanakan aksi sosial, hingga mengumpulkan buku untuk disumbangkan. Tak hanya bertemu orang baru, kegiatan seperti ini juga bermanfaat membantu sesama.

Jangan lupa bahagia

Bagi banyak pekerja di Jakarta, jam kerja yang seharusnya 8 jam per hari bisa menjadi 12 jam, ditambah 4 jam perjalanan commuting dari tempat tinggal ke kantor dan sebaliknya. Mereka yang tinggal di lingkar luar Jakarta harus menghabiskan waktu di jalan, baik itu menggunakan sarana transportasi umum seperti bus dan KRL maupun kendaraan pribadi. Ini juga bukan soal commuting saja, berpindah dari satu titik ke titik lain di Jakarta seringkali memerlukan waktu curi start yang panjang supaya tidak terlambat. Tak jarang jika hendak melakukan pertemuan dengan seseorang, saya harus berangkat 2 jam sebelumnya demi mengejar waktu. Harus pintar-pintar merencanakan rute pula, apalagi jika melewati jalan-jalan protokol dan ruas jalan sekitar kantor pemerintahan yang sering menjadi tempat menyatakan pendapat dan aspirasi.

Belum lagi jika hujan…… (jangan dibayangkan, nanti lupa bahagia)

img-20161110-223428-58622c194b7a619906763835.jpg
img-20161110-223428-58622c194b7a619906763835.jpg
Supaya tetap bahagia, saya selalu membawa beberapa barang “sumber bahagia” di tas. Jelek banget kan kalo mau meeting eh jutek karena macet. Buku bacaan penting untuk selalu ada dalam tas, apalagi karena saya suka mati gaya dengan telepon genggam (hanya dilihat ketika ada pesan). Berhubung tas saya kecil, saya biasanya membawa buku yang tak berat atau bulky, misalnya komik, novel yang tipis, atau buku berbahasa Inggris yang kertasnya ringan. Menunggu Transjakarta yang tak kunjung datang dan antrian mengular? Saya bisa menyelesaikan 30 halaman. Berada di tengah kemacetan yang tak bergerak sama sekali? Saya bisa menamatkan satu komik. Selain membuat saya bahagia, kebiasaan membawa buku ini juga meningkatkan jumlah buku yang saya baca. Jakarta yang macet ini membuat saya bisa membaca 3-5 buku ekstra dalam sebulan dibanding biasanya.

Barang kedua adalah makanan yang mengandung gula. Ini bisa permen atau cemilan, yang penting ukurannya kecil. Macet, jika sampai berjam-jam di jalan bisa membuat lapar, alasan utamanya. Apalagi karena saya mudah sekali lapar (menatap perut dengan nanar). Alasan lainnya adalah karena gula itu secara biologis menaikkan produksi dopamine,senyawa yang membuat kita bahagia. Serius banget, hihihi. Hanya saja saya sadar bahwa konsumsi makanan yang mengandung gula ini tak boleh berlebihan, karenanya bawa yang ukurannya kecil dan tak sering-sering dikonsumsi.

Mood booster saya yang lain adalah aromatherapy oils. Kondisi tubuh yang tidak fit memang membuat kondisi psikologis kita menurun pula. Aromatherapy oils tak hanya menawarkan aroma yang menyenangkan, wanginya juga membuat lebih segar dan bersemangat. Saat ini favorit saya adalah Kayu Putih Aromatherapy Rose. Selain memiliki manfaat kesehatan, Kayu Putih Aromatherapy ini juga memiliki aroma yang lembut. Apakah Anda termasuk orang yang kurang nyaman ketika mencium bau balsem atau minyak oles? Varian aromatherapy dari Cap Lang ini menawarkan kehangatan serupa dengan minyak kayu putih namun dengan aroma yang lembut, yaitu eukaliptus, green tea, rose, dan lavender. Varian green tea cocok digunakan di pagi hari untuk membangkitkan semangat dan membuat lebih segar, varian eukaliptus baik untuk meredakan gejala sakit, sedangkan lavender yang membuat kita rileks baik digunakan setelah selesai beraktivitas dan sebelum tidur. 

Kalau si pink Kayu Putih Aromatherapy Rose yang selalu saya bawa ini cocok untuk membuat mood kembali cerah ceria. Tinggal gosok-gosok sedikit di tangan, baurkan ke pergelangan tangan atau leher. Setelah itu wangi ekstrak mawarnya akan menguar. Cara pakai Kayu Putih Aromatherapy ini memang begitu, jika dicium langsung dari botol, aroma minyak kayu putih saja yang kentara. Ukurannya juga bermacam-macam, jadi kalau tasnya mungil, bisa membawa yang kemasan 15 mL, mini-mini bermanfaat.

Ngomong-ngomong, berhubung wong ndeso, saya juga kadang mual mabuk darat (meski tak sampai muntah), karena kondisi jalanan yang tak kondusif. Ngegas, ngerem, ngegas, ngerem; mual deh. Maklum, naiknya bukan Mercy. Aromatheraphy oils membantu saya banget untuk urusan begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun