Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Koleksi Berharga yang Berharga

22 Mei 2012   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:57 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika tahu bahwa saya memiliki 3 komik Pank Ponk versi Indonesia (dalam versi Jepang: Panku Ponk), seorang teman menawar untuk membeli 3 komik itu seharga 500 ribu rupiah. Untuk 3 komik bekas, yang sampul warnanya sudah hilang (menyisakan sampul dalam yang berwarna ungu semua). Komik sekarang harganya berapa ya? Sekitar 17.000 rupiah saya kira. Hmmm, 51.000 (3 komik) dibanding 500.000 rupiah. Menggiurkan? Mungkin.

Tidak sekali dua kali juga koleksi Topeng Kaca (Garasu no Kamen) edisi original saya (sekarang ada terbitan baru dari Elex Media Komputindo) ditawar jutaan oleh mereka yang berminat. Tidak saya lepas, setidaknya sampai sekarang.

Di antara sekian banyak buku yang saya miliki, selain “berharga” (dalam konteks nilai secara imaterial) karena saya menyukai ceritanya, atau mengagumi pengarangnya; beberapa di antaranya termasuk karya klasik (alias bekas) yang memang sulit didapatkan kembali sehingga berharga (dalam konteks uang) cukup tinggi. Yang mencarinya memang biasanya kolektor atau sesama penggila buku, dan harganya ditentukan dari kelangkaan buku tersebut. Komik-komik seperti yang saya miliki itu biasanya ‘dikeruk’ dari taman bacaan yang tutup, yang mungkin pemilik sebelumnya tidak menyadari harga sebenarnya dari komik-komik tersebut. Penjual kedua yang mengerti sejarah dan dunia perkomikan yang kemudian menjualnya dengan harga tinggi pada mereka yang berburu komik-komik tersebut.

Panku Ponk oleh Haruko Tachiiri ini adalah komik yang bisa dibaca ‘tanpa berpikir’. Isinya ringan dan super lucu. Berkisah tentang kelinci super besar dan pemiliknya,  Bonnie, lalu ‘pacarnya’, Mark, dan beberapa tokoh lain. Sederhana, tapi memancing tawa. Aslinya diterbitkan dalam 12 seri, namun terjemahannya tidak ada yang lengkap. Versi Indonesianya hanya enam. Dan sekarang sangat sulit didapat, bahkan dari toko buku bekas. Karena itu harganya melambung tinggi. Lebih dari 1 juta rupiah untuk 6 komik saja.

Buku anak-anak jaman ‘dahulu’ seperti Trio Detektif (dalam bahasa Inggris “Alfred Hitchcock and the Three Investigators”) juga sudah menjadi buku langka. Koleksi lengkapnya ada 43 seri (versi asli, saya kurang tahu versi Indonesianya). Saya pun hanya punya beberapa, tidak lebih dari 20. Satu bukunya sekarang dihargai antara 15 – 40 ribu rupiah (tergantung kondisi). Hampir setara dengan harga buku baru. Kalau ada yang punya lengkap, satu set bisa dijual 1,7 juta.

Selain buku/komik klasik, buku bertandatangan penulisnya juga pasti akan berharga tinggi. Bagi pecinta buku, booksigning adalah momen untuk menjalin koneksi dengan seorang idola, bukan masalah harga dalam konteks uang. Namun tidak bisa dipungkiri juga, nilai material buku tersebut akan menjadi lebih tinggi dibanding yang tidak bertandatangan. Apalagi bila ditambah faktor lain seperti cetakan pertama, atau versi asli bahasa Inggris. Sampai sejauh ini, saya baru punya dua buku bertandatangan penulisnya: Rojak dari Fira Basuki (ditandatangani sewaktu saya SMA), dan Petir-nya Dee (edisi baru, saya sudah punya yang cetakan pertama) yang saya menangkan dari sebuah kuis di Twitter. Seberapa berharga? Priceless, bagi saya. Entahlah kalau dinominalkan dengan rupiah.

Mengoleksi buku itu bisa menjadi bisnis menjanjikan. Bagi mereka yang mau dan tahu bagaimana membisniskannya. Tinggal berburu ke toko buku bekas (atau tukang loak), mencari judul-judul yang klasik, membelinya (murah), lalu menjualnya kembali pada mereka yang memang benar-benar menginginkannya. Bayangkan bila satu komik di toko buku bekas harganya paling di bawah 5 ribu rupiah, lalu dijual lagi dengan harga 25 ribu rupiah. Untung banyak bukan? Meski begitu, sampai saat ini saya belum pernah menjual satupun koleksi buku atau komik yang saya miliki. Nggak rela. Terlalu cinta.

Good night,

-Citra

P.S. Foto koleksi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun