Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Publikasi Ilmiah, Sulitkah?

14 Februari 2012   06:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:40 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau saya yang ditanya, saya akan menjawab iya dengan segera, kalau yang dimaksud adalah publikasi di jurnal internasional yang memiliki impact factor lumayan.  Berdasarkan pengalaman pribadi, jadi jangan katakan saya a priori. Tapi sulit bukan mustahil.

Bagaimana sih prosesnya?

Sebelum publikasi, tentunya kita sudah harus memiliki materi (berupa hasil penelitian atau review). Bisa dibilang kita (Indonesia) memang kurang fasilitas untuk tes yang macam-macam (misalnya gas chromatography atau scanning electron microscope), tapi itu bisa diakali dengan meminta bantuan institusi lain atau kolega di luar negeri. Yang penting adalah core experiment-nya, dan percayalah, dengan banyaknya sumber daya alam yang kita punya (bahkan yang sekilas terlihat sepele seperti sampah organik atau air mengalir), banyak ide penelitian yang bisa dikembangkan. Jadi tidak perlu pesimis dulu dengan “ah, negara lain punya teknologi yang lebih mutakhir, jadi penelitiannya pasti lebih up-to-date”. Novelty, yang sering disebut sebagai karakter dasar untuk publikasi, secara harfiah artinya ‘baru’, tapi yang namanya baru bisa jadi sesuatu yang tidak biasa, tidak selalu yang paling canggih.

Jika sudah memiliki materinya, selanjutnya adalah menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Untuk jurnal, isinya tidaklah sepanjang skripsi, biasanya hanya belasan halaman (sering juga dibawah 10 halaman). Format standarnya (bisa berubah sesuai jurnal yang disasar): introduction, materials and methods, results, discussion, conclusions, references. Kelihatannya mudah bukan? Hahaha. Tergantung. Sebenarnya menuangkan hasil penelitian ke dalam tulisan itu ada triknya. Jangan menggunakan deskripsi berlebihan, gunakan kata-kata baku dan konvensional, dan jangan lupa menyebutkan referensi untuk mendukung hipotesa yang kita ajukan. Supaya tidak berkesan “colloquial” atau seperti berbicara dengan pembaca, ada trik sendiri dalam pemilihan kata. Silakan berkunjung ke artikel saya yang ini. Jujur, karena seringnya saya menulis ‘non-akademik’, saya sering diiingatkan adviser saya, kalau tulisan saya itu ‘terlalu ramah’ alias kurang konvensional. Kebanyakan nulis di Kompasiana kali yaaaa (malah jadi OOT kan).

Kalau ragu-ragu dengan bahasa Inggrisnya, ada banyak pihak swasta yang menawarkan jasa koreksi. Beberapa jurnal juga memiliki afiliasi dengan pihak-pihak seperti ini, gunanya supaya artikel yang kita submit ke jurnal itu sudah dalam bentuk yang ‘enak’, untuk selanjutnya di-review mengenai isinya dan bukan lagi tentang grammar.

Pada dasarnya, ketika kita menyasar jurnal internasional yang termasuk dalam science citation index (SCI), misalnya jurnal-jurnal keluaran Elsevier atau Springer (bukan open access), ada beberapa tahapan yang normalnya harus dijalani:

13291989191290718412
13291989191290718412

Sebelum submission, kita perlu menyesuaikan format tulisan kita dengan jurnal yang kita sasar. Tiap jurnal memiliki aturan yang berbeda mengenai tabel dan penulisan referensi misalnya. Pastikan bahwa kita sudah memenuhi semua kriteria yang disyaratkan. Bisanya saat submission, kita juga disyaratkan untuk memberikan 3 nama reviewer yang kita pandang sebagai orang yang memiliki kualifikasi untuk me-review tulisan kita.

Setelah submission, pihak editor bisa langsung menolak tulisan kita (tanpa meneruskannya ke reviewer), misalnya karena sudah ada penelitian serupa yang dipublikasikan di jurnal tersebut. Bila belum, tulisan kita akan dikirim ke 3 reviewer yang kita sarankan, lalu reviewer akan mengirimkan hasil review mereka pada kita, apakah ada bagian yang harus direvisi (misal penjelasannya kurang atau referensi tidak mendukung). Proses review-revision inilah yang memakan waktu paling banyak. Ada yang “hanya” 1 bulan, ada yang sampai 6 bulan bahkan 1 tahun. Adviser saya pernah mengatakan “Don’t get over optimistic on paper submission, sometimes we get jerks as reviewer”. Dari 3 reviewer, ada reviewer yang cenderung memberikan “minor revision” (yang kecil-kecil seperti pemilihan kata, penulisan tabel), ada yang “major revision” (mempertanyakan results and discussion, atau menyarankan penelitian lanjutan sebelum dipublikasikan), ada juga yang “kejam” dengan langsung menolak. Pokoknya setelah masuk ke reviewer, it is out of our hands.

Setelah proses revisi selesai, belum tentu juga tulisan kita diterima, apabila reviewer menilai hasil revisi kita tidak memenuhi syarat. Bila reviewer puas, selanjutnya kita akan mendapatkan notification of acceptance, dan beberapa minggu kemudian, tulisan kita sudah muncul secara online.

Untuk publikasi di jurnal/konferensi lokal, prosesnya sama, tapi mungkin tidak seketat ini. Bisa jadi langsung diterima asal formatnya sesuai.

Kalau dosen-dosen seharusnya sudah familiar dengan publikasi. Mahasiswa yang mengerjakan penelitiannya, dosen membimbing (dalam penelitian dan penulisan), lalu dipublikasikan bersama. Entah nama siapa yang paling depan (adviser saya, baik sewaktu S1 dan sekarang S3, selalu menuliskan namanya di paling belakang). Jadi menurut saya syarat publikasi untuk mahasiswa itu sebenarnya juga berimbas ke dosennya. Tapi memang benar, alangkah lebih baik kalau dosen dulu yang memberikan contoh bagaimana publikasi yang benar.

Kalau saya belum melakukan presentasi di setidaknya 2 konferensi minimal tingkat regional (Asia Pasifik) dan publikasi di setidaknya 2 jurnal internasional yang memiliki impact factor lumayan, saya belum boleh lulus lho, meski sudah 3 tahun :D

Kembali ke paper,

-Citra

P.S. Foto/gambar koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun