Dua tahun setelah Partikel yang bernuansa ilmiah campur petualangan, Gelombang pun lahir. Masih serupa dengan kakak-kakaknya, bagian pertama Gelombang adalah satu lagi keping puzzle yang seakan tidak berkaitan dengan cerita utamanya. Kali ini Gio dan Diva, yang cerita awalnya muncul di KPBJ. Lalu wusssh, berjumpalah kita dengan sang tokoh utama: Thomas Alfa Edison, dengan nama panggilan Ichon, yang lalu bertransformasi menjadi Alfa.
Bagaimana isi ceritanya, silakan dibaca sendiri. Kisah Alfa mirip dengan Bodhi (Akar) dan Zarah (Partikel). Ketiga orang ini semacam harus meninggalkan tanah kelahiran mereka, bertualangan mencari jawaban atas banyak pertanyaan (atau lari dari kenyataan), dan kemudian menjadikan pengalaman mereka sebagai bahan permenungan. Alfa pun begitu. Lahir dan besar di kampung Batak, Alfa kemudian pergi ke Amerika Serikat, memperjuangkan nasibnya sekaligus mencari ruang untuk tumbuh. Yang saya suka dari Gelombang adalah gaya bertutur Dee mengenai Alfa yang sama sekali tidak menye-menye saat berkisah mengenai kehidupan Alfa yang berat. It is one thing that one's life is miserable, but it is another thing on how to tell the story. Benarlah apa yang dikatakan Alexander Thian (@aMrazing): bukan tentang apa ceritanya, melainkan bagaimana menceritakannya.
Pola ceritanya klasik, namun dengan berbagai twist tak terduga khas Dee. Bahwasanya seorang tokoh akan lebih lengkap diceritakan berpasangan, Gelombang pun demikian. KPBJ punya Dimas-Ruben, Ferre-Rana, Gio-Diva, Ferre-Diva. Akar punya Bodhi dan Ishtar. Petir adalah Elektra dan Mpret. Partikel adalah Zarah dan Storm. Gelombang? Alfa dan seorang (dua orang, ding) wanita.
Lagi, Gelombang adalah kisah pencarian jati diri. Atau tepatnya, mengingatkan diri sendiri.
Benang merah antar buku di seri Supernova ini bagi saya ada dua: manusia-manusia dengan kemampuan "super"(superhuman) dan konsistensi Dee memberikan ilmu baru pada pembacanya di setiap buku. Bodhi punya extra-sensory perception, Elektra memiliki kelebihan electrical manipulation seperti Electro di Marvel Universe, Zarah punya kemampuan melihat dan mengamati, lalu Alfa pintarnya setengah mati. Dee menyajikan berbagai ilmu, mulai dari chaos order theory, bagaimana membuat tato, dunia kelistrikan, one whole book about fungi, hingga bagaimana 'mengelola' mimpi. Gelombang ini hawanya familiar seperti Inception.
Kekuatan penokohan dan diksi adalah dua hal yang saya suka dari Dee. Bayangkan betapa sulitnya menuliskan sekian buku mengenai kisah serupa namun dari kacamata tokoh yang berbeda. Tak hanya berbeda jenis kelamin, latar belakang, umur, juga berbeda pendekatan. Bagi saya, Dee itu dewi, sesuai namanya, sementara saya remah-remah rempeyek.
Selamat membaca Gelombang. Selamat berjumpa dengan berbagai kejutan dan keping-keping puzzle yang mulai terlihat polanya.
XOXO,
-Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H