Mohon tunggu...
Citra Joni
Citra Joni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Peneliti Sago Political Institute | Master of Accounting Unpad |Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta Beda Keyakinan, Memilih Antara Tuhan atau Perempuan

9 September 2014   01:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:16 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup, mati, cinta, dan jodoh memang itu kuasa Allah. Jodoh bisa ditemukan dimana saja dan kapan saja, tak perduli jodoh itu kaya, miskin, atau kalangan bangsawan. Memang tak ideal jika kita berfikir dalam kerangka logika semata, sulit untuk memcari pasangan ideal di dunia ini, karena kebanyakan manusia sering terlena dengan semua perbedaan dan menyoroti kekurangan masing-masing.

Segala hal yang kita bahas tadi hanyalah soal perbedaan hasil buatan manusia. Satu hal yang lebih penting ketimbang sem

ua perbedaan itu adalah soal agama, soal keyakinan kita pada sang pencipta. Saya adalah pemuda asal Sumatera Barat, daerah kami terkenal dengan umat yang taat beragama, khususnya Islam. Agama saya melarang pengikutnya untuk menikah dengan orang diluar Islam, apakah itu Hindu, Budha, Kristen, ataupun Katolik.

Dalam kitab Al-Quran menyebutkan bahwa, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu" (2:221). Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa tak ada pengecualian larangan untuk menikah dengan orang yang berbeda keyakinan.

Jika kita melihat dari sudut pandang agama lain, Kristen misalnya dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga dilarang untuk menikah dengan yang berbeda agama.

Memang sulit untuk menengok satu per satu aturan menikah setiap agama, rujukan terakhir sebagai warga negara yang taat hukum adalah Undang-Undang. Dalam UU No 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa "Pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.".

Menurut Islam, Kristen, serta negara tempat kita bernaung memang tidak mengizinkan pernikahan beda agama.

Bagi kalian yang merasa ada potensi perasaan khusus pada seseorang dari agama lain dan kalian yang sedang atau akan menjalani hubungan kasih beda keyakinan, ada baiknya untuk merenungi hal ini secara seksama. Saya bisa memahami bagaimana  rasanya cinta pada seseorang, terkadang kedahsyatan cinta itu bisa mengalahkan segalanya, termasuk orang tua dan Tuhan. Fenomena cinta beda keyakinan bukanlah sesuatu yang langka lagi di Indonesia dewasa ini. Jika kita petakan, ada 3 hal penting yang menjadi lakon dalam perjalanan cinta ini, yaitu antara Cinta, Tuhan dan orang tua.

Jika kalian mengikuti kata hati dan memilih cinta beda agama, berarti kita telah mengkhianati Tuhan dan orang  tua. Mungkin sebagian kita lupa, bahwa ibu bapak telah membesarkan hingga usia dewasa, berapa pengorbanan materi dan tenaga yang ia habiskan untuk anaknya, sekarang kita terlena dengan cinta yang baru seumur jagung. Itu baru soal orang tua, bagaimana dengan keyakinan yang telah dijalani semenjak kita lahir? Mau dibawa kemana keyakinan ini? Apakah hanya akan berakhir ditangan CINTA?

14101753101336650087
14101753101336650087

Bisa dikatakan imposibble jika kita ingin menjalani pernikahan beda keyakinan. Satu-satunya jalan untuk tetap mempertahankan hubungan tersebut ialah dengan menundukkan diri atau masuk agama pihak lain, baik agama semu atau agama sesungguhnya. Misalnya nonmuslim ingin menikah dengan wanita muslim, maka laki-laki non muslim harus mengucapkan ikrar untuk masuk islam terlebih dahulu, batu akan sah pernikahan kalian menurut agama dan negara.

Hal yang perlu kalian garis bawahi adalah masuk agama lain harus secara sungguh-sungguh dari lubuh hati yang paling dalam, sebab pertanggung jawaban ini ialah kepada tuhan, bisa kita bayangkan jika kita mencintai tuhan hanya sebagai sandiwara belaka. bagaimana terkutuknya kita dihadapan tuhan?
Oleh karena itu banyak pasangan beda keyakinan yang berhasil menikah, namun sengsara dalam menjalani rumah tangga, ini dikarenakan tidak sama antara tuhan yang kita yakini sepenuh hati dengan agama yang ada pada tanda pengenal.
Selain itu, bagi kalian yang menjalani hubungan beda keyakinan perlu memahami kondisi pasangan  secara keseluruhan. Misalnya soal sifat dia, apakah mau berkorban untuk mencapai tujuan, soal keseriusan menjalani hubungan. Percayalah, tak akan mungkin  seorang yang yang tidak punya konsep, karakter, dan perencanaan dalam hidupnya akan berhasil menjalani hubungan istimewa ini.
Pesan saya pada kalian semua, agar bisa menguasai hati dan menghindari hubungan perasaan dengan orang yang berbeda keyakinan, karena mencintai seseorang adalah untuk membuat ia bahagia, bukan sebaliknya memisahkan ia dengan agama dan keluarganya. Bagi saya "Pengorbanan cinta yang sesungguhnya ialah ketika membiarkan orang yang kita cintai mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya".
Silahkan berkomentar, sampaikan pendapatmu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun