Mohon tunggu...
Citra CahyatiNst
Citra CahyatiNst Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wujudkan ASI Eksklusif Secara Bersama Meski di Tengah Bencana Pandemi Covid-19 yang Sedang Melanda

22 Agustus 2020   12:47 Diperbarui: 22 Agustus 2020   13:28 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak memiliki masa kritis yang akan menentukan masa depannya. Masa kritis tersebut ialah pada 1000 pertama kehidupan seseorang. Kekurangan gizi pada anak di 1000 hari pertama kehidupannya hingga ketika telah melewati dari 1000 hari pertama tersebut maka dampak buruk kekurangan gizi akan sangat sulit diobati. Dalam hal memperbaiki gizi seorang anak pada 1000 hari pertama kehidupannya adalah dengan melakukan salah satu upaya yang disebut pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif, dimana bayi tidak diberikan makanan tambahan apapun selain Air Susu Ibu dalam masa 6 bulan pertama setelah dilahirkan, lalu dilanjutkan hingga usia anak dua tahun. Laporan Riskesdas tahun 2016 juga menegaskan bahwa selama kehamilan yakni lebih kurang 9 bulan 10 hari ditambah 730 hari pertama kehidupan bayi merupakan periode yang dapat menentukan kualitas kehidupan bayi tersebut dan hal itu telah dikonfirmasi secara ilmiah. Periode tersebut ada kerap diistilahkan sebagai “Periode emas atau golden age”. Dalam Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030, langkah pertama agar manusia mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera atau disebut juga dengan kehidupan yang berkualitas adalah dengan cara mendapatkan ASI Ekslusisf. Dengan demikian, setelah dilahirkan, mendapatkan Air Susu Ibu Ekslusif adalah salah satu hak seorang anak yang diperoleh dari ibunya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam Air Susu Ibu (ASI) sangat berpengaruh dalam proses tumbuh dan kembang anak.

Untuk mendukung program ASI Eksklusif maka setiap tanggal 1 – 7 Agustus dunia internasional memperingati World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia. Pekan ASI Sedunia ini pertama kali diperingati pada tahun 1992 oleh World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) sebagai peringatan Innocenti Declaration yang dibuat oleh dua organisasi PBB, yaitu United Nations Children’s Fun (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada Agustus 1990. Deklarasi itu sendiri dibuat untuk melindungi dan mendorong seorang ibu agar mau memberikan ASI eksklusif untuk anaknya, pemberian ASI Ekslusif tersebut dikhususkan untuk bayi dimulai dari usia 1 hari hingga 6 bulan dan dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan. Sementara itu, tujuan globalnya adalah untuk mengoptimalkan kesehatan gizi dan kesehatan ibu dan anak. WHO bersama AAP (American Academy of Pediatrics) mengintruksikan agar Air Susu Ibu (ASI)  Eksklusif diberikan pada bayi tanpa memberikan makanan apapun selain ASI dari bayi berusia 0 bulan hingga bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya, sambil menerima makanan tambahan yang sesuai dan memadai maka bayi tetap disusui hingga berusia 2 tahun atau lebih. Pada peringatan Pekan ASI Sedunia pada tahun 2020 ini memiliki tema “Support breastfeeding for a healthier planet”. Dari tema tersebut jelas bahwa ASI memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.

Banyaknya manfaat menyusui secara substansial melebihi potensi risiko penyakit yang terkait dengan virus. WHO menegaskan bahwa tidak aman memberikan susu formula bayi. Riset menegaskan apabila seorang bayi  memperoleh Air Susu Ibu eksklusif maka bayi tersebut akan 14 kali lebih kecil kemungkinannya meninggal daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Tingkat cakupan Air Susu Ibu Ekslusif untuk bayi telah ditetapkan oleh Negara-negara Anggota WHO untuk meningkat menjadi setidaknya 50% pada tahun 2025. Program ASI Eksklusif sangat didukung oleh dunia internasional bahkan Indonesia. Program-program tersebut dibuat agar dapat mengurangi angka kematian bayi (AKB). Namun sayangnya, pemasaran yang tidak tepat dari pengganti ASI terus melemahkan upaya untuk meningkatkan tingkat menyusui secara Ekslusif. Seorang ibu yang merupakan wanita karir, memberikan susu formula kepada anaknya, takut kehilangan daya Tarik sebagai wanita dan juga ibu yang kurang mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya ASI Ekslusif merupakan faktor yang menurunkan minat dan motivasi seorang ibu untuk menyusui bayinya sehingga berimplikasi pada rendahnya cakupan ASI Eksklusif.

ASI (Air Susu Ibu) memngandung zat kekebalan, sel darah putih, hormon, protein, dan enzim pencernaan yang dapat melengkapi apa yang dibutuhan oleh bayi yang berumur 6 bulan. Selain itu, kandungan dalam ASI ialah lemak, multivitamin, karbohidrat, air, mineral dan kartinin yang sangat mudah diserap secara sempurna oleh sistem pencernaan bayi dan tidak memiliki efek samping atau gangguan terhadap fungsi ginjal seorang yang berada dapam periode tahap pertumbuhan. Dengan mendapatkan ASI Ekslusif, maka bayi akan terlindungi dari berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikrooranisme seperti jamur, virus, bakteri dan parasit karena ASI mengandung zat kekebaan tubuh bagi bayi. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, yakni termasuk dalam hal perkembangan mental emosional dengan ibunya melalui proses menyusui. Salah satu hal yang mempengaruhi periode perkembangan anak adalah kondisi mental emosionalnya. Anak yang memiliki kondisi emosional yang baik sejak usinya masih dalam usia dini maka perkembangan anak akan positif sehingga nanak dapat menjadi manusia yang berkualitas. Sebaliknya, jika anak memiliki mental emosional yang tidak baik sejak dini maka hal tersebut akan meningkatkan poternsi anak untuk melakukan tindak kejahatan di saat ia memasuki usia remaja seperti memngonsumsi narkoba, perilaku seks bebas, melakukan pelanggaran hukum, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setyarini Tahun 2015 dimana sebesar 76,2% anak yang mengkonsumsi ASI eksklusif tidak mempunyai masalah mental emosional, sebaliknya, anak yang tidak mengkonsumsi Air Susu Ibu eksklusif sebesar 64,3% mempunyai masalah mental emosional.

Asupan Air Susu Ibu yang kurang akan menyebabkan ketidakseimbangan gizi dalam tubuh bayi dan akan memiliki dampak buruk berupa terhambatnya tumbuh kembang bayi yang artinya juga berdampak pada sumber daya manusia. Perlu diketahui bahwa selain bermanfaat untuk kesehatan bayi, ternyata Air Susu Ibu (ASI) juga baik bagi kesehatan ibu.  Dengan memberikan ASI Ekslusif pada bayi, maka seorang ibu otomatis memiliki kontrasepsi alami baik ketika ibu menyusui maupun sebelum seorang ibu tiba pada masa menstruasinya, kemudian juga akan mempunyai risiko yang cenderung lebih kecil untuk menderita penyakit kanker payudara serta membuat seorang ibu memiliki jalinan ikatan emosional dengan anaknya. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif juga membuat perekonomian keluarga menjadi tidak boros karena ibu tidak perlu membeli susu formula dimana harga susu formula tersebut cukup mahal saat ini.

Ternyata, kebutuhan nutrisi yang baik dan sesuai untuk bayi dengan memberikan bayi Air Susu Ibu Ekslusif juga menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Pembahasan konsep menyusui di dalam Al-qur’an pertama kali dapat ditemukan pada QS. Al-Baqarah [2]: 233, dimana Allah Swt berfirman yang mana  Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”, (QS. Al-Baqarah [2]: 23). Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat yang sebelumnya yang membahas hukum nikah dan talak yang  yang berakhir pada perpisahan suami-istri dimana kedua pasangan suami-istri yang mengalami perrpisahan tersebut bisa saja memiliki anak yang masih dalam masa penyusuan. Dapat dipahami bahwa dari ayat tersebut Allah Swt menyerukan kepada setiap ibu agar memberikan ASI Ekslusif  sejak bayi pertama kali dilahirkan hingga sempurnalah masa persusan bayi yakni ketika bayi berusia 2 tahun.

Allah swt juga memerintahkan kepada ibu Nabi Musa AS untuk menyusui anak sejak awal kelahiran, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Qashash [28]: 7: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)…”. Selanjutnya terdapat ayat yang menjelaskan bahwa menyusui anak selama 2 tahun terdapat dalam QS. Luqmân [31]: 14 yang berbunyi : “…ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…”. Dan dalam QS. Al-Ahqâf [46]: 15: Mengandungnya dan menyapihnya itu adalah tiga puluh bulan”. Isyarat lain yang ditunjukkan dalam ayat-ayat terebut ialah bahwa pendidikan anak mulai dari usia 0 tahun hingga 2 tahun berada di pangkuan ibunya. Dengan demikian, pada masa tersebut seorang ibu juga harus memaksimalkan pendidikan kepada anaknya.

Selanjutnya, salah satu hal yang menarik untuk dikupas lebih lanjut mengenai ASI ini adalah bagaimana sebaiknya pemberian ASI di tengah bencana Covid-19 ini? Dengan kata lain Apakah ibu yang terinfeksi Covid-19 harus tetap memberikan ASI Eklusif pada bayinya?. Berbagai media menginformasikan bahwa kekhawatiran ibu terhadap anaknya di masa pandemi Covid-19 ini cukup tinggi. Sebuah laporan baru oleh WHO, UNICEF, dan Jaringan Aksi Makanan Bayi Internasional (IBFAN) mengungkapkan bahwa meskipun ada upaya untuk menghentikan promosi pengganti ASI yang berbahaya, negara-negara masih dianggap gagal melindungi orang tua dari informasi yang menyesatkan. Pandemi Covid-19 menyoroti perlunya legislasi yang lebih kuat untuk melindungi keluarga dari klaim palsu tentang keamanan pengganti ASI atau praktik pemasaran yang agresif. ASI menyelamatkan nyawa anak-anak karena memberikan antibodi yang memberi bayi dorongan sehat dan melindungi mereka terhadap banyak penyakit masa kanak-kanak. WHO dan UNICEF mendorong wanita untuk terus menyusui selama pandemi Covid-19, bahkan jika mereka telah mengkonfirmasi atau dicurigai terkonfirmasi Covid-19. Sementara peneliti terus menguji ASI dari ibu dengan Covid-19 yang dikonfirmasi atau dicurigai, bukti saat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin bahwa Covid-19 akan ditularkan melalui menyusui, artinya tidak mungkin Air Susu Ibu terkontaminasi oleh virus Covid-19 meskipun seorang ibu yang sedang dalam fase menyusui telah dinyatakan terkonfirmasi Covid-19.

Namun, meskipun ASI dari ibu yang terkonfirmasi Covid-19 aman bagi bayi, seorang ibu harus memerhatikan protokol kesehatan yang telah mengatur bagaimana menyusui yang aman bagi bayi di masa pandemi wabah Covid-19 ini. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sendiri telah merancang protokol kesehatan mengenai panduan bagi ibu yang sedang dalam fase meyusui. Adapun panduannya antara lain sebagai berikut :

  • Bayi yang lahir dari ibu ODP bisa menyusui langsung dari ibu, dengan melaksanakan prosedur perlindungan saluran napas dengan baik, antara lain menggunakan masker bedah, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah kontak bayi, dan rutin membersihkan area permukaan dimana ibu melakukan kontak. Dalam keadaan tidak bisa menjamin prosedur perlindungan saluran napas dan pencegahan transmisi melalui kontak, maka bayi diberikan ASI perah.
  • Bayi yang lahir dari ibu PDP atau terkonfirmasi Covid-19, diberikan ASI perah. Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan pompa setelah digunakan, kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan. Bayi dimonitor ketat dan perlu di follow up hingga pulang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif sangat penting bagi kesehatan bayi, sehingga bagi para ibu jangan khawatir untuk tetap memberiakan ASI Ekslusif kepada anaknya meskipun terkonfirmasi Covid-19 karena dengan mendapatkan ASI Ekslusif, maka bayi akan mendapatkan nutrisi yang baik serta meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Kemudian, ketika seorang ibu memberikan ASI Ekslusif pada bayinya maka hal tersebut juga memiliki manfaat bagi kesehatan ibu, seperti seorang ibu untuk terkena penyakit kanker payudara sangat kecil risikonya, ibu akan memiliki kontrasepsi alami baik saat ibu sedang dalam fase menyusui maupun sebelum menstruasi, dan membantu ibu agar dapat menjalin ikatan emosional dengan anaknya. Kekhawatiran yang dirasakan oleh seorang ibu yang berada dalam fase menyusui sangat tidak baik karena akan mempengaruhi produksi Air Susu Ibu. Di tengah situasi bencana Covid-19 yang melanda ini sangat diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk penyedia kesehatan dan tenaga kesehatan untuk terus memberikan motivasi kepada para ibu untuk harus tetap memberikan Air Susu Ibu Eksklusif kepada anaknya sehingga dapat melindungi kehidupan jutaan anak yang merupakan generasi penerus bangsa.

Dukungan dari keluarga seperti orang tua, mertua, dan suami juga sangat dibutuhkan agar seorang ibu mampu tetap memberikan ASI Ekslusif pada bayinya. Dukungan yang dimaksud bisa seperti dukungan emosional, instrumental dan dukungan dalam hal memberikan informasi serta dengan memberikan penghargaan besar kepada seorang ibu yang sedang menyusui seperti selalu membuatnya merasa nyaman dan terlindungi. Mengingat pentingnya ASI Ekslusif, maka dalam hal pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif, seorang ibu harus mengetahui informasi pentingnya ASI Ekslusif tersebut agar memotivasi dan membentuk niat seorang ibu untuk konsisten memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya. Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bagian promotor kesehatan agar rutin membuat kegiatan berupa penyuluhan kesehatan mengenai manfaat ASI ekslusif.

Sumber :

Asnawati. (2019). Pemberian ASI Pada Anak Dalam Perspektif Al-qur’an. Al-Tadabbur : Jurnal Ilmu Alqur;an dan Tafsir, Vol. 04, No.1

Bahriyah, F. (2017). Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi. Riau : Jurnal Endurance Vol 2, N0. 2, h. 113-118

Kemenkes RI. (2015). Program Pembinaan Perbaikan Gizi pada Bayi & Anak

Muhammad ‘Ali Al-Shabuniy (2016). Rawâi’ Al-Bayân Tafsîr Âyât min Al-Qur’ân, terj, Ahmad Dzulfikar, jilid, I, Depok: Keira

Riskesdas. (2016). Situasi Balita Pendek. KemenKes RI. hlm. 2.

Setyarini, dkk. (2015). Pengaruh pemberian asi eksklusif dan non eksklusif terhadap mental emosional anak usia 3-4 tahun. Jurnal Gizi Indonesia, Vol. 4, No. 1

Wahbah Al-Zuhailiy.Tafsîr Al-Munîr. jilid 10, h. 42

WHO. (2020). Countries failing to stop harmful marketing of breast-milk substitutes, warn WHO and UNICEF ; Agencies encourage women to continue to breastfeed during the COVID-19 pandemic. Available at : https://www.who.int/news-room/detail/27-05-2020-countries-failing-to-stop-harmful-marketing-of-breast-milk-substitutes-warn-who-and-unicef

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun