Untuk memastikan bahwa gerakan ini lebih inklusif, para penulis menekankan pentingnya mendorong lebih banyak keterlibatan dari komunitas akar rumput, organisasi non-pemerintah, dan kelompok yang terpinggirkan. Aktivisme data seharusnya tidak hanya menjadi arena diskursus akademis atau komersial, tetapi juga wadah bagi suara-suara yang paling terdampak oleh dampak negatif datafikasi dan diskriminasi algoritmik. Jika tidak, gerakan ini berisiko kehilangan potensinya sebagai kekuatan perubahan sosial yang nyata.
Secara keseluruhan, artikel ini memberikan kontribusi penting dalam memetakan lanskap wacana aktivisme data dan mengidentifikasi tantangan ke depan. Penting bagi kita untuk terus mengevaluasi bagaimana teknologi dan data dapat dimanfaatkan untuk keadilan, serta memastikan bahwa narasi yang terbentuk mencerminkan pengalaman dan kebutuhan semua lapisan masyarakat, bukan hanya elit yang berkuasa.
REFRENSI :
Liminga, A., & Lindgren, S. (2024). Mapping the discursive landscape of data activism: Articulations and actors in an emerging movement. Big Data & Society. https://doi.org/10.1177/20539517241266416
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H