Melalui pemberian layanan bimbingan klasikal tersebut, membuat para siswa menginginkan untuk melakukan sesi konseling dengan mahasiswa AM. Beberapa siswa yang mengikuti sesi konseling ini juga mampu untuk terbuka dan sudah melakukan setidaknya dua sesi konseling baik individu maupun kelompok. Mereka juga tidak segan untuk sekedar menyapa dan menghampiri apabila bertemu di lingkungan sekolah. Hal itu dapat menunjukkan siswa sudah tidak takut untuk menemui mahasiswa AM maupun guru BK yang ada.
Citra Ayu Rahmaning Widi
Citra memiliki pengalaman baik saat proses layanan bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok. Sebelum mengikuti layanan bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok, banyak siswa yang merasa takut jika kakak AM jurusan BK masuk ke dalam kelas. Mereka khawatir bahwa kehadiran mahasiswa BK hanya untuk menangani masalah-masalah perilaku. Namun, setelah memahami bahwa guru BK dan mahasiswa BK hadir untuk membantu dan mendukung semua siswa (bukan hanya yang bermasalah), akhirnya mereka mau dan turut aktif mengikuti layanan bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan klasikal pertama dilaksanakan di kelas X9 dengan topik "Manajemen Waktu" dengan alokasi waktu 1x45 menit. Selama layanan ini, banyak siswa yang awalnya takut dan ragu-ragu untuk berpartisipasi, namun setelah diberikan contoh dalam bentuk video yang merupakan implementasi metode pembelajaran interaktif, siswa menyadari bahwa BK dapat membantu mereka mengatur waktu dengan lebih baik, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan terstruktur.
Layanan bimbingan klasikal kedua juga dilaksanakan di kelas X9 dengan topik "Percaya Diri". Video pendek yang ditampilkan sangat efektif dalam memotivasi siswa. Setelah menonton, siswa lebih berani berbicara tentang diri mereka sendiri dan berani unjuk bakat di depan teman-temannya. Walaupun, awalnya mereka masih malu dan takut. Hal ini membantu mengubah persepsi siswa bahwa BK adalah tempat untuk mendapatkan dukungan, bukan sekadar tempat untuk siswa yang bermasalah.
Layanan bimbingan klasikal ketiga dilaksanakan di kelas X8 dengan topik "Pilihan Karir Setelah Lulus SMA". Melalui layanan ini sangat membuka wawasan siswa tentang berbagai jalur karir yang mungkin mereka tempuh. Mereka melihat BK sebagai sahabat dalam merencanakan karir, bukan sebagai hakim dalam menentukan karir siswa.
Terakhir pada layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan di kelas X9 dengan topik "Mengenal Hobi, Bakat, dan Minat". Layanan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode permainan simulasi dengan media papan ular tangga, dadu, dan kartu pesan. Permainan simulasi ular tangga membuat siswa lebih terbuka dan bersemangat dalam berpartisipasi mengikuti layanan bimbingan kelompok. Siswa merasa lebih nyaman berbagi hingga unjuk tentang minat dan bakat mereka. Diskusi reflektif di akhir layanan membantu siswa menyadari bagaimana minat dan bakat mereka dapat diarahkan ke karir yang sesuai. Dengan demikian, melalui berbagai layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok, siswa yang awalnya takut dan malu sekarang melihat BK sebagai sahabat yang siap membantu dan mendukung mereka dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Innaya Rahmania Dewi
Innaya memiliki pengalaman baik dalam pelaksanaan layanan konseling individu maupun layanan konseling kelompok. Layanan konseling terjadi setelah saya melakukan pendekatan dengan beberapa siswa di kelas X yang saya ampu dalam melaksanakan layanan bimbingan klasikal. Awalnya hanya bertanya mengenai jurusan yang diinginkan di kelas XI kemudian berlanjut pada persetujuan mereka para siswa untuk mengikuti konseling, baik konseling individu maupun konseling kelompok.
Awalnya siswa-siswa yang berkonseling dengan saya tidak memiliki pandangan apapun mengenai konseling, mendengar kata "BK" atau "Ruang BK" saja mereka sudah menolak dan mengatakan "tidak mau Bu", "masa ke BK sih Bu....takut", dan "aku malu Bu ke BK". Kalimat itu yang sering diucapkan oleh para siswa jika sudah mendengar tentang BK. Melihat pandangan/perspektif siswa yang masih keliru dengan BK, membuat saya semakin semangat untuk merubah perspektif tersebut yang awalnya BK menakutkan menjadi BK sahabat siswa.Â