Di Indonesia Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah menjadi perhatian serius, terutama bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), hampir sekitar 40% mahasiswa di Indonesia berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah, yang paling rentan terhadap dampak kenaikan biaya pendidikan. Selain itu, survei yang dilakukan oleh lembaga pendidikan menunjukkan bahwa lebih dari 25% mahasiswa mengalami kesulitan untuk membayar UKT,. Salah satu faktor utama yang memengaruhi kenaikan ini yaitu kebutuhan perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu fasilitas, tenaga pengajar, dan layanan akademik. Selain itu,kenaikan UKT juga dianggap sebagai upaya positif untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas. Akan tetapi, di sisi lain, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait penurunan aksesibilitas pendidikan tinggi bagi kalangan tertentu.
DAMPAK YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN BIAYA KULIAH
Memperbesar tekanan ekonomi keluarga,Â
Bagi keluarga kalangan kurang mampu. merasakan tekanan ekonomi yang lebih besar akibat dari kenaikan biaya kuliah. Hal tersebut menyebabkan mereka harus menyesuaikan kembali prioritas pengeluaran rumah tangga. Misalnya, dana yang semula direncanakan untuk kebutuhan pokok sehari-hari ,harus dikurangi demi untuk membayar UKT. Ada beberapa keluarga terpaksa harus mencari pinjaman dengan bunga lebih tinggi, yang pada akhirnya bisa memperburuk kondisi finansial mereka dalam jangka yang cukup panjang. Penelitian juga memberitahukan bahwa beban finansial bukan memengaruhi orang tua akan tetapi juga memberikan tekanan emosional pada mahasiswa, yang merasa bertanggung jawab untuk meringankan beban keluarga. Akibat dari hal tersebut adalah, munculnya rasa cemas, stres, dan bahkan keputusan untuk berhenti atauputus kuliah.
Meningkatkan angka putus kuliah.
Banyak mahasiswa tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi dikarenakan tidak sanggup untuk membayar UKT yang semakin tinggi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), angka putus kuliah pada tahun 2023 meningkat sebesar 15% yang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama di kalangan mahasiswa semester awal. Hal tersebut dapat memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Meningkatnya jumlah mahasiswa yang berkerja sambil kuliah.
Untuk memenuhi kebutuhan finansial, banyak mahasiswa yang terpaksa bekerja sambil kuliah. Survei dari Asosiasi Mahasiswa Nasional mwmbweritahukan bahwa lebih dari 30% mahasiswa bekerja paruh waktu demi menutupi biaya kuliah dan hidup. Dampak dari hal ini dapat mengurangi fokus belajar mahasiswa, waktu untuk kegiatan akademik, dan bahkan kesehatan mental mereka juga ikut terganggu
Penurunan Minat Melanjutkan Pendidikan Tinggi
Kenaikan UKT juga berdampak pada penurunan minat siswa SMA SMK untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Banyak siswa dari keluarga kalangan yang kurang mampu memilih langsung bekerja setelah lulus SMA SMK dikarena dianggap lebih realistis dibandingkan menanggung biaya kuliah yang terbilangÂ
 mahal.
SOLUSI YANG BISA DILAKUKANÂ
Program beasiswa KIPKÂ
Program beasiswa yang diberikan pemerintah kepada mahasiswa sangat relavan untuk meringankan beban biaya Selain menanggung biaya pendidikan, KIPK juga memberikan bantuan biaya hidup bagi mahasiswa yang merantau. Program ini sudah mendukung lebih dari 200 ribu mahasiswa pada tahun 2023, namun perlu ditingkatkan cakupannya untuk menjangkau lebih banyak penerima..
Program beasiswa lainnya dari pemerintah
pemerintah juga memberikan beasiswa lainnya, seperti bantuan dari pemerintah daerah baik kabupaten maupun kota. Beasiswa ini dapat membantu meringankan beban biaya pendidikan bagi mahasiswa, terutama untuk perguruan tinggi di daerah terpencil..
Rancangan pembayaran yang fleksibel.
Rancangan pembayaran yang fleksibel merupakan salah satu solusi yang efektif untuk mengatasi dampak dari kenaikan biaya kuliah, terutama bagi mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu. Sistem ini memberikan kemudahan dengan memungkinkan pembayaran secara angsuran, disesuaikan dengan kemampuan finansial keluarga.Namun, agar efektif, rancangan pembayaran fleksibel harus diterapkan secara adil, transparan, dan disertai pengawasan yang baik untuk menghindari dari risiko utang yang berlebihan. Dengan dukungan dan kebijakan yang tepat, solusi ini bisa menjadi langkah nyata untuk menciptakan pendidikan tinggi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Mengikuti magang berbayar
Mahasiswa bisa mengikuti program magang berbayar agar memperluas wawasan dan pengalaman. Selain itu, program ini memberikan penghasilan tambahan yang dapat digunakan untuk kebutuhan pendidikan maupun hidup sehari-hari. Contoh dari program yang berhasil adalah "Magang Merdeka" yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek, di mana mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja tetapi juga tunjangan bulanan yang layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H