Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukan gejala, atau apabila ada, gejalanya tidak  jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita.Â
Tekanan darah biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang dan paling banyak ditemukan pada mereka yang berusia di atas 40 tahun1. WHO dan International  Society  of  Hypertension  (ISH) mengatakan bahwa jumlah penderita  penyakit hipertensi di seluruh dunia  ada  600.000.000, dimana sebesar 3.000.000 diantaranya  terdata meninggal pada setiap  tahunnya sedangkan sebagian besar penderita tidak menerima pengobatan yang memadai.Â
Berdasarkan data Riskesdas 2018 jumlah  kasus  hipertensi  di  Indonesia adalah 63.309.620  dan  jumlah  kematian  akibat hipertensi di Indonesia berjumlah 427.2182.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, kejadian hipertensi terus meningkat, dengan lebih dari 1 miliar penderita hipertensi di seluruh dunia, dan diperkirakan 1,56 miliar orang di dunia akan menderita hipertensi pada tahun 20253. Hipertensi dapat  menyerang  berbagai  organ  dan menyebabkan kondisi berupa penyakit stroke, penyakit ginjal, koroner,  dan  kebutaan. Hipertensi  disebut sebagai silent killer karena pada banyak kasus kejadian  tidak menimbulkan gejala.Â
Penyakit ini  merupakan  salah satu  faktor  risiko  utama yang  bisa  mengakibatkan  terjadinya  serangan jantung dan stroke, hal ini dapat mempengaruhi sebagian  besar penduduk  dunia4. Penyebab Stroke adalah terputusnya aliran darah menuju otak  atau  dikarenakan  pecahnya  pembuluh darah  pada  otak  yang  bisa  mengakibatkan terjadinya  gangguan  musculoskeletal  dengan gejala  seperti  kelemahan  otot  di  sisi kontralateral  dengan  adanya  lesi  di  otak.Â
Terdapat  dua  faktor  penyebab  penyakit hipertensi yaitu kesatu adalah faktor yang tidak bisa  dirubah  seperti  umur,  genetik  dan  jenis kelamin. Kedua yakni faktor yang bisa dirubah, seperti  kegemukan  (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi garam yang  berlebihan,  dislipidemia,  psikososial, mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, stress dan  asupan  gula5.
Tingkat kecacatan dan kematian akibat penyakit ini juga meningkat dari tahun ke tahun, sehingga membahayakan kesehatan fisik dan emosional masyarakat. Penderita tekanan darah tinggi memerlukan pengobatan jangka panjang. Di klinik, obat yang umum digunakan antara lain diuretik, penghambat enzim pengubah angiotensin, antagonis kalsium, dll. Namun demikian, obat ini memiliki lebih banyak kontraindikasi dan efek samping seperti sakit kepala, pusing, hipotensi ortostatik, penurunan fungsi seksual dan sebagainya6, yang membatasi pemanfaatan klinis obat antihipertensi yang tersedia7.
Selain itu, hal ini juga sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, sehingga mengurangi kepatuhan pengobatan dan oleh karena itu menghasilkan kemanjuran antihipertensi yang tidak stabil.Â
Oleh karena itu, pasien hipertensi sangat membutuhkan pilihan terapi yang lebih efisien dan aman8. Penanganan  hipertensi  dapat  dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengobatan farmakologi  dan  nonfarmakologi. Â
Pengobatan farmakologi  salah  satunya  adalah  Beta-bloker yang  dapat  memperlambat  kerja  jantung  dan memperlebar  pembuluh  darah9.  Selain  dengan pengobatan  farmakologi,  bisa  juga  dibantu dengan  pengobatan  nonfarmakologi  seperti terapi  akupunktur,  pengobatan  dengan  cara perangsangan  pada  permukaan  tubuh  yang mampu menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit,  meregulasi  gangguan  fungsi  tubuh, memperbaiki keadaan patologik, mempertinggi kualitas hidup, meningkatkan estetika (kecantikan), mencegah timbulnya penyakit10.Â
Akupunktur  dikenal  sebagai  salah  satu sistem pengobatan  Cina  yang  menggunakan metode   penusukan   jarum   pada   titik-titik tertentu  untuk  menyembuhkan  penyakit  atau mencapai   kondisi   kesehatan   tertentu11. Peningkatan  pada  titik  akupunktur  diduga memberikan  rangsangan  pada  saraf  otonom yang   menimbulkan   hambatan   rangsangan simpatis, sehingga terjadi hambatan pada saraf vasokonstriktor  yang  berakibat  vasodilatasi. Penusukan   pada   titik   taichong   (LV   3) menyebabkan penurunan tekanan darah disertai penurunan  plasma  angiotensin  II.  Â
Hal  ini menunjukkan  bahwa  sistem  renin  angiotensin memegang  peranan  penting  dalam  penurunan tekanan darah dengan akupunktur12. Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa akupunktur adalah pengobatan yang efektif untuk hipertensi, dan memiliki efek terapeutik yang signifikan dalam pengobatan hipertensi13.Â
Selain itu, sebagai pengobatan non-farmakologis, akupunktur menunjukkan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan pengobatan farmakologis. Â
Akupunktur tersebut dapat menurunkan tingkat  nyeri,  menaikkan  kebugaran  tubuh  dan mempercepat  proses  pemulihan  kesehatan pasien.  Teknik  Akupuntur  ini dengan menusukkan  jarum  dengan tujuan dapat mengalirkan energi ke dalam tubuh paisen. Dalam  pengobatan  tradisional  Cina  terdapat fungsi  meridian  tubuh  yakni:,  tempat mengalirnya  energy  vital,tempat  rangsangan penyembuhan,  penghubung bolak  balik  antar organ  dan  tempat  keluar  masuk  penyebab penyakit. Meridian ini terdapat titik-titik akupuntur yang bisa dirangsang dengan alat tumpul atau jari-jari tangan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menembus bagian kulit tubuh yang ditusuk14.
DAFTAR PUSTAKA
- Junaidi, Â Iskandar. Â 2010. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Almu Popular.
- Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehat RI. 2018;53(9):1689--99.
- Chow CK, Teo KK, Rangarajan S, dkk. Prevalensi, kesadaran, pengobatan, dan pengendalian hipertensi di masyarakat pedesaan dan perkotaan di negara-negara berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah. JAMA 2013; 310 :959-68.
- Darmawan A, Berawi KN, Karimah N, Wahyudo R, Kedokteran F, Lampung U, et al. Efektifitas Terapi Akupunktur terhadap Penderita Hipertensi Effectiveness of Acupuncture Therapy on People with Hypertension. Agromedicine. 2019;6:332--6.
- Adam M, Nurachmah E, Waluyo A. Akupresur untuk Meningkatkan Kekuatan Otot dan Rentang Gerak Ekstremitas Atas pada Pasien Stroke. J Keperawatan Indones. 2014;17(3):81--7.
- Rantanen AT, Korkeila JJA, Lyttyniemi ES, dkk. Kesadaran akan hipertensi dan gejala depresi: studi cross-sectional pada populasi perawatan primer. Scand J Prim Kesehatan 2018; 36 :323-8.
- Tedla YG, Bautista LE. Gejala Efek Samping Obat dan Kepatuhan Terhadap Pengobatan Antihipertensi. Am J Hipertensi 2016; 29 :772-9.
- Gebreyohannes EA, Bhagavathula AS, Abebe TB, dkk. Efek samping dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan antihipertensi di Rumah Sakit Khusus Komprehensif Universitas Gondar. Klinik Hipertensi 2019; 25.
- Maryam, Siti R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
- Sudirman, Syarif. 2010. Efek Samping Terapi Akupunktur.
- Alamsyah,  Isa.  2010. Cara  lebih  mudah menemukan  titik  terapi  acupoint. Depok:   AsmaNadia Publishing House.
- Agnes.  2009. Akupunktur  Teori  Meridian.Jakarta: Penerbit Akupunktur Indonesia.
- Abdi H, Tayefi M, Moallem SR, dkk. Akupunktur perut dan daun telinga mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi. Melengkapi Ada Med 2017; 31 :20-6.
- Ariyanti KS, Sariyani MD, Pemayun CIM. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Akupuntur Di Praktik Perawat Mandiri Latu Usadha Abiansemal Badung. J Ilmu Kesehat MAKIA. 2020;10(2):107--16.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H