Mohon tunggu...
Citra Apriliani
Citra Apriliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Garut

You can do it with all the abilities you have

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Serpihan Kisah Penjual Aromanis Rambut Nenek CIHA

16 Agustus 2021   22:55 Diperbarui: 2 September 2021   22:47 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Varian cup besar Aromanis Rambut Nenek CIHA (Dokpri) 

"Konsekuensi dari seorang pengusaha, berani ambil resiko". Itulah prinsip yang dipegang oleh ayahku ketika beliau berjibaku mengembangkan usaha di bidang makanan ringan. Mungkin beberapa orang sudah mengenali makanan jadul ini.

Ya, serpihan kisah penjual Aromanis Rambut Nenek CIHA, bisa menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya, akan kegigihan dalam menjalankan usahanya. 

Mungkin bagi banyak orang, terdengar tak asing lagi ditelinga. Sebab usaha ini telah dirintis oleh sang ayah sejak lama melalui kuatnya bahu dan besarnya kasih sayang terhadap keluarga. Pa Rasmin adalah seorang ayah yang hebat, melalui perjuangannya telah membuat keluarga tetap tersenyum dengan produksi rumahan yang mengikut-sertakan ibu rumah tangga dalam proses pembuatannya.

Benar!, produksi rumahan, yaitu produksi yang melibatkan beberapa anggota keluarga bahkan tetangga sekitar. Mereka turut andil dalam merajut asa mulai dari pembungkusan, pengemasan, hingga pendistribusiannya. Produk ini bernama Aromanis Rambut Nenek CIHA, singkatan kata Citra-Hafizh (Putra putri Pak Rasmin).  

Tersimpan rapi dalam memori kecil kami ketika ayah selalu tidur larut malam demi menciptakan inovasi untuk model makanan aromanis. Kerja keras yang dioptimalkan guna mewujudkan hasil yang memuaskan tergolong zona tertinggi dalam struktur pemikiran sang ayah. 

Jualan arumanis sudah dilakoninya sejak beliau di bangku SMP, sehingga karena pengalamannya nyaris menguasai strategi dalam pemasaran produknya. 

Kisah ini terekam semenjak tahun 2014, Kota Bandung menjadi letak geografis yang pernah menjadi indikator awal mula penjualan aromanis. Saat itu, kebetulan ayah sedang berbincang halus dengan seorang tukang bubur kacang di sampingnya. 

Singkatnya ayah merasa diberi kemudahan ketika seorang tukang bubur kacang mengarahkan ke tempat proses pengolahan aromanis tepat sekitar 10 meter dibelakang tempat ayah duduk. Beliau mengkaji bagaimana cara membuat produk aromanis sesuai dengan standar yang berkualitas.

Bulan demi bulan dilewati sembari mengulik jenis produksinya. Sampai kata "gagal" selalu hadir menengok jerih payah kami, terimakasih ya!. 

Alhasil, semangat yang terus semakin memuncak karena si "gagal" itu, telah memberi energi baru pada keluarga kami, terutama ayah.

Varian kemasan Rp 500 Aromanis Rambut Nenek CIHA (Dokpri) 
Varian kemasan Rp 500 Aromanis Rambut Nenek CIHA (Dokpri) 
Pada mulanya, usaha ini hanya memproduksi satu jenis saja yaitu kemasan Rp. 500 dengan bermacam-macam warna. Namun, setelah mengalami permintaan dari penyalur makanan yang terinspirasi permintaan pasar, maka ayah memutuskan untuk menambah varian kemasan aromanis; varian cup besar, cup kecil, dan box container. 

Varian cup besar Aromanis Rambut Nenek CIHA (Dokpri) 
Varian cup besar Aromanis Rambut Nenek CIHA (Dokpri) 

Di samping itu, kondisi penjualan saat ini cenderung menurun dari bulan sebelumnya. Biasanya sekitar 5-8 hari pengiriman barang dilakukan. Akhir-akhir ini terjadi kendala yang disebabkan oleh durasi waktu pembuatan bahan olahah aromanis. Omzet yang didapat pun sudah pasti ikut mengalami perubahan dari yang biasanya 6 juta terpangkas menjadi 3 juta dalam kurun waktu 1 minggu. 

Event sejuta kebaikan untuk pedagang kecil menjadi motivasi untuk mengulas cerita singkat penjualan Aromanis Rambut Nenek CIHA yang sampai sekarang masih terus di jalankan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun