Mohon tunggu...
Citra Andriani
Citra Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Hello !!

Terus belajar, berproses dan saling berbagi IG : @citrandrn FB : Citra Andriani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Citra-Story#9 | Hai Pekanbaru!

2 Juni 2019   20:08 Diperbarui: 2 Juni 2019   20:33 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sebelum berangkat dengan Dr. Fateh

Setelah lama berunding tentang kelanjutan visa, jadilah diputuskan kami akan mengurus visa di Kedutaan Malaysia yang ada Pekanbaru, selain lebih dekat, proses pembuatannya hanya sehari.

20 Maret 2019

Hari itu kami berangkat pukul 20.15, terlambat 15 menit karena kami harus beli nasi bungkus untuk berbuka, kami diantar oleh dr Fateh dan dr Jabbar. Aku dan rafiko berada di mobil dr Jabbar, dan yang lain bersama dr Fateh. Kami menuju terminal Batu Pahat, sekitar 30 menit dari kolej Perwira. Disepanjang perjalanan aku dan rafiko bicara mengenai progres dari final projek kami masing-masing pada Dr Jabbar meskipun sebenarnya kami lebih banyak berdiskusi mengenai pendidikan di Indonesia dan Malaysia.

"Di Indonesia dimulai dari sekolah dasar, sekitar umur 6 tahun hingga 12 tahun dilanjut dengan sekolah menengah pertama , lalu menengah ke atas. Jika sudah selesai Tamat maka kami bisa memilih untuk melanjutkan s1 atau diploma"  jelas Rafiko pada Dr Jabbar

"Bagaimana kalau disini Dr?" Tanyaku

" Kami mulai dari sekolah rendah atau kebangsaan sekitar umur 7-12 lalu lanjut dengan sekolah menengah. Selepas itu bisa tes jika mau degree atau diploma." Jelas Dr Jabbar dengan logat khas melayunya.

Kami tiba di terminal pukul 20.50, lalu kami mencari konter penukaran tiket terdekat. Kami menaiki bis "Airport Coach Era Meera" harganya 50 ringgit, saat itu 1 RM = 3650 IDR. Pukul 21.00 bis datang, kami mulai berpamitan lantas beranjak naik bis. Bis berangkat pukul 21.20 . Semua penumpang telah naik, tetapi bus tidak dalam keadaan penuh.

Tempat penukaran tiket bus
Tempat penukaran tiket bus

Lagu favorit sudah kusiapkan di playlist, Rewrite The Stars menjadi lagu pertama yang diputar sembari menemani aku melihat sisi lain wajah Johor malam itu. Jalanan yang lengang, rumah-rumah khas melayu, kedai-kedai makanan yang masih buka malam itu ikut menjadi tontonan yang menarik.

Pukul 01.15 dini hari kami tiba di bandara Internasional KLIA 2, aku baru saja bangun tidur, entah sudah berapa lama dan sejak dimana aku terlelap.

Kami berlima memutuskan beristirahat di musholla setelah melihat catatan perjalanan dari salah satu blogger. Kami sholat isya dan menunggu hingga pagi. Beberapa memutuskan untuk tidur, sedangkan aku masih memilih untuk menulis dulu sembari memakan kuaci. Membunuh waktu. Dan tak lama aku pun ikut tertidur.

Aku terbangun pukul 5 pagi, tertidur di musholla bandara, benar saja aku dan Regina kedinginan karena tidur tepat dibawah ac musholla tersebut. Lantas aku membangunkan Regina mengajak ia keluar dari sini. Ia setuju. Bandara saat itu sangat dingin, karena ac dimana-mana.

Aku menuju luar bandara tepat disebelah kanan setelah keluar dari musholla. Aku mendapati Mbak Arofah dan Sarah yang sudah tertidur duduk di bangku sana.

Aku dan regina duduk disebelah mereka, regina melanjutkan tidur sedang aku membaca novel karya Tereliye yang berjudul Pergi.  Menunggu shubuh.

Bandara sudah mulai ramai ketika pukul 06.45. bis , selepas sholat shubuh kami masih mengulangi aktifitas yang sama.

Sekitar pukul 08.30 kami pergi sarapan, kami menyantap nasi dan ayam goreng serta sayur brokoli tumis. Kecuali Regina yang lebih memilih roti subway.

Sekitar pukul 09.30 kami selesai, waktu yang terlalu mepet untuk boarding pass. Belum lagi kami sempat kebingungan mencari gate, naik turun tangga, berjalan cepat sembari sedikit lari lari kecil mencari gate L18, aku dan Rafiko berjalan dengan cepat, aku sempat memikirkan bagaimana teman yang lain, apa mereka di belakang kami, atau di depan kami, rafiko terus berjalan aku mengikuti, sembari mencoba menelpon salah satu dari mereka. Aku terengah-engah ketika sampai di gate L18. Padahal kami sudah menginap di bandara tetap saja harus lari-lari. hehehe

"Ada kawan lagi tak di belakang ?" Tanyanya

"Tadi ada kawan kami tak ? Berjilbab ?" Tanya balik Rafiko sembari menyerahkan tiket.

"Ada dua orang je, dia kata ada kawan di belakang dua orang"

" Oh mungkin itu kami yang dimaksud" jawabku sembari menyerahkan tiket

" Baik ye, silahkan turun ke bawah lurus je" kata mbak berseragam air asia tersebut.

Aku dan rafiko langsung bergegas menuju pintu pesawat , beruntunglah kami masih banyak yang antri, karena kebetulan pesawat berbarengan dengan rombongan umrah.fiuhhh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun