Mohon tunggu...
Citra Andriani
Citra Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Hello !!

Terus belajar, berproses dan saling berbagi IG : @citrandrn FB : Citra Andriani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Citra-Story #2 | Sebatas Asa

31 Maret 2019   22:54 Diperbarui: 31 Maret 2019   23:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja ini tentang bagaimana semua dimulai, setiap orang memiliki kisah masing-masing, tentu saja ada suka dan duka, anggap saja ini sebuah langkah awal dalam mengabadikan diri, eh tentu saja. Sayangnya aku lupa siapa yang menciptakan kalimat menarik itu atau dimana aku membaca atau bahkan mendengarnya. ah sudah, mari kita mulai. Ini tentang bagaimana jejak baru itu dimulai.

"Manfaatnya sangat banyak sekali ketika disana. Kalian akan mendapatkan pengalaman yang entah baik atau buruk tapi dibalik semua itu pasti ada hikmahnya. Mumpung masih muda, manfaatkan waktu kalian sebaik-baiknya. Belajar dan belajar itu tugas kalian"

" Saya harap, ketika kalian disana nanti banyak hal baru yang kalian peroleh, sudut pandang baru, lebih maju, lebih terbuka pikirannya,

Nasihat Rektor Agustus 2018 lalu terngiang-ngiang di kepalaku. Beliau memberi arahan dan nasihat kepadaku serta 7 mahasiswa lainnya, yang nantinya akan menjadi Duta Kampus karena mewakili Universitas Widyagama Malang untuk melakukan pertukaran mahasiswa ke Malaysia. 

Program Student Exchange atau pertukaran mahasiswa adalah program pertama dari Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang. Setelah dilakukan seleksi pada jurusan masing-masing, terpilihlah total 8 orang dari semua jurusan.

Teknik Elektro 1 orang, Teknik Informatika 2 orang, Teknik Mesin 2 orang, Teknik Sipil 2 orang dan Teknik Industri 1 orang. Bekerjasama dengan Universiti Tun Husein Onn Malaysia.  Student Exchannge ini juga memberikan beasiswa berupa tiket pesawat PP, visa, transportasi dan asrama. Semua ditanggung kecuali biaya hidup. 

Akan tetapi, pemberangkatan yang dijadwalkan bulan September 2018 tersebut ditunda. 

Aku ingat betul, pagi itu ketika Dekan Fakultas Teknik dengan berat hati menyampaikan pada kami tentang penundaan keberangkatan dikarenakan masalah visa yang tak selesai. 

"Saya tau ini berat, saya pun juga berat menyampaikan pada kalian, penundaan ini benar-benar bukan masalah kampus dengan pihak di Malaysia. Ini murni karena masalah dokumen negara"

Kami terdiam. Pasrah.

Beberapa dari kami sudah mempersiapkan segala sesuatu dan bahkan ada yang sudah berpamitan kepada tetangga dan saudara terdekatnya. Sedang aku sendiri sudah memasukkan barang-barang yang akan aku bawa ke koper. Penundaan ini benar-benar mengejutkan. Kecewa jelas yang kami rasakan tapi  aku pun berfikir kami tak bisa apa-apa kecuali memikirkan cara menjelaskan pada keluarga dan orang-orang disekitar kami. 

Penundaan keberangkatan ke Malaysia pun akhirnya tersebar, banyak yang bertanya padaku "kenapa gak jadi ?" atau sekedar " loh kok masih disini, katanya ke Malaysia". Beberapa pertanyaan aku jawab sedang  pertanyaan yang berubah menjadi hinaan bagiku cukup hanya dengan seulas senyum. Dan ketujuh teman lainnya merasakan hal yang sama. 

Ibu selalu menguatkan aku, beliaulah yang membuat aku tenang melalui ini semua. " Kalau berangkat itu pasti rejeki dan Allah pasti sudah siapkan segalanya buat mbak. kalo bukan rejeki, kalo gak ya bukan rejeki, nah kalo mbak lolos kan berarti rejekinya mbak, kalo ditunda berarti Allah punya rencana lain. Semua tergantung usaha mbak dan doanya. Ibuk yakin mbak pasti berangkat. Allah yang ngatur." 

"Mbak minta doanya ya bu"

"Ya pasti ibuk doakan, mulai mbak daftar itu ibuk sudah doakan mbak, sudah yang sabar, pasti Allah punya rencana"

Aku memang berharap lebih terhadap program ini, aku pernah bermimpi tentang pergi ke luar negeri dengan beasiswa. Aku berusaha mendaftar dimanapun yang ada beasiswa ke luar negeri.

Aku membuat list 100 jejak tentu saja terinspirasi dari Danang sang pembuat jejak. Aku merasa dengan lolosnya aku ketika seleksi, satu jejak akan segera terbuat, satu mimpi akan segera terwujud dan satu list akan segera tercoret.

Aku memang bukan dari keluarga berada, namun mimpi adalah milik semua orang yang berani, karena bermimpi bukan tentang seberapa kaya atau miskinnya diri kita melainkan seberapa besar usaha kita untuk mewujudkan cita-cita kita. Manusia hanya merencanakan, Allah yang menentukan, kita juga tidak pernah tau doa  yang mana yang Allah kabulkan untuk kita. Maka berbekal itu, aku semakin yakin saja. 


September 2018, Mimpi itu sebatas asa ?.

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun