Mohon tunggu...
Citra Amelia Putri
Citra Amelia Putri Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja untuk Bermanfaat - Bukan Penulis Ulung!

"Jika Yakin Lakukan. Jika Ragu Tinggalkan. Diantaranya Pertimbangkan!"

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Frekuensi Penjualan Tinggi Beberapa Konsultan Merekomendasikan Metode Pencatatan Periodik! Berikut Alasannya

1 Februari 2025   22:52 Diperbarui: 1 Februari 2025   23:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode Pencatatan Stok (Sumber: Pribadi diedit dengan canva)

Tetapi, metode ini sedikit kurang tepat jika penjualan barang dagang kamu sudah terlalu banyak. Terlebih lagi kamu handle semuanya sendiri, dengan ribuan produk keluar masuk, belum lagi nanti ternyata ada yang cancel, retur, atau bahkan hilang. Kondisi ini diperparah dengan mix methode penjualan yaitu online dan offline.

Oke, jangan ambil kesimpulan apapun dulu. Mari baca sampai tuntas, biasakan selesaikan apa yang sudah dimulai ya.

Metode Periodik

  • Metode periodik lebih sederhana, ketika terjadi penjualan atau pembelian, cukup mencatatkan ada kas/piutang dan pendapatan atau utang pada pembelian/kas
  • Perhitungan stok akan dilakukan diakhir, hanya mencatat stok awal bulan, lalu dikurangi stok akhir, akan menghasilkan sisa stok dengan nilai persediaannya
  • Stok retur, cancel, atau rusak akan diakumulasikan di akhir

Tetapi, jika menggunakan metode ini kamu akan sedikit kesulitan ketika akan memantau stok persediaan secara berkala. Bahkan ketika ada fluktuasi harga beli, tidak akan ter-record riwayat perubahan HPP nya dari tanggal berapa. Metode ini menganut sistem pencatatan berkala alias stok produk tidak diupdate secara terus-menerus, sehingga membuka risiko adanya ketidakakuratan stok dan nilai persediaan.

Jadi, mau menggunakan yang mana? Selagi masih awal silakan komparasikan kedua metode ini. Dalam kasus ini, pebisnis yang diarahkan untuk mencoba memperhitungkan metode periodik pertimbangannya adalah:

  • Frekuensi penjualannya sangat tinggi
  • Penjualan full online (marketplace) yang mana penarikan datanya tentu saat barang terkirim/transaksi selesai
  • Sedangkan, bisa jadi akan ada retur, cancel atau bahkan kondisi tertentu yang menyebabkan stok kembali tanpa bisa diprediksi
  • Tidak memungkinkan untuk mencatatkan berkala, karena tidak ada staff khusus gudang

Lalu yang menggunakan software bagaimana? Sependek penelurusan yang saya lakukan, kebanyakan software akuntansi mengadopsi metode pencatatan prepetual, karena memang sebenarnya tujuan software adalah mempermudah dan mempercepat proses pencatatan. Terlebih lagi sekarang ini software akuntansi auto-generate artinya tidak perlu hitung manual, atau mengelompokkan/memposting akun akuntansinya.

Tetapi jika memang membutuhkan software dengan metode persediaan fisik, tidak perlu khawatir, ada alternatifnya (khususnya bagi pebisnis online).

  • Tetap menggunakan prepetual, namun impor data penjualannya yang secara berkala. Contohnya jika ada transaksi dari rentang tanggal 1-10, maka silakan beri estimasi 5 hari baru dicatatkan.
  • Eksporkan data penjualan dari marketplace, lalu catatkan di software akuntansinya pada tanggal 15, untuk memastikan sudah clear dari masalah retur, rusak atau cancel.
  • Bisa juga langsung mencatatkan secara periodik, artinya penjualan pembelian tetap dicatatkan realtime, begitupun ketika ada retur diakumulasikan terlebih dahulu. Nah untuk stok dilakukan penyesuaian persediaan. Di awal bulan inputkan stok awal, lalu lakukan penyesuaian stok kembali di akhir periode.

Lebih dan kurangnya demikian. Semoga sedikit membantu. Pilihlah metode yang sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya, ya! Serta jangan lupa konsultasikan dengan pihak yang anda percaya memiliki pengalaman dan kompetensi di bidangnya.

Sesuai kesepakatan, segala koreksi dan masukkan mari didiskusikan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun