Mohon tunggu...
Citra Amelia Putri
Citra Amelia Putri Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Alma Ata, Penulis, Novelis, Cerpenis

Jika ragu tinggalkan. Jika yakin lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kesalahan Minor dalam Penulisan Proposal Kegiatan Organisasi

5 Maret 2023   17:19 Diperbarui: 5 Maret 2023   18:52 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Citra Amelia Putri "Galat dalam Penulisan Proposal"

Tabik!

Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga masih baik-baik saja.

Bagaimana organisasinya saat ini? Semoga masih lurus-lurus saja. 

Masih dalam rangka awal tahun, aroma-aroma periode baru masih kuat, nih! 

Pengurus baru semangatnya masih membara biasanya. Rancangan program kerja sudah tersusun belum? Jika belum, semoga segera disusun sekaligus dilaksanakan.

Demisioner belum move on juga biasanya. Utang program kerja sudah lunas belum? Jika belum, limpahkan ke periode baru saja. Eits! Sembari meninggalkan 'utang', baiknya tinggalkan juga beberapa perbaikan dan bekal untuk periode baru. Contohnya memberi pranala artikel ini kepada pengurus baru.

Berbicara mengenai organisasi dan program kerja, pastinya tidak terlepas dari penyusunan proposal kegiatan. Namun, sangat disayangkan tidak banyak yang peduli akan pentingnya penulisan proposal yang baik. Meskipun kesalahan yang dilakukan terbilang minor atau kecil, tetapi itu sangat mengganggu pembaca. 

Berikut ini akan disajikan beberapa kesalahan minor dalam penulisan proposal kegiatan organisasi.

1. Penulisan Judul atau Nama Kegiatan.

Kesalahan penulisan judul sering ditemui dalam beberapa proposal kegiatan. Di mana letak kesalahannya? Pertama, dalam rangkaian penulisan. Contoh:

"Seminar Muslim Dan Muslimah Di Bulan Suci Ramadhan"

Judul di atas adalah contoh. Contoh yang kurang tepat maksudnya. Kenapa belum tepat?

Pertama, kata hubung atau partikel (di, dan, atau, dan lain-lain) tidak boleh diawali huruf kapital dalam penulisan judul. Kedua, penulisan kata "Ramadhan" tidak baku, seharusnya adalah "Ramadan". Jadi judul yang tepat adalah:

"Seminar Muslim dan Muslimah di Bulan Suci Ramadan"

Apakah judul harus selalu ditulis dengan kata baku? Sebenarnya tidak, yang punya acara juga kamu, terserah kamu lah, hehe. Bercanda, bercanda, bukan itu alasannya. Tetapi, baiknya dalam penulisan judul itu diseragamkan. Jika memang acara yang dilaksanakan itu informal atau untuk seru-seruan silakan saja, pilih judul acara semenarik mungkin. Sederhananya adalah, kalau mau baku, baku sekalian. Kalau tidak, tidak sekalian, jangan tanggung-tanggung.

Kalau ditulis kapital semua bagaimana? Nah, kalau ini berbeda lagi kasusnya. Menyambung pembahasan di atas. Galat dalam penulisan proposal yang kedua adalah mengenai konsistensi penulisannya.

Contoh: 

Nama kegiatan "EUPHORIA SASTRA". 

  • Patenkan nama kegiatan organisasi kamu. Jika penulisan yang kamu sepakati adalah ditulis dengan kapital, maka selama penyusunan proposal nama kegiatan tersebut harus ditulis kapital sampai akhir.
  • Jika penulisan kapital hanya di halaman sampul saja. Maka pertegas di latar belakang kegiatan, tulis ulang dengan kapital di awal kata saja, misalnya "Euphoria Sastra", dan penulisan ini harus konsisten sampai halaman akhir proposal.
  • Kasus lain, jika nama kegiatan yang diusulkan misalnya, "BOosTer EXAM 21". Maka dalam penulisannya harus disesuaikan besar kecil nama kegiatan tersebut.
  • Intinya, nama kegiatan adalah brand identity. 

2. Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca mungkin terdengar sepele, tetapi kamu harus berhati-hati. Kesalahan dalam menggunakan tanda baca bisa menimbulkan kesalahpahaman pembaca. Terlebih jika tidak menggunakan tanda baca, yang ada pembaca engap-engap.

Pertama, penggunaan tanda koma (,) yang tidak pada tempatnya.

Kedua, penggunaan tanda titik dua (:) yang tidak semestinya.

Contoh 1:

Tuntutan pencapaian organisasi semakin meningkat tetapi, berbanding terbalik dengan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak.

  • Dimana seharusnya letak tanda koma (,) tersebut? Yaps, Sebelum kata "tetapi" karena kata tersebut termasuk ke dalam konjungsi intrakalimat. Sehingga penulisannya harus diawali dengan tanda koma (,)

Contoh 2:

Oleh karena itu , maka kami bermaksud untuk menyelenggarakan acara dengan tema "Euphoria Sastra".

  • Hayo ngaku siapa yang masih nulis kayak gini? Penulisan tanda baca khususnya koma (,) tidak boleh diawali dengan spasi.

Contoh 3:

Adapun tujuan kegiatan "Euphoria Sastra" sebagai berikut:

1. Euphoria Sastra dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan literasi mahasiswa program studi akuntansi.

2. Kegiatan ini diselenggarakan untuk emberikan ruang ekspresi bagi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat non-akademik.

3. ....dst.

  • Di mana letak kekeliruannya? sederhana saja, ditanda baca titik dua (:)
  • Titik dua (:) seharusnya tidak dipakai dalam ragam kalimat di atas. 
  • Kata "sebagai berikut" yang diikuti oleh kalimat baru, paragraf baru, atau subjudul baru seharusnya diakhiri dengan tanda titik (.)
  • Lalu, apakah salah jika sebagai berikut diikuti tanda titik dua? Salah, jika untuk contoh di atas.
  • Kata "sebagai berikut" yang diikuti oleh titik dua (:) sah, sah, saja. Jika sesudahnya berupa frasa atau kata.

3. Latar Belakang dan Diksi

Ada apa dengan latar belakang? Ada masalah. Ya, benar, dalam latar belakang memang harus ada masalah. Namun, masalah dalam latar belakang biasanya bermasalah. Lho? Kok bisa? 

Pertama, terlalu bertele-tele untuk menyatakan permasalahan.

Kedua, paragraf penjelas terlalu melebar.

Ketiga, permasalahan yang menjadi landasan dilaksanakannya suatu kegiatan justru menjadi minoritas bahasan.

Misalkan:

Ketika kamu mengajukan kegiatan "Euphoria Sastra" maka seharusnya permasalahan yang diangkat tidak jauh dari minimnya tingkat literasi mahasiswa atau kurangnya dukungan dan fasilitas untuk mengekspresikan diri bagi mahasiswa pencinta sastra.

NAMUN, biasanya pembahasanmu di latar belakang malah ke mana-mana. Bahas organisasi lah, bahas negara lah, bahas krisis lah dan lain-lain. Hei, itu tidak perlu kawan! Bahkan jika kamu menyusun dua lembar latar belakang pun, yang akan dilihat oleh peninjau/guru/dosen adalah inti permasalahan dan alasan kenapa harus melakukan kegiatan yang diusulkan.

Kunci dari latar belakang adalah: masalah, relevansi, dan tujuan.


Tidak jauh dari latar belakang, kekeliruan lainnya ada dalam DIKSI.

Diksi atau pemilihan kata dalam proposal dapat memengaruhi keputusan atau penilaian pembaca. Berdasarkan pengalaman saya, masih banyak teman-teman yang menulis proposal menggunakan bahasa cakapan. Padahal seharusnya proposal itu disusun menggunakan ragam baku dan formal.

Contoh:

  • Kamu masih menggunakan kata penghubung (untuk, dalam, atau, dan lain-lain) di awal kalimat. Hayoo ngaku!
  • Kamu masih menggunakan kata "tapi" dalam menulis proposal. Padahal itu tidak baku, sebaiknya diganti dengan "tetapi".
  • Kamu masih menggunakan ragam bahasa gaul dalam penulisan proposal atau jangan-jangan ada juga yang masih menggunakan singkatan aneh diproposal (tsb, dll, otw). Waduh jangan sampe yaaa!

Oke, sampai di sini dulu ya! Mulai sekarang perbaiki setiap sudut penulisan proposalmu, supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman dan terhindar dari segala fitnah, hehe. Terlebih jika itu proposal ta'aruf.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun