Dilansir dari laman wikipedia, Panic buying adalah tindakan membeli barang dalam jumlah besar untuk mengantisipasi suatu bencana, setelah bencana terjadi, atau untuk mengantisipasi kenaikan maupun penurunan harga.
Panic buying sering diartikan sebagai kepanikan dalam membeli, atau melakukan penimbunan barang karena rasa takut.
Terjadinya panic buying biasanya karena dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, mereka takut jika tidak membeli sekarang, bisa jadi besok harganya akan naik. Kedua, jika mereka membeli besok, dikhawatirkan barangnya sudah habis.
Lalu, apa yang akan terjadi?
Penimbunan, tepat sekali. Panic buying akan memicu pada perilaku menimbun barang.Â
Ketika hal tersebut terjadi, maka akan berdampak pada kenaikan harga yang siginifikan.
Sebagai contoh, di awal tahun 2020 terjadi panic buying pada masker, handsanitizer, dan alat kesehatan lainnya. Ketika masyakarat terus menerus membeli barang dengan jumlah yang bisa dikategorikan "gila". Maka otomatis stok barang tersebut menipis.
Mirisnya lagi, hal tersebut sengaja tidak dibarengi dengan penawaran yang banyak. Maka terjadilah kenaikan harga yang jauh dari kata normal.Â
Tragedi tersebut nyatanya terulang lagi di 2021. Kali ini yang menjadi primadona panic buying adalah susu "bear brand". Per 3 Juli 2021 lalu, brand susu tersebut viral di mana-mana.