Internet memang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan telah menjadi gaya hidup. Berkat kemajuan teknologi, kita jadi sangat mudah untuk mengaksesnya, tidak ada hari tanpa kita berselancar di internet. Kita juga dapat mencari informasi yang kita butuhkan maupun hanya untuk sekadar membagikan momen lewat sosial media.
Hampir semua orang di dunia ini adalah pengguna sosial media baik wanita maupun pria, muda maupun yang tua. Dengan sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya, kita dapat membagikan banyak kenangan seperti tulisan, foto dan video.Â
Tentu saja setiap pengguna sosial media pasti pernah membagikan foto selfie-nya ke media sosial, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American Psychiatric Association (APA), pada penelitian ini mengkategorikan selfie yang berlebihan sebagai sebuah gangguan mental, yaitu penyakit mental bagi para pengguna sosial media yang terobsesi dengan kebiasaan memfoto diri sendiri (selfie) dan selanjutnya mengunggah ke berbagai sosial media, seperti Facebook, Twitter dan Instagram.Â
Gangguan mental ini disebut selfitis, awalnya orang-orang melakukannya karena merasa senang dengan hasil jepretan selfie yang didapatkan dan juga ingin mengabadikan momen, namun hal ini akhirnya menjadi obsesi dan kecanduan.
Menurut Lobo dan Gowda (2016), pengambilan selfie bertujuan untuk mengetahui daya tarik fisik dari seseorang, untuk mendapatkan pembuktian diri dan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta harga diri. Selfitis ini dapat membahayakan nyawa seseorang apabila melakukan selfie yang extreme seperti melakukan foto di atas ketinggian atau mengikuti challenge viral yang berbahaya.Â
Adapun temuan yang diterbitkan dari jurnal "JAMA Facial Plastic Surgery". Dijelaskan bahwa terjadi lonjakan minat pasien yang melakukan operasi plastik dikarenakan tidak merasa puas dengan wajah mereka saat melihat hasil jepretan selfie. Temuan ini menjadi salah satu pendukung bahwa obsesi foto selfie itu memang benar adanya.
Selfitis merupakan salah satu penyakit mental yang disebabkan karena pesatnya dunia digitalisasi saat ini. Meskipun begitu, penyakit ini dapat dicegah dengan menanamkan cinta pada diri sendiri. Karena dengan begitu kita dapat lebih bersyukur dan bahagia dengan apa yang kita miliki tanpa harus mencoba mendapatkan pengakuan terlebih dahulu dari orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H