Mohon tunggu...
Citraa Maulidaa
Citraa Maulidaa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Setiap orang memiliki proses yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Masyarakat Marjinal Lingkar KEK Mandalika Butuh Dukungan

25 Februari 2022   06:44 Diperbarui: 25 Februari 2022   06:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggelar FGD yang akan berkolaborasi dengan ADBMI, LGBS dan komunitas pekerja migran di kawasan KEK Mandalika, sumber :Fathul Rahman

Masyarakat Marjinal Lingkar KEK Mandalika Butuh Dukungan

ADBMI dan LGBS siapkan instrumen identifikasi komunitas pekerja migran lingkar (Kawasan Ekonomi Khusus) KEK Mandalika, Lombok Tengah, NTB. Setelah instrumen disusun, tim akan turun mengidentifikasi calon penerima manfaat program. Program ini didukung oleh SIAP SIAGA.

Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADMI) dan Lembaga Generasi Bintang Sejahtera (LGBS) akan mengidentifikasi komunitas pekerja migran di lingkar KEK Mandalika. Program yang berkolaborasi dengan SIAP SIAGA yang dilangsungkan di tiga desa yaitu, Desa Tanak Awu, Desa Sengkol, dan Desa Kuta. Desa Kuta merupakan lokasi inti KEK Mandalika, dan dua desa lainnya adalah desa penyangga yang terpengaruh oleh mega proyek KEK Mandalika.

"Program SIAP SIAGA ini merupakan proyek kemitraan dari Indonesia dan Australia untuk kesiapsiagaaan bencana dan upaya penanganan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19,'' kata Direktur Yayasan ADBMI Roma Hidayat, Senin (21/2/22).

Sebelum turun mengidentifikasi komunitas pekerja migran, Yayasan ADBMI dan LGBS menggelar focus group discussion (FGD) assessment dan penyusunan dabatase profil penerima manfaat. Dalam FGD ini dilibatkan para stakeholder di tiga desa sasaran program. Mereka yang dilibatkan dalam FGD ini adalah kepala desa, karang taruna, PKK, kelompok difabel, tokoh msayarakat, tokoh agama.

"Semua stakeholder yang terkait di desa ikut dalam FGD ini,'' katanya.

Dijelasksan Roma, ada enam kriteria calon penerima manfaat di program ini. Mantan pekerja yang repatriasi dalam 2 tahun terakhir sejak masa Covid-19.  Calon pekerja migran yang sudah mendaftar menjadi pekerja migran di salah satu agen namun belum berangkat karena masih diterapkannya kebijakan lockdown di negeri tujuan (placement country). Kriteria berikutnya keluarga pekerja migran/pengelola remmitance yang anggota keluarganya sedang terjebak lockdown di luar negeri dan tidak bisa mengirimkan uang/remmitance selama pandemi.  Sasaran berikutnya adalah mantan pekerja migran perempuan  yang single paren. Mantan pekerja migran difabel, yang disebabkan oleh kecelakaan kerja juga disasar oleh program ini. Terakhir program akan menyasar keluarga pekerja migran yang memiliki tanggungan keluarga  seperti jompo, difabel, yatim.

"Dalam kondisi pandemi ini, mereka semakin terdampak.  Kehilangan sumber pendapatan, di satu sisi beban bertambah,'' tambahnya.

Dalam program ini, Yayasan ADBMI dan LGBS akan bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di masing-masing desa. Karena itulah dalam FGD, tim dari BUMDES juga dilibatkan sejak awal. Komunikasi informal juga dibangun untuk sejak awal untuk memantapkan sebelum turun identifikasi.
"Dari hasil diskusi, dari enam kriteria calon penerima manfaat itu, sudah banyak informasi yang kami dapatkan dari teman-teman mitra di lapangan," kata Roma.

Direktur LGBS Syawaludin mengatakan, sejak awal pembangunan di KEK Mandalika banyak masyarakat yang mendapat manfaat. Menjadi pekerja kasar, menjadi staf, atau ada juga yang memasukkan material selama proyek berlangsung. Begitu juga ketika event MotoGP Mandalika 2022, masyarakat juga dilibatkan. Tapi pelibatan itu, menurut Syawal, masih sangat kurang. Bahkan tidak sedikit masyarakat lokal justru tersisishkan.

"Banyak yang kehilangan akses karena direlokasi. Ada juga yang kehilangan akses ke tempat kerja, terutama nelayan dan pekerja informal," kata Syawal.

Syawal yang juga warga lingkar KEK Mandalika menuturkan, selama ini dia banyak bermitra dengan masyarakat sekitar. Dia tahu bagaimana perubahan yang terjadi sebelum dan setelah proyek KEK Mandalika. Tidak semua masyarakat lokal bisa diserap oleh ITDC, sebagai pengelola kawasan. Di satu sisi, masyarakat juga tidak disiapkan dengan baik agar bisa mengakses pekerjaan ke dalam proyek KEK Mandalika.

"Masyarakat juga tidak harus diberikan bantuan-bantuan, tapi lebih baik berikan akses. Agar mereka bisa mandiri dan mendapatkan manfaat dari proyek KEK Mandalika,'' katanya.

LGBS sebagai lembaga yang sudah cukup lama bermitra dengan masyarakat di lingkar KEK Mandalika berharap melalui program yang didukung SIAP SIAGA ini, masyarakat bisa terbantu. Selain membantu dalam jangka waktu pendek, diharapkan program ini juga bisa menyiapkan masyarakat dalam jangka waktu panjang. Menyiapkan SDM mereka agar siap bersaing.

"Karena itulah kami fokus pada enam kriteria calon penerima manfaat, masyarakat marjinal. Dari komunitas pekerja migran, bukan hanya mereka tapi juga keluarganya,"tutup Syawal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun