Mohon tunggu...
CITRA KUMALAWATY
CITRA KUMALAWATY Mohon Tunggu... Guru - pekerja keras

Hidup hanya sekali, manfatkan menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi banyak orang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi 3.1.a.9 Pengambilan Keputusan dalam Pembelajaran

26 April 2022   14:56 Diperbarui: 26 April 2022   15:01 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*              Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Keberpihakan pada kepentingan peserta didik dapat tercipta dari seorang pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Seorang pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan seorang pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus tentang moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak sadar akan terpengaruh oleh keputusan apa yang nantinya akan diambil.

*            

*           Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun peserta didik kita sesuai kodrat zamannya tanpa meninggalkan kodrat alamnya agar mereka dapat selamat dan bahagia. KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada diri siswa, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri, dan seorang pendidik tidak boleh menuntut apapun kepada peserta didiknya.

Semboyan KHD yang berbunyi ing ngarso sung tuladha yang diartikan  sebagai didepan menjadi panutan ditengah menjadi arahan dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada siswanya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai dengan karakteristik serta minat siswa agar dapat dengan mudah menggali serta mengembangkan potensinya

*           Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap pendidik memiliki nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid, merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika yang dirasa benar seperti jiwa seorang pelajar pancasila. Apabila berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

*           Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya?

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali potensi yang ada pada diri coachee atau seseorang yang memiliki maupun masalah yang ada dalam diri kita. Dengan menggunakan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pengambilan keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya terlaksana dengan coaching. Pertanyaan-pertanyaan pematik dan reflektif muncul dalam proses coaching. Pertanyaan tersebut menstimulus kerja otak coachee untuk bekerja secara maksimal untuk menentukan sebuah keputusan yang diambil dari hasil penggalian potensi mereka. Keputusan sendiri yang tepat dan benar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun