Kepada yang terhormat, Â diam.
Kata-kata ini sebagai diam.
Agar leluasa kau terdiam.
Tertelanlah diam dan terdiam.
#citra_autisimo
NOTE:
Kohesi personalitas dalam sekian banyak hal. Â
Satu pun tak tergenggam. Â
Pendapat yang menetap hanya untuk diriku, Â dirimu. Â
Tak kunjung terjadi sebuah keutuhan. Â
Ini imbalan sebagai rasa syukur. Â
Dialog ini masih dalam koma-koma yang seharusnya dititikkan.
Antara wujud dan hakikat, Â antara ilmu dan karunia. Â
Ada tindakan, Â di belakangnya ada filosofi, Â di belakangnya lagi adalah letak martabat, Â di belakangnya lagi ada pengetahuan tentang penerimaan, Â di belakangnya lagi ada kekuatan akan hak penciptaan. Â
Di mana hatiku dan pikiranku meyakini kasih dan cinta, Â tentang itu, Â aku di sana akan bersujud. Â
Presisi nalar yang seharusnya diperbaiki dalam kebersamaan. Â
Kepastian yang padat yang dikayuh oleh kesetiaan di dalam pagar taman pribadi.
Keindahan pergumulan ini tidak ingin ku lukai. Â
Aku hanya teramat berusaha dan teramat mencintai.
Aku hanya ingin menggerakkan segalanya dengan belas kasih. Â
Untukmu kekasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H