Mohon tunggu...
Citra Autisimo
Citra Autisimo Mohon Tunggu... Buruh - Naluri tidak pernah salah, karenanya aku tidak boleh selalu benar.

Selesailah dahulu dengan dirimu sendiri, lalu selesaikan perziarahanmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengukuhkan Nirwana (Part 6)

21 November 2017   05:12 Diperbarui: 21 November 2017   05:51 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada yang terhormat,  diam.

Kata-kata ini sebagai diam.

Agar leluasa kau terdiam.

Tertelanlah diam dan terdiam.

#citra_autisimo

NOTE:
Kohesi personalitas dalam sekian banyak hal.  
Satu pun tak tergenggam.  
Pendapat yang menetap hanya untuk diriku,  dirimu.  
Tak kunjung terjadi sebuah keutuhan.  
Ini imbalan sebagai rasa syukur.  
Dialog ini masih dalam koma-koma yang seharusnya dititikkan.

Antara wujud dan hakikat,  antara ilmu dan karunia.  
Ada tindakan,  di belakangnya ada filosofi,  di belakangnya lagi adalah letak martabat,  di belakangnya lagi ada pengetahuan tentang penerimaan,  di belakangnya lagi ada kekuatan akan hak penciptaan.  
Di mana hatiku dan pikiranku meyakini kasih dan cinta,  tentang itu,  aku di sana akan bersujud.  
Presisi nalar yang seharusnya diperbaiki dalam kebersamaan.  
Kepastian yang padat yang dikayuh oleh kesetiaan di dalam pagar taman pribadi.

Keindahan pergumulan ini tidak ingin ku lukai.  
Aku hanya teramat berusaha dan teramat mencintai.
Aku hanya ingin menggerakkan segalanya dengan belas kasih.  
Untukmu kekasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun