Tik tik tik tik tik... RASANYA INGIN MELEDAK.
Hingga kudengar seruan Tuhan berkumandang. Rasanya ledakan yang tersimpan harus kuledakan ditempat yang semestinya. Tempat yang tersembunyi dari keramaian. Kuizin mlipir ke belakang. Rasanya yang aku keluarkan harusnya tawar, tapi ini bercampur dengan war. AKHIRNYA keluar, tumpah, riuh. Ia keluar bersamaan dengan Bunga kuning favoritku. Seharusnya jangan, sih. Sepertinya, hanya beberapa orang yang memiliki skill sepertiku. Mau sekeras apapun ia keluar, ia tak pernah meninggalkan jejak.
Keluar aku, kupandangi benda di depanku, rasanya sudah pilu. Terlalu lelahkah aku?
"Pik, itu boleh dipinjem?"
"Apa? kayanya apa aja boleh, asal jangan pinjem seratus."
"Hahaha, sa ae."
Kulangkahkan kakiku menuju pajangan didepanku, ada tiga buah buku. Kubawa salah satu yang paling kelabu, covernya. Kubaca satu demi satu. Pada bab 1, terdapat judul "Bismillah"
DEG...
Rasanya semua buyar, tertampar. Harusnya yang kususur bukanlah jalan. Tapi, jika masalah tidak ada jalan keluarnya. Bukankah mending Aku yang keluar jalan-jalan?
Susur menyusur. Akhirnya aku menemukannya. Yang kubutuh hanyalah Dia, Yang Maha Segalanya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H