Mohon tunggu...
R Shinta Ahmad
R Shinta Ahmad Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

Visit my site http://razqa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecerobohan Yang Merampas Hak Seorang Warga

29 Agustus 2015   01:01 Diperbarui: 29 Agustus 2015   01:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Mustaqim adalah seorang pemuda yang tinggal di Bantul, Yogyakarta. Hidup seorang diri semenjak neneknya meninggal, dia anak kedua dari 4 bersaudara. Orang tuanya berpisah dari ia masih bayi dan sejak itu ia dirawat neneknya. Ia memiliki seorang paman yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

Tanggal 2 Agustus 2015 sore ia pergi ke kali Progo untuk mencari makan kambingnya,tiba-tiba jarinya terkena sabit yang ia gunakan untuk memotong rumput. Niat hati ingin menghindari lebah yang ada di dekatnya tanpa sadar jarinya tersambar hingga robek.

Menurut pengakuan pamannya, Mustaqim sore itu terlihat pucat dan lemas. Dia sempat cerita kalau jarinya robek. Karena mengaku baik-baik saja atau entah berusaha baik-baik saja, ia pun melanjutkan aktivitas di rumah seperti biasa, sampai akhirnya ia pingsan menjelang maghrib di rumah pamannya.

Seketika kerabatnya panik dan memberitahukan hal tersebut pada kakaknya yang tinggal di desa yang berbeda. Akhirnya ia dibawa ke puskemas 24 jam terdekat. Menyadari pentingnya jaminan kesehatan, esoknya ia bersama kakaknya pergi mengurus pembuatan BPJS dengan berbekal Kartu keluarga asli, Akta Kelahiran dan KTP.

Tapi alangkah terkejutnya ketika mereka diberitahu kalau Mustaqim tidak ada datanya sama sekali di pemerintah setempat, padahal dia dokumen catatan sipilnya. Dia juga bukan warga baru, karena sudah 24tahun tinggal di tempat itu. Selama itu pula ia ternyata menjadi warga fiktif. Sebuah pertanyaan besar, kecerobohan darimanakah bisa terjadi hal demikian? Atau jangan-jangan Mustaqim hanya dicatat sebagai warga sebatas di catatan buku harian pak RT saja? Yang tadinya hanya sebuah pertanyaan besar kini beranak menjadi puluhan pertanyaan.

Kemungkinan hal ini yang menyebabkan Mustaqim tidak pernah menerima tunjangan apapun dari pemerintah walaupun dia berhak.  Sampai saat ini belum ada kejelasan dari pengurus warga setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun