Mohon tunggu...
Ciput Putrawidjaja
Ciput Putrawidjaja Mohon Tunggu... Praktisi Inovasi dan Inkubasi Bisnis Teknologi Kelautan -

Direktur Badan Pengelola Marine Science Techno Park Universitas Diponegoro (MSTP UNDIP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku Tentang "Indonesia" yang Pertama Terbit di Eropa

8 Oktober 2015   00:48 Diperbarui: 8 Oktober 2015   01:12 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ketiga berhubungan dengan “Agama Lama Orang Makassar", yang saat ini dianut oleh mereka dan upacara keagamaan yang ditentukan. Gervaise kemudian memberikan ulasan ringkas tentang praktek keagamaan pra-Islam, kenangan yang masih tersisa sejak Islamisasi Makassar sekitar 80 tahun sebelumnya, dan kemungkinan bahwa di beberapa daerah pinggiran atau di lingkungan tertentu atau keluarga, masih belum sepenuhnya di-Islamkan. Berbagai informasi yang diberikan di sini – fakta bahwa di Makassar upeti atau persembahan tetap dibayar di luar ruangan dan bukan di kuil-kuil, adanya penghormatan terhadap matahari dan bulan, keberadaan patung-patung sakral, tanah liat atau logam, jenazah yang dikuburkan di dalamnya, praktik pengorbanan hewan pada hari pertama dan hari kelima belas dari setiap bulan, kepercayaan pada reinkarnasi atau perpindahan jiwa ke jazad lain – kepercayaan ini tidak dikonfirmasi sebelumnya sampai kemudian sumber atau hasil penelitian baru yang diterbitkan. Demikian pula, mitos tentang asal-usul kehidupan orang Makassar dalam penelitian terbaru menunjukkan kemiripan yang sangat dengan tradisi Bugis esoteris.

Berkenaan dengan Islam, Gervaise menulis kesan yang luar biasa mengenai keterbukaan yang tak lazim berkaitan dengan waktu teks ini ditulis, terutama bila dibandingkan dengan apa yang ia tulis tak lama sebelum buku sebelumnya di Siam , tentang “Malaies” (lihat di bawah). Resistensi Islam bertemu dari kelas bangsawan, Gervaise memberikan di sini sekali lagi, informasi yang telah mampu kami pahami sebagai hal baru, dengan membandingkannya dengan sumber Bugis bertulisan tangan. Demikian pula, deskripsi ritual sunat dan penguburan seperti yang dilakukan bagi kalangan bangsawan yang juga ditemukan di catatan budaya lainnya.

Gervaise membagi tiga kategori muslim berkaitan dengan tingkatan pengabdiannya: yakni Labe (yaitu Melayu Lebai) yang bertanggung jawab untuk melaksakan ritual pemakaman yang juga bertanggung jawab sebagai pengurus masjid, Santri yang merupakan pelajar sekolah agama (pondok pesantren), juga sebagai semacam biarawan atau biarawati, hidup sendiri atau janda, berpakaian serba putih, kepala gundul, tinggal di dinding masjid dan hanya bergantung pada sedekah, mungkin yang dia maksudkan berkaitan dengan - meskipun saya tidak tahu informasi lain tentang hal ini – adalah pendeta yang eksis pada saat-saat awal berdirinya Islam, seperti Zawiyah atau mereka yang sudah eksis di negara-negara Muslim lainnya. Untuk kategori ketiga menurut Gervaise, adalah Tuan Imam, gelar keagamaan ini diperoleh ketika yang bersangkutan pulang berhaji ke Mekkah. Sebenarnya kami mengira bahwa yang dimaksud tuan adalah pimpinan dari persaudaraan mistik, seperti misalnya Sheikh Yusuf yang terkenal, yang dikenal dengan gelar Tuanta Salamaka (Tuan Yang Tercerahkan) – pelopor tasawuf dalam Islamisasi Sulawesi Selatan.

Buku Gervaise bisa dianggap sebagai risalah yang dapat ditelusuri, baik secara geografis, sejarah dan etnografi mengenai penduduk Sulawesi Selatan, dimana Makassar sebagai pokok ulasan, meski juga membahas Toraja, termasuk Mandar dan Bugis dengan porsi yang sedikit. Namun demikian, buku ini tak merujuk ataupun diimbangi oleh buku lainnya yang terbit pada saat itu, termasuk di Belanda.

[Bersambung]

Sumber:

Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel Christian Pelras di Jurnal Archipel Volume 54, Tahun 1997 berjudul “The First Description of South Sulawesi in French and Remarkable for Two Young Princes of Makassar in France of Louis XIV” yang dimuat di blog ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun