Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

2 Unsur Kepribadian Ini Menjadi "Tolak Balak" Ketika Pendidikan Keluar dari Falsafah Bangsa

20 November 2024   17:09 Diperbarui: 20 November 2024   17:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru sebagai pencerah pikiran dan hati siswa. | Sumber:  gurumulia.org

Spirit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI diartikan semangat jiwa. Dijelaskan lebih lanjut bahwa spirit merupakan unsur yang mendalam dari jiwa. Dengan demikian spirit adalah panggilan jiwa (sebagai guru). Oleh sebab itu spirit berkorelasi langsung dengan sikap inovatif dan kreatif guru. Apabila dikembangkan lebih lanjut spirit guru adalah penjiwaan terhadap profesinya, pengabdian dan dedikasi yang ditunjukkan dalam menjalankan tugas profesinya.

Spirit guru, sekaligus berkaitan erat dengan motivasi internal guru dalam menjalankan tugas. Maka spirit guru mempunyai korelasi yang positip terhadap sikap inovasi dan kreativitasnya. Sehingga makin tinggi spirit yang dimiliki, makin tinggi jiwa inovasi dan kreativitas guru dalam melayani siswa-siswinya. Selanjutnya semakin tinggi tingkat inovasi dan kreativitas guru akan membawa dampak pada tingginya kualitas proses pembelajaran. Kualias proses pembelajaran inilah yang akan membawa proses perubahan sikap siswa yang berkualitas.

Selanjutnya spirit guru juga berkorelasi positip terhadap dedikasi guru dalam menjalankan tugasnya. Mengapa? Sebab ketika guru di dalam dirinya mempunyai banyak ide dan kreasi dalam melayani siswa-siswinya, maka profesinya akan mengalirkan ide dan gagasan yang dapat memberikan kualitas layanan pembelajaran.

2) Kesadaran bahwa Guru adalah Hamba Tuhan

Unsur kepribadian ini berkaitan erat dengan kesadaran guru tentang ekspresi spiritual guru. Ekspresi spiritual guru akan mendorong juga munculnya kesadaran bahwa guru adalah hamba Tuhan. Kesadaran guru tentang dirinya sebagai hamba Tuhan inilah yang akan mendorong guru berusaha menghadirkan kualitas layanan sebagai bekal pertanggungjawaban sebagai hamba Tuhan.

Maka, ketika guru mempunyai kesadaran sebagai hamba Tuhan, guru harus mempunyai pribadi yang beriman dan bertaqwa. Wujud iman taqwa yang harus dimunculkan adalah kesadaran untuk mau menjalankan "ibadah ritual yang fungsional" sebagai kebutuhan jiwanya. Kesadaran demikian diharapkan akan membentuk kesadaran "paripurna" dalam dirinya, bahwa setiap kita akan meninggalkan dunia. Kesadaran paripurna inilah yang akan membentuk dirinya untuk selalu berusaha menghadirkan ucapan dan tindakan yang dapat mengalirkan "investasi ukhrowi" sepanjang waktu.

Konstruksi keimanan yang demikian diharapkan akan menyadarkan guru bahwa kelasnya, siswanya adalah lahan pahala yang besar, luas, panjang dan strategis untuk dijadikan lahan investasi ukhrowi. Sehingga dalam membangun spirit profesinya bahwa profesi yang dimiliki adalah jalan dakwah yang kelak akan mengantarkan pada kebahagiaan hakiki di akhirat. Sebab profesi guru adalah profesi yang dapat mencerahkan, meluruskan, dan mencerdaskan dan menyelamatkan generasi penerus bangsa. Sebab pena guru itu bagaikan "Tongkat Nabi Musa". Pada saat tongkat itu difungsikan secara ilahiyah, dapat menyelamatkan umatnya dari kejaran raja Fir'aun yang ingin membinasakan. Mari kita isi pen akita dengan spirit menjadi guru yang kuat dan kesadaran sebagai hamba Tuhan yang kuat.  

Kedua unsur kepribadian guru tersebut pada giliranya akan menjadikan guru yang mempunyai kepribadian yang bisa dijadikan teladan bagi siswanya secara khusus dan kepada teman seprofesi pada umumnya. Sehingga kompetensi kepribadian dalam bentuk kearifan, kestabilan jiwa, akhlaq mulia akan terpatri dalam ucapan dan tindakan guru. Kedua unsur kepribadian guru tersebut pada akhirnya dapat dijadikan "tolak balak" ketika proses pendidikan keluar dari falsafah bangsa.

Sikap atheis, perkawinan sesama jenis, intoleransi, sekulerisme, komunisme, anjuran agar sekolah menyediakan "kondom" yang belum lama terdengar adalah contoh-contoh budaya yang tidak sesuai dengan falsafah bangsa kita. Spirit guru dan kesadaran guru sebagai hamba Tuhan akan bisa dijadikan sebagai sanjata untuk menolak (tolak balak) atas budaya yang bertentangan dengan ideologi negara, sehingga pendidikan Indonesia akan tetap bertahan dengan spirit dasar negara Pancasila.

Mengapa kedua unsur kepribadian guru di atas dapat menjadi tolak balak? Sebab spirit guru dan kesadaran guru sebagai hamba Tuhan yang kuat dapat membangun idealisme profesinya sebagai bagian bangsa Indonesia yang sudah terikat kontrak nasional terhadap nilai-nilai Pancasila. Sehingga guru mempunyai kesadaran penuh untuk menanamkan kecintaan terhadap nilai-nilai budaya bangsa kepada para siswanya. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun