Informasi tersebut memberikan gambaran riil tentang letak Candi Barong dibangun, yaitu dibangun di atas bukit yang memiliki bebatuan yang dapat digunakan sebagai komponen pembangunan Candi Barong.
Halaman Candi Barong terbagi dalam tiga bagian. Makin ke belakang makin tinggi bangunannya.
Teras ketiga (paling atas) merupakan halaman yang paling sakral (suci). Pada teras tersebut terdapat dua bangunan candi. Ukuran kedua candi hampir sama. Secara arsitektur, kedua candi juga memiliki kesamaan
Pertama, candi terdiri dari kaki candi, badan candi dan atap candi. Kedua, kedua candi tidak mempunyai bilik candi, namun terdapat rongga yang di atasnya yang semuanya terdapat hiasan kalamakara.
Selanjutnya pada teras kedua dan pertama tidak ditemukan bangunan candi. Ketiga halaman dibatasi oleh pagar keliling dengan pintu gerbang (gapura paduraksa).
Kondisi ini selain menambah kesan estetis bangunan, juga menampakkan kesan kemegahan.
Secara keseluruhan halaman tersebut memanjang dari timur menuju ke barat.
Sehingga ketika memasuki halaman candi dari teras I menuju teras II maupun III nampak struktur bangunan candi merupakan bangunan berundak dari bawah sampai ke atas.
Kondisi demikian sekaligus mengingatkan kita tentang bangunan Punden Berundak pada masa bangsa kita berada pada era megalithicum.
Maka Candi Barong adalah satu contoh adanya akulturasi budaya megalithicum (budaya asli bangsa Indonesia sebelum pengaruh India masuk ke Nusantara) dengan budaya India (Hindu).