Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candi Ijo: Karakteristik, Keunikan, dan Kepak Sayap Kekuasaan Dinasti Sanjaya Abad IX M

10 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:10 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak tiga candi Perwara pada halaman utama yang dikelilingi pagar. Foto diambil dari teras bawah. Dokpri

Keunikan

Hal menarik pada candi Ijo yang juga membedakan dengan candi peninggalan Hindu yang lain yaitu adanya proses alkulturasi dan sinkritisme antara pengaruh India (Hindu) dengan unsur asli nusantara yaitu masa Megalithikum (zaman batu besar). Pada masa ini ditandai dengan adanya kejelasan tentang konsep pemujaan roh nenek moyang.

Maka, mencermati keunikan candi Ijo dapat dilihat pada lokasi atau keletakan bangunan candi dan struktur bangunan. Dari sisi lokasi atau letak di atas bukit, ini merupakan salah satu keunikan. Sebab candi-candi lain yang dibuat di atas bukit umumnya candi tunggal dan kompleks candi yang dikategorikan kecil dan sedang. Padahal candi Ijo adalah kompleks candi yang besar dan megah dengan areal yang luas.

Pembangunan candi Ijo sepertinya merupakan hasil akuturasi antara unsur budaya Megalithikum, dengan pengaruh India (Hindu). Adanya teras-teras dari bawah ke atas (undak-undak) mengingatkan adanya peninggalan zaman Megalthikum yang bernama Pundek Berundak yaitu tempat yang digunakan untuk memuja roh nenek moyang. Maka bangunan teras secara berundak sudah ada sebelum Hindu masuk ke Indonesia. Selanjutnya, selain candi Ijo merupakan contoh hasil akulturasi, tidak mustahil juga merupakan hasil siskritisme mitologi Hindu dengan mitologi bangsa Indonesia sebelum Hindu masuk yaitu pemujaan roh nenek moyang yang berkembang pesat pada zaman megalithikum.   

Gambar candi Ijo dari Candi Induk (Teras IX) ke teras-teras di bawahnya. Sumber:(Foto: Dok. BPCB DIY 2016).
Gambar candi Ijo dari Candi Induk (Teras IX) ke teras-teras di bawahnya. Sumber:(Foto: Dok. BPCB DIY 2016).
Berdasar gambar di atas diketahui nahwa candi Induk selain dikelilingi pagar juga terdapat lingga-lingga yang ada di setiap arah mata angin. Kondisi demikian selain menampilkan kelengkapan suatu bangunan, juga menunjukka aspek keindahan dan kharisma suatu bangunan.

Tampak tiga candi Perwara pada halaman utama yang dikelilingi pagar. Foto diambil dari teras bawah. Dokpri
Tampak tiga candi Perwara pada halaman utama yang dikelilingi pagar. Foto diambil dari teras bawah. Dokpri

Candi Ijo dan Kepak Sayap Kekuasaan Dinasti Sanjaya Abad IX M

Berdasar bukti yang sekarang ada, kepak sayap kekuasaan dinasti Sanjaya mulai tahun 732 M berkembang di wilayah Magelang. Selanjutnya penerus Sanjaya yaitu Panangkaran, mengembangkan sayap kekuasaannya di wilayah Yogjakarta (sekarang). Hal ini dapat dilihat dari candi Kalasan (budha) dan candi Sari (Budha). Bisa saja masa Panangkran, kekuasaan Sanjaya terdesak oleh dinasti Sanjaya. Namun pada abad IX M, dinasti Sanjaya berkembang lagi, bahkan bisa dikatakan mengalami masa kejayaan yang ditandai perluasan wilayah dari sampai poros Prambanan. Di Magelang, candi-candi peninggalan dinasti Sanjaya yang dibangun diwilayah Magelang hampir semua dibangun pada periode abad IX M, kecuali candi Gunung Wukir (732 M). Demikian juga Situs Liangan, candi Pringapus di Temanggung, diduga tumbuh dan berkembang abad IX M. Pembangunan candi merupakan bukti kuatnya kekuasaan pemerintah. Maka makin banyak candi yang dibangun, dapat diasumsikan, kekuasaan penguasa makin kuat.

Apakah Candi Ijo juga dibangun abad IX M? Berdasar data epigrafi, Candi Ijo diperkirakan dibangun dalam kurun waktu tahun 850 M-900 M (Srimuryantini Romawati,dkk:2008). Apabila dugaan ini benar, maka Candi Ijo dibangun sezaman candi-candi yang ada di Magelang (Pendem, Asu, Lumbung, Candiretno, Situs Plandi, Situs Samberan, Situs Brongsongan, candi Umbul) dan situs Liangan, candi Pringapus di Temanggung. Sehingga pada abad IX M dapat dijelaskan sebagai masa berkembangnya sayap kekuasaan dinasti Sanjaya. Periode 850 M-900 M berdasar prasasti Mantyasih dan Wanua Tengah III yang dikeluarkan Balitung, adalah masa kekuasaan Pikatan, Kayuwangi dan Balitung. Sehingga dapat dijelaskan bahwa masa pemerintahan Pikatan, Kayuwangi dan Balitung, sayap kekuasaan dinasti Sanjaya berkembang dari Poros Prambanan sampai Magelang (bahkan Temanggung).

Bahkan pada masa Balitung sudah berhasil mengembangkan sayapnya di banyak wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dapat dibuktikan dengan temuan-temuan prasasti yang tersebar di berbagai kota Jawa Tengah dan Jawa Timur. Persebaran prasasti masa Balitung dapat dilihat pada tulisan penulis di (https://www.kompasiana.com/ciptolelono0907/66b41ea934777c7e3730e692/membaca-warta-magelang-dari-prasasti-mantyasih-907-m?page=4&page_images=1).  Hal ini menunjukkan bahwa Pikatan dan Kayuwangi serta Balitung adalah raja yang besar pengaruhnya. Sebab paska Balitung, dinasti Sanjaya mengalami kemunduran. Bahkan pada masa pu Sindok, dipindahkan ke Jawa Timur.

Salah satu candi yang ada di teras lima.Dokpri
Salah satu candi yang ada di teras lima.Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun