Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candi Ijo: Karakteristik, Keunikan, dan Kepak Sayap Kekuasaan Dinasti Sanjaya Abad IX M

10 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan bebatuan candi Ijo.Dokpri

Untuk candi Ijo, pembangunan di atas bukit secara proses bisa dikatakan menyimpang ('aneh'). Sebab candi Ijo adalah kompleks percandian besar, sehingga membutuhkan bahan dasar yang sangat banyak dan penyangga ekonomi yang juga kuat. Pada umumnya candi dibangun dengan alternatif dekat dengan aliran sungai agar mudah memperoleh bahan dasarnya yaitu batu andesit. Selanjutnya juga mempertimbangkan tingkat kesuburan tanah di sekitar bangunan candi. Contoh: candi Gunung Wukir, Gunung Sari, Selogriyo di Magelang, tetap mempertimbangkan kondisi areal bawah candi merupakan tanah pertanian yang subur. Mungkin saja bahan dasar candi Ijo menggunakan batu-batu perbukitan yang sudah berumur relatif lama (bukan batu sungai). Sebab tidak jauh dari candi Ijo juga terdapat bangunan dengan kompleks besar yaitu Keraton Ratu Boko yang juga berada di atas bukit dan menggunakan bahan dasar dari batu andesit. Secara umum pemilihan bukit sebagai lokasi pembangunan candi, setidaknya mempertimbangkan beberapa hal yaitu:

  • Mitologi agama Hindu, yaitu keyakinan bahwa dewa-dewa berada di tempat yang tinggi. Maka pembangunan sarana ibadah di atas bukit merupakan simbol proses kedekatan konsep dewa-dewa yang disembah.
  • Ekologi, yaitu memperhatikan pada keamanan, keberlangsungan dan kelestarian lingkungan. Sehingga keberadaan candi tidak sampai memutus mata rantai kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
  • Pertimbangan bahan baku, yaitu pertimbangan efektif dan efisiensi dalam memperoleh bahan dasar candi. Di Jawa Tengah candi-candi pada umumnya berbahan batu andesit. Pada umumnya batu andesit diambil dari sungai. Namun di Magelang bahan dasar candi yang berbentuk batu bata. Candi-candi tersebut antara lain: situs Plandi, situs Brongsongan, situs Samberan, dan situs Dipan. Situs-situs tersebut berada di radius 1 km s.d. 5 km dari candi Borobudur. Situs lain yang berbahan dasar batu bata adalah Candiretno yang ada di wilayah Candiretno kecamatan Secang.
  • Pertimbangan kemakmuran lingkungan, yaitu pertimbangan yang bersifat ekonomi. Sebab pembangunan candi selain proses pembangunan juga berurusan dengan pemeliharaan dan pelestarian bangunan suci. Oleh sebab itu wilayah yang dijadikan pembangunan candi, secara umum mempunyai tingkat kemakmuran yang baik.

Sepertinya pembangungan candi Ijo yang berada di atas bukit lebih dominan orientasi politiknya dibandingkan dengan beberapa pertimbangan di atas. Sebab di dekat candi Ijo juga terdapat kompleks Keraton Ratu Boko yang juga besar dan megah. Tidak jauh  dari candi Ijo juga terdapat candi-candi besar yaitu candi Prambanan (Hindu), Sewu dan Plaosan yang bercorak Budha. Candi lain yang bercorak Budha yang lokasinya berada sekitar candi Ijo adalah candi Sojiwan dan Banyunibo.

Mungkinkah candi Ijo dibangun oleh penerus Sanjaya (Pikatan?, Kayuwangi?, Balitung?) untuk menunjukkan 'menara kekuasaan kembar' (candi Prambanan-candi Ijo) untuk menandingi kekuasaan dinasti Saylindra yang berhasil membangun candi Sewu dan Plaosan? Sebab candi sebesar candi Ijo, sepertinya tidak sebanding dengan perjuangan dan pengrobanan rakyat; apabila hanya dibangun untuk tujuan pemujaan. Sehingga alasan politik lebih mendekati fakta yang muncul dibanding sekedar alasan keagamaan. Orientasi mengembangkan kejayaan (Glory oriented) sepertinya lebih tepat untuk melihat alasan candi Ijo dibangun di atas bukit. Apalagi hanya sekitar 2 km dari candi Ijo, juga terdapat bangunan di atas bukit yang megah dan besar yaitu Keraton Ratu Boko.  

Argumen ini relevan dengan dugaan para Peneliti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogjakarta yang menjelaskan bahwa berdasar tulisan yang ada di prasasti yang ditemukan, candi Ijo diduga dibangun sekitar tahun 850 s.d. 900 M. Periode tahun itu diperintah oleh Pikatan, Kayuwangi dan Balitung yang pada masa pemerintahannya dinasti Sanjaya mengalami masa kebesaran. Hal ini tentu memerlukan kajian yang lebih mendalam.

2. Struktur bangunan

Pembangunan komplekss Candi Ijo memiliki karakteristik yang unik dan menarik. Struktur bangunan kompleks candi Ijo terdiri 17 yang terbagi menjadi 11 halaman benrbentuk teras berundak. Halaman tersebut memanjang dari barat ke timur. Halaman yang paling suci (sakral) berada di di halaman belakang (paling atas). Dengan demikian berada di bagian paling timur. Halaman tersebut merupakan halaman ke-11. Pada halaman ini terdapat empat candi yaitu 1 candi induk dan 3 candi perwara. Selain bangunan candi, pada halaman ini terdapat lingga yang tertanam pada empat arah mata angin dan bangunan pagar yang mengelilingi halaman.

Pada dinding candi induk terdapat tiga relung yang masing-masing ditempati arca Agastya, Ganesha, dan Durga. Sedangkan pada bilik candi induk terdapat lingga dan yoni yang merupakan simbolisasi dewa Siwa. Selanjutnya di dalam candi perwara tengah terdapat arca Nandi yang dianggap sebagai keandaraan dewa Siwa.

Candi F di teras VIII kompleks candi Ijo. Sumber foto: BPCB DIY 2018
Candi F di teras VIII kompleks candi Ijo. Sumber foto: BPCB DIY 2018

Bangunan lainnya berada di teras 9. Pada teras ini terdapat struktur bangunan batur yang menghadap ke selatan. Selanjutnya di teras 8 terdapat tiga candi, empat batur, dan dua buah prasasti yang menjelaskan bahwa candi Ijo adalah candi pemujaan kepada buyut (generasi yang berada di atas kakek/nenek). Prasasti tersebut tidak berangka tahun, namun berdasar paleografinya diperkirakan abad ke-8 dan ke-9 M. Selanjutnya di teras 5, hanya terdapat satu candi dan dua batur. Sedangkan di teras 4 dan teras 1 (pertama) masing-masing terdapat satu candi. Pada teras ke-10, ke-7, ke-6, ke-3 dan ke-2 tidak terdapat bangunan candi. ( Edi Setyawati,dkk.2013).

Relung-relung candi induk kosong. Sebab arca Agastya, Ganesha dan Durga disimpan di BP3 Yogjakarta.Dokpri
Relung-relung candi induk kosong. Sebab arca Agastya, Ganesha dan Durga disimpan di BP3 Yogjakarta.Dokpri

Berdasar uraian tersebut dapat diketahui di kompleks candi Ijo terdapat 10 candi, 7 batur, 8 lingga patok dan pagar candi (terutama pada halaman teras terakhir). Oleh sebab itu candi Ijo merupakan kompleks percandian yang besar, sehingga tidak mustahil termasuk jenis candi kerajaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun