Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menerka Misteri Dibalik Reruntuhan Situs Samberan dan Brongsongan

24 September 2024   06:07 Diperbarui: 24 September 2024   06:07 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan dinasti Sanjaya di Magelang juga dapat dikorek dari situs Samberan dan Brongsongan. Situs Samberan berada di dusun Samberan Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran, sedangkan situs Brongsongan berada di dusun Brongsongan, desa Ringinputih Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

Kedua situs ini masih belum banyak dikenal masyarakat luas. Sebab selain posisinya berada di tengah desa, dari segi rekonstruksi bangunan candi masih tergolong minim sebagai akibat sangat terbatasnya komponen-komponen candi. Kondisi situs Samberan ditemukan Yoni yang sudah tidak utuh dan reruntuhan candi yang berasal dari batu merah. Sedangkan situs Brongsongan ditemukan arca, 2 yoni dan reruntuhan candi terbuat dari batu merah. Situs Samberan berada sekitar 5 km dari candi Borobudur, situs Brongsongan berada sekitar 2 km dari candi Borobudur.

Situs Samberan dan Brongsongan bercorak Hindu. Hal ini didasarkan pada temuan beberapa Yoni yang berada di lokasi candi. Oleh sebab itu, kedua situs tersebut adalah peninggalan dinasti Sanjaya. Dengan demikian, wilayah kekuasaan dinasti Sanjaya juga merambah suatu wilayah pedesaan yang sekarang berada di wilayah kecamatan Tempuran dan Borobudur. Temuan situs Samberan dan Brogsongan sekaligus menunjukkan pengaruh yang kuat kekuasaan dinasti Sanjaya di wilayah Magelang.

Misteri Situs Samberan dan Brongsongan

Situs Samberan dan Brongsongan termasuk situs Hindu yang masih banyak menyisakan misteri. Sebab tidak (belum?) ditemukannya sumber tertulis yang dapat membantu membuka misteri keberadaannya. Berdasar narasi Balai Konservasi Borobudur, pada situs Samberan hanya ditemukan beberapa Yoni dan Umpak. Sedangkan di situs Brongsongan ditemukan arca berjumlah lima, yoni berjumlah dua. Sehingga pada kedua situs tersebut sama-sama ditemukan yoni.

Berdasar temuan inilah, maka disimpulkan bahwa situs Samberan maupun Brongsongan bercorak Hindu.  Tidak (belum) ditemukan bukti tertulis yang berkaitan dengan kedua situs ini. Oleh sebab itu terdapat beberapa misteri yang perlu dijawab. Beberapa misteri tersebut antara lain:

A. Siapa raja yang memerintah?

Pertanyaan pertama adalah masa pemerintahan siapa situs Samberan dan Brongsongan dibuat? Baik situs Samberan maupun Brongsongan tidak memiliki bukti tertulis. Sehingga untuk mengetahui, siapa raja yang berkuasa saat kedua situs dibuat tidak bisa dijelaskan secara langsung. Namun, sekitar 5 km dari kedua situs tersebut ditemukan situs Plandi. Situs ini bercorak Hindu. Pada situs ini ditemukan reruntuhan batu candi yang juga terbuat dari batu merah. Selain itu juga ditemukan yoni besar bercerat.

Yoni Situs Plandi dan Brongsongan. Gambar diolah.Dokpri
Yoni Situs Plandi dan Brongsongan. Gambar diolah.Dokpri

Hamparan batu bata (batu merah) Mataram Kuno yang menjadi bahan baku candi.Dokpri
Hamparan batu bata (batu merah) Mataram Kuno yang menjadi bahan baku candi.Dokpri

Bahan yang sama juga ditemukan pada situs Plandi. Namun pada situs Plandi, struktur candi yang terbuat batu bata masih belum dilakukan ekskavasi. Dengan kata lain masih terpendam di dalam tanah, walaupun pernah dilakukan langkah awal untuk diteliti. Hanya saja pada situs Plandi, terdapat prasasti yang berangka tahun 856 M. Periode tersebut kekuasaan dinasti Sanjaya berada dalam kekuasaan raja Kayuwangi.

Melihat adanya kesamaan bahan baku dalam pembuatan candi yaitu terbuat dari batu bata, relief pada cerat Yoni, maka tidak mustahil situs Samberan dan Brongsongan juga dibuat pada periode tersebut (sezaman dengan situs Plandi).  Apabila dugaan ini benar, maka raja yang berkuasa saat itu adalah raja Kayuwangi.

Penerus Sanjaya masa Kayuwangi memang mempunyai peran yang besar secara politik di wilayah Magelang. Banyak candi-candi yang dibuat pada masa pemerintahannya menunjukkan besarnya pengaruh kekuasaannya di Magelang. Candi Pendem, Asu, Lumbung, Candiretno, candi Umbul?, merupakan jejak portofolio kekuasaanya. Semua peninggalannya berada di wilayah pedesaan.

B. Jenis Candi apa?

Berdasar kondisi yang ada, maka situs Samberan dan Brongsongan termasuk candi Wanua (desa). Sebab selain kecil, juga lokasi berada di wilayah pedesaan. Maka kehadiran situs tersebut tidak mustahil sebagai tempat pemujaan warga wanua. Di Magelang candi-candi Hindu banyak yang tersebar di wilayah pedesaan. Ada tiga candi yang berada di atas pegunungan (candi Gunung Wukir, Gunung Sari dan Selogriyo). Selebihnya banyak tersebar di wilayah pedesaan.

Berdasar fakta tersebut, mungkinkah penerus Sanjaya memang ingin menguasai wilayah pedesaan sebagai basis kekuasaanya? Hal ini tentu memerlukan langkah kajian lebih mendalam.

C. Bahan Candi

Berdasar kondisi di lapangan, baik situs Samberan maupun situs Brongsongan berbahan baku batu bata. Namun beberapa komponen candi tertentu tetap berbahan batu andesit. Arca maupun yoni juga masih terbuat dari batu andesit.

Digunakanya batu bata sebagai bahan bangunan candi, merupakan salah satu wujud kearifan lokal masyarakat. Kondisi demikian kelak dilanjutkan di periode Jawa Timur. Sebab di Jawa Timur banyak ditemukan candi yang terbuat dari batu bata. Misal candi Tikus, Brahu, Bajangratu, dll. Secara khusus di wilayah Sumatra, candi-candi juga dibuat dari batu bata. Benarkah batu bata sebagai bahan candi dimulai oleh raja Kayuwangi? Benarkah raja Kayuwangi terpengaruh oleh penguasa di Sumatra dalam membuat candi? Kedua hal ini memerlukan kajian tersendiri yang lebih teliti.

Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa masa dinasti Sanjaya sudah mengenal bahan baku candi dari batu bata. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat saat itu sudah mampu mengenal cara mencetak, membakar dan memilih jenis tanah yang cocok untuk dibuat batu bata. Di sisi lain, temuan situs Samberan dan Brongsongan, makin menunjukkan kekuasaan dinasti Sanjaya abad IX M di Magelang mempunyai pengaruh yang semakin kuat. Mengingat hampir semua candi peninggalan dinasti Sanjaya di Magelang berada di wilayah desa, ada kemungkinan ingin menjadikan desa-desa di Magelang sebagai basis kekuasaannya. Sekali lagi, hal ini masih memerlukan kajian lebih mendalam.

Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/situs-samberan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun