Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anatomi Kekuasaan Dinasti Sanjaya berdasar Candi Umbul

18 September 2024   07:34 Diperbarui: 12 Oktober 2024   02:26 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Candi Umbul yang sekarang difungsikan sebagai kolam renang oleh masyarakat. Dokpri

Sejak Sanjaya mengeluarkan prasasti Canggal 732 M berikut pembangungan candi Gunung Wukir, para penerusnya terus mengembangkan kekuasaanya dengan berbagai langkah guna memantapkan kekuasaan dinasti Sanjaya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pembangunan candi. Langkah ini setidaknya bisa menjadi bukti bahwa para penerus raja Sanjaya masih terus mengembangkan sayapnya baik secara politik, sosial, sekonomi, budaya maupun agama.

Jejak peradaban Hindu di Magelang mulai teridentifikasi sejak ditemukanya prasasti Tukmas yang lokasinya juga sama-sama berada di wilayah kecamatan Grabag sekarang. Pengaruh Hindu di Magelang secara politik maupun agama nampak pada periode 732 M dengan dikeluarkanya prasasti Canggal oleh Sanjaya. Pada prasasti itu diperoleh penjelasan bahwa Sanjaya menjadi raja menggantikan Sanna setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Status Sanjaya sebagai pendiri dinasti dapat diketahui lebih lanjut dari prasasti Mantyasih 907 M.

Jarak antara 732 M sampai 907 M di Magelang telah terjadi dinamika politik para penerus Sanjaya. Rentang waktu itu para penerus Sanjaya telah meninggalkan jejaknya di wilayah Magelang. Peninggalan tersebut dapat diketahui dari sejumlah candi, prasasti maupun benda-benda lain seperti yoni, artefak yang tersebar di berbagai wilayah Magelang.

Data diolah dari BPCB Jateng.Dokpri
Data diolah dari BPCB Jateng.Dokpri

Sebaran bukti-bukti tersebut menunjukkan Magelang menjadi "poros kekuasaan" dinasti Sanjaya pada abad VIII M s.d. X M. Data di atas juga memberikan gambaran bahwa pada masa raja Kayuwangi dimungkinkan menjadi penerus dinasti Sanjaya yang berhasil meneguhkan kekuasaannya di wilayah Magelang. Termasuk secara khusus, candi Umbul juga diduga dibangun oleh raja Kayuwangi. Persepsi demikian didasarkan dugaan BPCB Jateng yang memperkirakan bangunan candi Umbul se zaman dengan candi di kompleks candi Sengi (Pendem, Asu dan Lumbung). 

Bersamaan dengan kondisi di Magelang, di wilayah Yogja muncul juga "poros Prambanan". Sebab di daerah tersebut juga banyak ditemukan candi-candi peninggalan Hindu. Setidaknya dapat didentifikasi antara lain candi Prambanan, candi Ijo, candi Kedulan, candi Sambisari, candi Morangan, dan candi Barong. Persebaran candi-candi Poros Magelang dan Poros Prambanan dapat dilihat pada tabel berikut:

Data diolah dari BPCB DIY dan Jateng.Dokpri
Data diolah dari BPCB DIY dan Jateng.Dokpri

Berdasar tabel tersebut dapat diketahui bahwa Magelang menjadi pijakan pertama bagi Sanjaya dalam meletakkan pondasi kekuasaan dengan didirikanya candi Gunung Wukir dan prasasti Canggal 732 M. Setelah itu menuju Poros Prambanan yaitu pendirian candi Sambisari (812 M-838 M). 

Setelah itu Pikatan mendirikan candi Prambanan (prasasti Siwaghra 850 M dan Candi Ijo (850 M-900 M). Penyelesaikan pembangunan dimungkinkan terjadi pada masa pemerintahan Balitung. Dalam kurun waktu 869 M di Poros Prambanan didirikan candi Kedulan (869 M) masa Kayuwangi.

 Raja Kayuwangi dimungkinkan juga melanjutkan pembangunan candi Ijo, Prambanan. Bahkan dalam kurun waktu yang relatif bersamaan terjadi dinamika di wilayah Poros Magelang dengan didirikannya candi Pendem, Asu, Lumbung, diuduga candi Umbul, situs Plandi, Brongsongan, Samberan, Candiretno.  Sehingga Kayuwangi diduga kuat menjadi penerus Pikatan yang berhasil menyatukan kekuatan Poros Prambanan dengan Magelang.

Bahkan candi yang bercorak Budha juga mewarnai dinamika yang terjadi pada kedua poros tersebut pada abad IX M.  Di poros Prambanan dibangun  candi Sewu, candi Plaosan (utara dan selatan), candi Kalasan, candi Sari, candi Sojiwan, candi Banyunibo, dll. Di Magelang ditemukan candi Ngawen, Pawon, Mendut, Pawon, dan Borobudur. Hadirnya penguasa Sailindra dengan membangun candi-candi Budha dalam kurun waktu yang bersamaan menambah dinamika pada kedua proros makin seru. Kondisi kompetisi antar kedua kubu sampai terjadinya konflik tentu sangat memungkinkan terjadi. Sebab kedua dinasti yang sama-sama berada pada kedua poros, juga terlibat dalam pengembangan kekuasaan (politik), bukan semata budaya, ekonomi maupun agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun