Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Peradaban Hindu di Magelang: Membaca Warta Magelang dari Prasasti Canggal

18 Juni 2024   06:53 Diperbarui: 18 Juni 2024   06:54 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan Candi induk Candi Gunung Wukir tempat ditemukannya prasasti Canggal. Dokpri

a. Sistem pemerintahan Mataram Kuno

Sistem pemerintahan Mataram Kuno adalah kerajaan. Hal ini didasarkan pada isi prasasti Canggal yang menyebut pendirian Lingga. Menurut Soekmono, 1990:40, pendirian lingga secara khusus adalah lambang mendirikan kerajaan.

Maka raja adalah penguasa tertinggi. Berdasar prasasti Canggal, raja pertama bernama Sanna. Setelah meninggal baru Sanjaya yang menggantikan tahta. Masih berdasar pada isi prasasti Canggal, Sanjaya bukan anak Sanna, namun anak Sannaha (saudara perempuan Sanna). Jadi Sanjaya adalah keponakan Sanna. Lalu siapakan ayah Sanjaya? Dalam hal ini prasasti Canggal hanya menyebut ibu Sanjaya yaitu Sannaha yang dijelaskan di dalam prasasti saudara perempuan Sanna. Sedang siapa ayahnya tidak disebutkan.

Apakah ia seorang raja atau bukan? Yang pasti, berdasar prasasti Canggal, Sanna merupakan raja yang berkuasa sebelum Sanjaya. Selanjutnya silsilah Sanna dan Sanjaya juga disebut dalam cerita Parahyangan. Bagimana silsilah Sanjaya berdasar prasasti Canggal dan Cerita Parahyangan? Bagan berikut akan mengulas persoalan ini.

Silsilah raja Sanjaya diolah berdasar prasasti Canggal dan Cerita Parahyangan.Dokpri
Silsilah raja Sanjaya diolah berdasar prasasti Canggal dan Cerita Parahyangan.Dokpri

Mencermati bagan tersebut dapat diketahui bahwa berdasar prasasti Canggal, Sanjaya adalah anak Sannaha. Namun tidak dijelaskan siapa ayahnya. Namun berdasar Cerita Parahyangan, Sanjaya adalah anak Sannaha dengan Sanna. Padahal, nama Sanna dalam prasasti Canggal disebut sebagai saudara Sannaha (ibu Sanjaya). Sehingga Sanna dan Sannaha adalah kakak beradik (saudara kandung). 

Namun berdasar cerita Parahyangan, Sanna dan Sannaha adalah saudara kandung yang berasal dari ayah yang sama, namun berbeda ibu. Ayah Sanna dan Sannaha sama yaitu Mandiminyak.  Sanna terlahir dari Mandiminyak dengan ibu bernama Pwah Rababu, Sannaha terlahir dari Mandiminyak dengan ibu bernama Parwati. Mandiminyak adalah anak laki-laki Raja Galuh. Sedang Parwati adalah anak perempuan Ratu Sima penguasa kerajaan Kalingga. Selanjutnya ratu Sima adalah anak pendeta Sriwijaya. Sementara itu suami Ratu Sima yang bernama Kartikejasima adalah anak saudara ratu kerajaan Sribuja yang berpusat di Palembang.

Dengan demikian berdasar cerita Parahyangan, Sanjaya dari garis Sanaha adalah buyut Ratu Sima dan Kartikejasinga yang keduanya berasal dari darah penguasa wilayah Sumatra. Sedang Sanjaya dari garis Sanna adalah cucu raja Galuh yang bernama Wreti Kandayun.

Masih berdasar cerita Parahyangan, baik dari garis ayah maupun ibu, Sanjaya adalah keturunan para penguasa kerajaan di Jawa. Kerajaan Galuh berada di Jawa Barat, Kalingga berada di Jawa Tengah. Dalam prasasi Canggal siapa bapaknya memang tidak dijelaskan. Dijelaskan Ia (Sanjaya) menjadi raja menggantikan Sanna yang meninggal. Jika berdasar cerita Parahyangan, yang pasti perkawinan Sanna dan Sannaha adalah Inces (terlarang). Sebab mereka berasal dari ayah yang sama, walupun ibunya berbeda. Dengan pertimbangan tersebut, maka sangat logis apabila dalam prasasti Canggal, Sanjaya menyebut anak Sanaha (saudara perempuan Sanna). Dengan pernyataan tersebut maka secara garis keturunan lebih jelas, walaupun status hubungan Sanna dan Sanjaya adalah keponakan.

Maka kesimpulan yang dapat diambil lebih didasarkan pada prasasti Canggal, sebab itu bukti tertulis. Berdasar prasasti tersebut bahwa saat itu sistem pemerintahan yang dijalankan adalah kerajaan, dengan Sanna sebagai raja dan dilanjutkan Sanjaya setelah Sanna meninggal. Mengingat sudah berbentuk kerajaan, tentu sistem birokrasi sudah dijalankan. Sistem ini yang mengatur alur komando dari atas sampai kepada masyarakat di tingkat sosial paling kecil (desa?). Sartono Kartodirjo,dkk, menjelaskan ada beberapa pejabat setelah raja. Para pejabat tersebut antara lain i hino, i halu dan i sirikan. Para pejabat tersebut adalah pejabat tinggi kerajaan. Maka pada umumnya mereka adalah putra mahkota atau setidaknya keluarga raja. Merekalah yang melanjutkan kebijakan raja kepada para pejabat di bawahnya.

Seperti diuraikan di atas ada para pejabat di bawah kerajaan yang disebut dengan rakai/samgat yang menjadi kepala wilayah watak yang disebut watak. Mereka adalah pejabat secara struktural di bawah kendali raja. Namun mereka mempunyai kekuasaan yang bersifat otonom. Sehingga peran sosial, ekonomi dan politik mereka juga sangat kuat. Secara hirarki sistem pemerintahan Mataram Kuno dapat dilihat pada bagan berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun