Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Peradaban Hindu di Magelang: Membaca Warta Magelang dari Prasasti Tukmas

6 Mei 2024   17:29 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:59 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermula dari sistem tersebut mereka akhirnya mengenal jenis-jenis hewan yang dapat digunakan untuk membantu petani mengolah tanah (membajak). Selanjutnya mereka juga mengenal cara memelihara hewan-hewan peliharaanya (sapi maupun kerbau, dll) dengan cara membuat kendang maupun jenis lainnya. Barangkali sistem inilah yang menjadi cikal bakal sistem peternakan yang dikembangkan masyarakat pada masa-masa berikutnya. Alat atau teknologi pertanian seperti bajak, cangkul, dll merupakan pengembangan sistem ekonomi yang dikembangkan oleh masyarakat Magelang (khususnya Dusun Dakawu sekitarnya).

c) Kehidupan Agama

Seperti diuraikan di atas bahwa prasasti Tukmas berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa. Selain itu juga terdapat gambar cakra, kendi, bunga tanjung, trisula yang semua itu merupakan ciri-ciri yang melekat pada dewa Siwa.

Maka berdasar isi prasasti Tukmas dapat diketahui bahwa pada saat itu (abad V M/6M/7 M) agama Hindu sudah ada dan berkembang di wilayah Magelang. Maka tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa di Magelang pada saat itu sudah ada komunitas yang beragama Hindu. Sebab sulit rasanya dipahami apabila prasasti Tukmas menandakan ciri-ciri agama Hindu, masyarakatnya belum atau bahkan beragama selain Hindu.

Maka dapat dipastikan bahwa prasasti Tukmas memperjelas bahwa masyarakat Magelang pada abad 5 M/6 M/7 M sudah beragama Hindu. Mungkinkah Dusun Dakawu juga sudah beragama Hindu pada saat itu? Kiranya tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa masyarakat Dakawu dan sekitarnya juga sudah beragama Hindu (setidaknya sudah ada sebagian masyarakat beragama Hindu). Dengan adanya komunitas Hindu di wilayah Dakawu sekitarnya inilah, sumber mata air Tukmas dapat dijaga dan dijadikan sebagai sumber ekonomi maupun tempat yang disakralkan (disucikan).

Oleh sebab itu agama Hindu pada saat sebelum ditulisnya prasasti Tukmas sudah ada di wilayah Magelang (khususnya di Dusun Dakawu sekitarnya). Justru dengan dikeluarkannya prasasti Tukmas makin memperkuat keberadaan masayarakat penganut Hindu di wilayah tersebut. Dengan demikian tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa agama Hindu sudah tumbuh serta berkembang di Magelang (khususnya Dusun Dakawu sekitarnya) sebelum dikeluarkan prasasti Tukmas. Keluarnya prasasti Tukmas sekali lagi, makin memperjelas perkembangan agama Hindu di Magelang (khususnya Dusun Dakawu sekitarnya).

Seperti diketahui bahwa masuknya agama Hindu di Indonesia secara umum telah memunculkan beberapa teori yaitu teori Waisya (kaum waisya berdagang sampai Indonesia sambil menyebarkan agama Hindu, teori Sudra yaitu kaum sudra mengikuti jejak waisya juga berdagang sampai Indonesia sambil menyebarkan agama Hindu), dan teori brahmana yaitu kaum brahmana yang menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Sebab mereka yang mempunyai keahlian bahasa sansekerta dan huruf Palawa, dan  teori ksatria yaitu kaum ksatria/tentara yang membantu konflik yang terjadi antar kelompok di Indonesia, kemudian menyebarkan agama Hindu, serta teori arus balik yaitu para pemuda Indonesia yang belajar Hindu di India, selanjutnya  disebarkan kembali di Indonesia. 

Lepas dari beberapa teori tersebut, Magelang sudah mengalami proses interaksi dengan orang-orang India baik langsung maupun tidak langsung pada abad V M/6 M/7 M.  Hal tersebut menunjukkan pada masa itu (bahkan bisa sebelum abad itu) sudah terjadi proses "penghinduan" baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses tersebut tidak mustahil mendorong munculnya sekelompok masyarakat yang beragama Hindu yang memilih di wilayah sekitar sumber mata air Tukmas. Sekali lagi, tidak mustahil merekalah yang awal mula menemukan sumber mata air Tukmas tersebut.

d)Kehidupan Politik (Pemerintahan)

Sistem politik berkaitan dengan kekuasaan atau sistem pemerintahan. Maka pemerintahan merupakan salah satu bentuk sistem politik yang selalu digunakan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Berdasar pada prasasti Tukmas dapat diketahui bahwa sistem politik bagi penguasa saat itu adalah kerajaan. Hal ini diketahui dari bahasa Sansekerta dan huruf Palawa yang merupakan pengaruh India (Hindu) yang dalam pemerintahan menerapkan sistem kerajaan. Dengan demikian raja merupakan pemimpin tertinggi yang mengambil semua kebijakan.

Berdasar pada prasasti Tukmas, maka tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa Magelang pada abad V M/6 M/7 M sudah terpengaruh dengan sistem kerajaan atau setidaknya berada dalam kekuasaan kerajaan yang bercorak Hindu. Namun pada perkiraan angka tahun prasasti Tukmas, dapat dipastikan di Magelang (Jawa Tengah pada umumnya) belum ada kerajaan. Sebab periode abad VI M kerajaan Hindu yang ada di Nusantara adalah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Taruma Negara di Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun