Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Peradaban Hindu di Magelang: Membaca Warta Magelang dari Prasasti Tukmas

6 Mei 2024   17:29 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:59 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari isi prasasti Tukmas tersebut, secara sosial masyarakat Magelang tidak mustahil sudah melakukan interaksi sosial dengan masyarakat luar (India). Sebab Bahasa Sansekereta dan huruf Palawa adalah budaya yang melekat dengan masyarakat India (khususnya Hindu). Melalui jalinan interaksi baik langsung maupun tidak tersebut, akhirnya sumber mata air di Dusun Dakawu mendapat perhatian penguasa (raja?) untuk dikeluarkan prasasti sebagai bentuk perhatian terhadap tempat yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.

Sebagai bagian dalam kehidupan sosial, mereka juga mengenal adanya organisasi sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama. Organisasi sosial yang dikembangkan akhirnya memunculkan bentuk atau sistem sosial yang disepakati sebagai bagian dalam kehidupan bersama yang secara turun temurun mewarisi nilai-nilai sosial generasi terdahulu. Mereka hidup dalam satu kesatuan sosial yang sama serta menempati suatu wilayah yang sama. Dalam perkembangannya wilayah yang ditempati (tempat tinggal) berada dalam wilayah administrasi yang terbentuk secara structural dari bawah sampai ke atas.

b)Kehidupan Ekonomi

Bersamaan dengan aktivitas sosial yang dilakukan, manusia pasti melakukan aktivitas ekonomi. Sebab melalui aktivitas tersebut manusia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan primernya. Demikian juga masyarakat Magelang pada abad 5 M/6 M/7 M, mereka selain melakukan aktivitas sosial, tentu berusaha juga melakukan aktivitas ekonomi.

Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian (bercocok tanam). Oleh sebab itu mereka membutuhkan lahan yang dekat dengan sumber mata air. Maka tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa sumber mata air Tukmas adalah bukti kecermatan masyarakat Magelang pada saat itu dalam menemukan solusi kehidupan ekonominya berupa sumber mata air. Langkah cermat warga tersebut (sekali lagi) akhirnya terdengar oleh penguasa saat itu, sehingga akhirnya memerintahkan membuat prasasti Tukmas. Dalam perkembangannya mereka juga mengembangkan ekonomi industri sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan pada akhirnya mereka mengenal kegiatan ekonomi perdagangan.

Mencermati sistem ekonomi Magelang berdasar prasasti Tukmas, lebih mengarahkan kepada kita pada sistem ekonomi pertanian. Sebab isi prasasti Tukmas yang paling pokok adalah penghormatan atau penyucian sumber mata air yang alirannya besar yang dianalogkan dengan sungai Gangga di India. Oleh sebab itu selain air tersebut digunakan sebagai ritual pada saat tertentu, juga digunakan masyarakat untuk mengaliri lahan pertaniannya. 

Dalam perkembangannya, memunculkan upaya untuk menggunakan hewan guna membantu masyarakat mengolah lahan pertanian. Maka mereka mulai melakukan identifikasi jenis-jenis hewan yang dapat difungsikan untuk membajak (mengolah tanah pertanian) seperti lembu maupun kerbau.

Sumber: repro dari kaskus.co.id
Sumber: repro dari kaskus.co.id
Hewan seperti sapi maupun kerbau dipilih sebagai jenis hewan yang dapat membantu masyarakat mengolah lahan pertanian. Berangkat dari kegiatan tersebut, akhirnya masyarakat mengenal sistem ekonomi peternakan yaitu cara untuk memelihara hewan-hewan ternak agar dapat meningkatkan sumber perekonomian maupun kebutuhan gizi. 

Selanjutnya dari langkah tersebut masyarakat mengenal cara memelihara hewan ternak seperti membuat kandang maupun cara memanfaatkan di lahan pertanian yang dimiliki. Temuan alat atau teknologi untuk membajak tanah dilatarbelakangi oleh aktivitas tersebut.

Hamparan sumber mata air di lokasi prasasti Tukmas. Dokpri
Hamparan sumber mata air di lokasi prasasti Tukmas. Dokpri

Oleh sebab itu berdasar prasasti Tukmas kita dapat mengintepretasi tentang kehidupan ekonomi masyarakat Magelang pada saat itu. Setidaknya dapat diilustrasikan bahwa masyarakat pada saat itu sudah hidup dari bercocok tanam. Sebab pada umumnya masyarakat membangun kehidupan, selalu berorientasi pada sumber mata air. Sehingga tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa masyarakat Magelang telah mengenal sistem ekonomi agraris dalam bentuk bercocok tanam pada abad V M atau abad VI -VII M dengan menjadikan sumber mata air Tukmas sebagai sentra sistem pengariran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun