Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Peradaban Hindu di Magelang: Membaca Warta Magelang dari Prasasti Tukmas

6 Mei 2024   17:29 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:59 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan Prasasti Tukmas yang ditulis di batu besar masih berada di tempat penemuannya. Dokpri.

Berdasar terjemahnya dapat diketahui bahwa di Dusun Dakawu (dahulu Tukmas)  terdapat sumber mata air yang besar dan bermanfaat secara ekonomi maupun ritual.    Di tempat itu terdapat sumber mata air jernih dan dingin yang disucikan.  Dijelaskan bahwa aliran mata airnya dianggap seperti aliran sungai Gangga yang ada di India. Sumber air tersebut sampai sekarang tidak pernah kering (walaupun pada musim kemarau sekalipun).

Penulis saat melakukan observasi di lokasi sumber mata air Tukmas saat kemarau tahun 2023. Dokpri
Penulis saat melakukan observasi di lokasi sumber mata air Tukmas saat kemarau tahun 2023. Dokpri

Bahkan menurut penuturan salah satu petugas PDAM yang berjaga, pada musim kemarau sumber mata air malah besar. Pada musim hujan debit air hanya biasa saja.  Sumber mata air tersebut tidak pernah kering sepanjang waktu.

Prasasti Tukmas setidaknya memberikan warta kepada kita tentang berbagai bidang kehidupan yang tumbuh dan berkembang di Magelang pada abad tersebut, baik warta sosial, ekonomi, agama maupun politik.  Prasasti tersebut sekaligus membuktikan bahwa Magelang sudah ada sejak abad V M (Sartono Kartodirjo) atau abad VI-VII M (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah). Ulasan yang bersifat ilustratif diuraikan sebagai berikut:

a) Kehidupan sosial

Kondisi kehidupan sosial masyarakat tidak bisa dilepaskan dengan tempat tinggal yang dibangun. Secara ilustratif, masyarakat menata dan memilih tempat tinggal selalu berorientasi pada pusat sumber mata air. Hal ini juga terjadi di peradaban kuno seperti Mesopotamia sebagai berkah sungai Eugrat dan Tigris, India sungai Gangga maupun Mesir yang oleh Herodotus (sejarawan Yunani) sebagai hadiah sungai Nil.

Demikian juga keberadaan sumber mata air di Tukmas. Sebab airlah yang menjadi kebutuhan mendasar baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mata pencaharian. Melalui tempat tinggal tersebut masyarakat membangun organisisi sosial yang diperlukan. Selanjutnya mereka menyepakati tata nilai dan norma yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sosial sehari-hari. Nilai dan norma tersebut akhirnya menjadi identitas masyarakatnya. Belum lagi ketika masyarakat menngunakan bahasa sebagai sarana interaksi sosial.  

Dalam perkembangannya mereka juga bersepakat menentukan siapa yang menjadi pemimpin atau tokoh bagi masyarakat. Berpangkal dari hal tersebut, pada akhirnya muncul pemerintahan desa atau wilayah tertentu yang setingkat atau di bawahnya.

Oleh sebab itu tidak berlebihan bila dijelaskan bahwa sudah terdapat suatu "kampung" atau wilayah sosial yang ditempati masyarakat di sekitar sumber mata air Tukmas. Pemilihan tempat tinggal di sekitar sumber mata air sebagai bentuk kecerdasan dan kepekaan masyarakat yang dikembangkan dan dimiliki masyarakat. Melalui pengembangan intuisi maupun pengetahuan dan pengalaman, mereka akhirnya menemukan sumber mata air Tukmas. Mungkinkan dusun Dakawu Desa Lebak Kecamatan Grabak sekarang sudah ada sejak abad V M/6 M/7 M?

Melalui intepretasi yang spekulatif-ilustratif, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Dusun Dakawu (Tukmas) dan sekitarnya sudah ada sejak periode tersebut. Alasan mendasarnya adalah apakah dengan adanya sumber mata air yang sebesar itu hanya dijangkau oleh masyarakat yang berasal dari daerah yang jauh? Kiranya tidak mungkin. Jawaban yang paling mungkin adalah ada masayarakat yang bertempat tinggal didekat sumber mata air (relative dekat) sebagai sumber kehidupan mereka. Bahkan sangat logis bahwa yang menemukan sumber mata air tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal tidak jauh dari sumber mata air.

Secara berkesinambungan melalui lisan antar warga akhirnya keberadaan sumber mata air Tukmas dikenal luas oleh masyarakat. Sehingga pada saat tertentu (kemarau khususnya) masyarakat yang berasal dari jauh berusaha memeproleh air dari sumber mata air tersebut. Akhirnya berita sumber mata air tersebut terdengar oleh pihak peguasa politik. Sehingga tidak mustahil akhirnya pemimpin mereka (raja?) memerintahkan agar ditulis prasasti di sumber mata air Tukmas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun