Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Hal Ini Perlu Dilakukan agar Halal Bi Halal Raih Esensi, Tidak Terjebak Sekedar Selebrasi

23 April 2024   19:42 Diperbarui: 25 April 2024   05:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan halal bi halal sudah menjadi budaya masyarakat kita. Baik masyarakat desa maupun kota, masyarakat biasa sampai lembaga. Semua melakukan kegiatan halal bi halal karena dianggap mempunyai banyak makna. Bahkan sudah muncul fenomena, walaupun kegiatan tersebut bermuara dari ibadah Islam (hari raya idul fitri), namun sudah tidak lagi menjadi monopolinya orang Islam saja. Bahkan kepanitiaanpun ada juga yang diprakarsai saudara kita yang kristiani atau yang lainnya. Oleh sebab itu, kegiatan halal bi halal di masyarakat tidak sedikit juga diikuti oleh semua warga tanpa melihat etnis maupun agamanya. Semua sekat-sekat identitas tersebut seakan lebur dalam kegiatan yang bernama halal bi halal.

Orientasikan pada Esensi Jangan Semata-mata Selebrasi

Kegiatan halal bi halal hendaknya diadakan untuk tidak lepas dari esensi, jangan sampai terjebak pada selebrasi. Sebab kegiatan halal bi halal bermuara dari kegiatan idul fitri, bukan dari ekspresi seni maupun budaya masyarakat semata. Oleh sebab itu hendaknya tidak kehilangan esensinya. Terus, apa esensi yang harus menjadi orientasi pada kegiatan halal bi halal? Jawabnya tentu tidak bisa lepas dari peristiwa yang melatarbelakangi kegiatan halal bi halal yaitu hari raya idul fitri. Inti idul fitri adalah kembali suci (tidak ada dosa seperti bayi). Agar bisa Kembali ke suci, saling memaafkan menjadi sarana yang harus dijalani. Maka saling memaafkan adalah hal esensial yang semestinya ditonjolkan pada kegiatan halal bi halal. Untuk menjabarkan hal tersebut, maka kegiatan halal bi halal hendaknya melakukan aktivitas sebagai berikut:

1) Tilawah Al Qur'an

Dalam kegiatan halal bi halal, tilawah Al Qur'an hendaknya dijadikan agenda awal seremonial. Tujuanya antara lain agar kegiatan yang akan diselenggarakan tetap berorientasi untuk mendapat ridha Allah SWT. Agar suasana bisa khitmad, pembawa acara sebaiknya mengingatkan agar selama pembacaan ayat suci Al Qur'an hadirin dimohon tidak berbicara. Tujuannya agar semua yang hadir mendapat hikmah dari ayat suci yang dibacakan. Hal ini penting dilakukan agar sejak awal kegiatan halal bi halal berada dalam jalur esensinya.

2) Seremonial Ikrar permohonan maaf dari yang muda kepada yang tua dan sebaliknya

Ikrar permohonan maaf yang muda kepada yang tua atau sebaliknya adalah simbolisasi bahwa siapapun kita (muda atau tua) tidak ada yang terlepas dari salah dan dosa. Maka sebaiknya kegiatan tersebut sebaiknya dijadikan agenda awal. Seremonial ini penting bagi sekelompok orang yang sering apalagi terus menerus berinteraksi dalam keseharian. Sehingga seremonial ikrar permohonan maaf (halal bi halal) menjadi simbolisasi terbukanya pintu maaf antara yang tua kepada yang muda atau sebaliknya.

Keterangan: yang wajib diingat, ikrar permohonan maaf adalah pernyataan permohonan maaf atas kesalahan yang diperbuat (bukan kata sambutan). Jadi simple saja, jangan berpanjang kalimat.  

3) Berjabat tangan antar warga untuk saling memaafkan

Berjabat tangan itu bisa menghapus dosa ketika diniati demikian. Oleh sebab itu pada kegiatan halal bi halal, seremonial tentang jabat tangan sebaiknya dilakukan. Mengingat ada yang laki maupun perempuan, sebaiknya juga dipisah. Sebab jabat tangan lawan jenis yang bukan makrom tidak dianjurkan.  Saat jabat tangan ini, harus ada kesadaran untuk saling memaafkan satu dengan yang lain. Berjabat tangan memang dibuat seremonial, namun pada saat jabat tangan harus ada kesadaran pada diri kita untuk bisa saling memaafkan, mumpung bisa ketemu bersama.

Apakah meminta maaf hanya pada acara halal bi halal? Tentu tidak. Namun masyarakat menjadikan kegiatan halal bi halal sebagai momen saling memaafkan. Sehingga halal bi halal dianggap mempunyai moment yang special untuk saling memaafkan.

4) Uraian hikmah Halal bi halal

Hikmah halal bi halal juga perlu ada. Mengingat acara ini adalah acara siraman rohani, nasihat kebaikan, pemaparan dan penjabaran ayat suci Al Qur'an, maka kegiatan ini menjadi salah satu esensi kegiatan halal bi halal. Agar acara ini bisa berjalan khidmat, maka pembawa acara juga mengingatkan agar semua hadirin tidak berbicara selama uraian hikmah disampaikan. Hal yang tidak kalah pentingnya, pembicara juga diberi durasi waktu yang tidak terlalu lama. Sehingga hadirin juga tidak jenuh selama mendengarkan. Panitia juga harus berpesan kepada pembicara agar materinya sesuai tema. Sebab yang terjadi selama ini, ada tulisan A, namun pembiacara menyampaikan materi B.

Empat hal tersebut yang sebenarnya menjadi esensi kegiatan halal bi halal. Sehingga perlu menjadi renungan bersama bagi pelaksana kegiatan halal bi halal. Sehingga kegiatan dapat berorientasi pada esensinya.

5) Selingan

Acara selingan juga perlu diadakan. Namun harus diingat jangan sampai acanya lebih berorientasi pada "selebrasi". Sebab jika terjadi demikian akan mengaburkan nilai-nilai halal bi halal. Oleh sebab itu perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  • Selingan agar mempertimbangkan durasi waktu. Agak kurang pas jika waktu selingan justru jauh melebihi waktu kegiatan inti.
  • Selingan sebaiknya tidak menguras anggaran yang besar.
  • Selingan agar mendukung pemahaman terhadap esensi halal bi halal
  • Sebaiknya diisi oleh anak-anak atau remaja setempat
  • Acara selingan yang simple saja

Sebaiknya acara 1 s.d. 4 dilaksanakan lebih awal, acara terakhirnya selingan. Tujuanya agar sejak awal fokus pada orientasi pencapaian nilai dan esensi kegiatan halal bi halal.  Sebab kegiatan halal bi halal adalah kegiatan yang mempunyai pesan kuat pada terbukanya pintu hati manusia untuk saling memaafkan. Harapan ideal yang diinginkan adalah guyub rukun di tengah perbedaan yang ada. Dan munculnya budaya saling memaafkan sesama keluarga besar apakah masyarakat ataupun lembaga. Jadi, kegiatan selinganya yang secukupnya saja, tidak berlebihan baik tampilan, dana, makan  maupun acaranya. Sehingga selebrasinya tidak menjadi orientasi, namun tetap berorientasi pada esensi. Matur nuwun. Nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun