Kegiatan halal bi halal sudah menjadi budaya masyarakat kita. Baik masyarakat desa maupun kota, masyarakat biasa sampai lembaga. Semua melakukan kegiatan halal bi halal karena dianggap mempunyai banyak makna. Bahkan sudah muncul fenomena, walaupun kegiatan tersebut bermuara dari ibadah Islam (hari raya idul fitri), namun sudah tidak lagi menjadi monopolinya orang Islam saja. Bahkan kepanitiaanpun ada juga yang diprakarsai saudara kita yang kristiani atau yang lainnya. Oleh sebab itu, kegiatan halal bi halal di masyarakat tidak sedikit juga diikuti oleh semua warga tanpa melihat etnis maupun agamanya. Semua sekat-sekat identitas tersebut seakan lebur dalam kegiatan yang bernama halal bi halal.
Orientasikan pada Esensi Jangan Semata-mata Selebrasi
Kegiatan halal bi halal hendaknya diadakan untuk tidak lepas dari esensi, jangan sampai terjebak pada selebrasi. Sebab kegiatan halal bi halal bermuara dari kegiatan idul fitri, bukan dari ekspresi seni maupun budaya masyarakat semata. Oleh sebab itu hendaknya tidak kehilangan esensinya. Terus, apa esensi yang harus menjadi orientasi pada kegiatan halal bi halal? Jawabnya tentu tidak bisa lepas dari peristiwa yang melatarbelakangi kegiatan halal bi halal yaitu hari raya idul fitri. Inti idul fitri adalah kembali suci (tidak ada dosa seperti bayi). Agar bisa Kembali ke suci, saling memaafkan menjadi sarana yang harus dijalani. Maka saling memaafkan adalah hal esensial yang semestinya ditonjolkan pada kegiatan halal bi halal. Untuk menjabarkan hal tersebut, maka kegiatan halal bi halal hendaknya melakukan aktivitas sebagai berikut:
1) Tilawah Al Qur'an
Dalam kegiatan halal bi halal, tilawah Al Qur'an hendaknya dijadikan agenda awal seremonial. Tujuanya antara lain agar kegiatan yang akan diselenggarakan tetap berorientasi untuk mendapat ridha Allah SWT. Agar suasana bisa khitmad, pembawa acara sebaiknya mengingatkan agar selama pembacaan ayat suci Al Qur'an hadirin dimohon tidak berbicara. Tujuannya agar semua yang hadir mendapat hikmah dari ayat suci yang dibacakan. Hal ini penting dilakukan agar sejak awal kegiatan halal bi halal berada dalam jalur esensinya.
2) Seremonial Ikrar permohonan maaf dari yang muda kepada yang tua dan sebaliknya
Ikrar permohonan maaf yang muda kepada yang tua atau sebaliknya adalah simbolisasi bahwa siapapun kita (muda atau tua) tidak ada yang terlepas dari salah dan dosa. Maka sebaiknya kegiatan tersebut sebaiknya dijadikan agenda awal. Seremonial ini penting bagi sekelompok orang yang sering apalagi terus menerus berinteraksi dalam keseharian. Sehingga seremonial ikrar permohonan maaf (halal bi halal) menjadi simbolisasi terbukanya pintu maaf antara yang tua kepada yang muda atau sebaliknya.
Keterangan: yang wajib diingat, ikrar permohonan maaf adalah pernyataan permohonan maaf atas kesalahan yang diperbuat (bukan kata sambutan). Jadi simple saja, jangan berpanjang kalimat. Â
3) Berjabat tangan antar warga untuk saling memaafkan
Berjabat tangan itu bisa menghapus dosa ketika diniati demikian. Oleh sebab itu pada kegiatan halal bi halal, seremonial tentang jabat tangan sebaiknya dilakukan. Mengingat ada yang laki maupun perempuan, sebaiknya juga dipisah. Sebab jabat tangan lawan jenis yang bukan makrom tidak dianjurkan. Â Saat jabat tangan ini, harus ada kesadaran untuk saling memaafkan satu dengan yang lain. Berjabat tangan memang dibuat seremonial, namun pada saat jabat tangan harus ada kesadaran pada diri kita untuk bisa saling memaafkan, mumpung bisa ketemu bersama.