Hidup itu pilihan. Kitalah yang mempunyai otoritas untuk memilihnya. Namun manusia memperoleh bekal anugerah yang paling lengkap dibanding maklhuk ciptaan yang lain, malaikat sekalipun. Maka selain perlu keberanian juga memerlukan pemahaman tentang apa yang akan dan sedang dipilihnya. Secara khusus ketika dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama baiknya.
Dilansir dari https://langit7.id, Ustad Adi Hidayat menjelaskan orang saleh berbeda dengan orang muslih. Jika muslih mengajak kebaikan kepada orang lain, maka orang saleh menjadi baik untuk kepribadiannya sendiri.
Maka perbedaan antar keduanya tidak saja mengulas tentang karakteristiknya, namun juga berkaitan dengan proses dan respon masyarakat hari ini dan berikutnya. Secara proses orang yang ingin menjadi saleh, dia harus berjuang melawan aspek-aspek kerpibadiannya yang tidak produktif.Â
Misal malas, tidak sabar, hanya melakukan sesuatu sesaat (sulit bisa rutin), dll. Sedang seorang muslih harus ada  keberanian, siap menghadapi cemoohan bahkan teror, harus ulet, tidak boleh berputus asa, dan mempunyai ketahanan emosional yang baik. Sebab seorang yang berpredikat muslih selalu menghadapi tantangan dan ujian yang lebih berat dibanding menjadi orang saleh.  Semua bentuk ujian dan tantangan lebih bersifat eksternal (respon orang lain menerima ajakan kebaikan yang dilakukan).
 Harus pilih mana?
Inilah pertanyaan mendasar tentang pilihan dalam kehidupan kita. Sebelum dijawab mari kita merenung sejenak dengan pertanyaan berikut. Akankah hidup ini berjalan selamanya? Pertanyaan ini sepakat kita jawab tidak mungkin. Sebab semua yang hidup akan mati. Jadi kematian itulah yang akan mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia.Â
Pertanyaan berikutnya adalah, Apa yang kita butuhkan  setelah kita mati? Tentu kita menjawab dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama masih hidup. Dalam hal ini bagi kita yang beragama Islam diingatkan oleh rasululloh Muhammad SAW dengan sabdanya.
Dari hadits di atas dapat diketahui ada tiga hal yang nanti bisa dijadikan pembela manusia setelah meninggal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh. Tigah al ini bisa dikatakan sebagai pilar keberhasilan seseorang yang di masa hidup bisa mewujudkannya.
Tiga hal di atas kiranya dapat dijadikan alasan untuk menjawab, mau pilih menjadi orang saleh atau menjadi orang muslih. Kalau orang saleh kiranya tidak perlu mengeluarkan sedekah, menyampaikan ilmu yang dimiliki, maupun berusaha agar anaknya bisa menjadi anak yang saleh. Sebab cukup seseorang beribadah saja, yang penting hatinya tenang, jiwanya merasa bahagia.Â
Ketika orang melakukan tiga hal tersebut bisa saja mendapat respon yang beragam dari orang lain. Bisa sanjungan, bisa juga cibiran, cemoohan, dll. Belum lagi saat kita mau mengajak orang lain berada di jalan benar, pasti mendapat tantangan yang lebih besar. Akan lebih besar dan hebat lagi ketika kita berusaha mengingatkan orang lain yang berbuat salah.
Sekali lagi, semua hal tersebut dipersilakan kepada kita untuk memilihnya. Yang pasti di akhirat kelak semua manusia akan dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan status dan peran masing-masing selama hidup di dunia. Tugas kita adalah meniati semua kebaikan yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan ridha dan karunia Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H