Ramadan adalah bulan penuh berkah. Kehadiranya ditunggu jutaan umat muslim di seluruh dunia. Ramadan hadir memberikan kesempatan bagi orang yang beriman yang ingin menyucikan diri dan mencerdaskan hati. Pendek kata Ramadan memberikan kesempatan orang beriman "mencari" mutiara ukhrowi yang masih banyaj dan perlu digali.
Cerdas hati dalam kehidupan adalah kunci. Sebab kondisi demikian akan menuntun seseorang dapat merasakan diri maupun yang orang lain rasakan. Maka kecerdasan hati yang dimiliki akan mewujudkan kehidupan harmoni baik duniawi-ukhrowi maupun yang bersifat personalitas-kolektivitas.
Ramadan dengan berbagai keistimewaan yang dimiliki menjadi momen tidak saja tepat namun juga strategis untuk mencerdaskan hati. Mengapa? Sebab proses ibadah bulan ramadan mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan tata kelola hati. Ingin makin dekat dengan Allah, ingin menjadi orang jujur, tidak mudah marah, gemar bersedekah, dll. Ramadan dapat dijadikan momen untuk mengasah beberapa ekspresi hati tersebut.
Pendek kata, ramadan menyimpan sejuta misteri yang berkaitan dengan tata kelola untuk cerdaskan hati. Â Hanya orang yang mau mencari dengan kesungguhan yang akan mampu menyingkap sejuta misteri di bulan suci ini. Ramadan adalah bulannya orang-orang yang ingin mencerdaskan hati.
Ciri-ciri Hati Cerdas
Banyak teori dan tokoh yang mengemukakan ciri-ciri hati yang cerdas. Namun pada tulisan sederhana ini, penulis ingin mengajukan pemahaman penulis tentang ciri-ciri hati yang cerdas.
1) Menjalankan ibadah Â
Salah satu ciri hati yang cerdas adalah adanya kesadaran diri sebagai ciptaan Allah SWT. Sehingga berjuang untuk tetap menjalankan perintah-Nya (ibadah). Kesadaran mau beribadah secara tidak langsung menunjukkan dirinya sebagai makhluk yang mau bersujud (menyembah dan merasa rendah dihadapan sang khaliq). Oleh sebab itu selalu menyadari bahwa dirinya banyak kelasahan kepada sang Khaliq. Sehingga secara sadar, hati dan lisannya terus memohon ampunan atas semua dosa yang diperbuat.
2) Mudah minta maaf atas kesalahan yang diperbuat
Manusia selain sebagai makhluk Tuhan juga sebagai makhluk sosial. Dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial, tentu selalu berhubungan dengan banyak orang yang mempunyai banyak karakter. Oleh sebab itu di dalam membangun interaksi sosial, pasti tidak bisa terhindar dari kesalahan yang membuat orang lain kecewa bahkan tersinggung (marah). Kondisi demikian akan memunculkan dua ekspresi hati yaitu mau meminta maaf dan enggan (gengsi/menolak) untuk meminta maaf. Maka hati yang cerdas adalah hatinya orang-orang yang mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan baik itu disengaja maupun tidak.