Jiwa yang bersih adalah visi hidup jangka panjang setiap manusia. Mencapai visi hidup tersebut memerlukan proses panjang dan beraneka ragam cara. Salah satu cara yang dilakukan umat Islam melalui ibadah puasa baik puasa wajib maupun sunah.Â
Puasa sunah yang diajarkan Islam beraneka ragam. Ada puasa Senin-Kamis, puasa Nabi Daud, puasa Arafah,dll. Ada juga perintah puasa yang mempunyai keutamaan bagi umat Islam yaitu puasa Asyura (puasa pada tanggal 10 Muharram).
Waktu berpuasanya berbeda. Namun langkah yang dilakukan dalam puasa apapun (wajib maupun sunah) sama yaitu tidak makan dan minum serta meninggalkan larangan lainnya pada siang hari.Â
Proses menahan lapar dan haus tetap menjadi sarana untuk membersihkan jiwa. Melalui pengendalian kebutuhan biologis tersebut diharapkan berdampak pada pengendalian hawa nafsu.Â
Langkah ini sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ketika hidup manusia dikendalikan oleh hawa nafsunya, cenderung menjerumuskan kehidupan setiap pelakunya. Secara fungsional, puasa Asyura juga masuk ke ranah pengendalian hawa nafsu.
Menyingkap Makna Puasa Asyura
Puasa Asyura (berpuasa tanggal 10 Muharram) adalah perintah, walaupun sifatnya sunah. Oleh sebab itu pasti terdapat keutamaan yang akan diperoleh bagi yang menjalankan perintah tersebut.Â
Seperti perintah puasa yang lain, puasa Asyura juga terdapat keutamaan yang dapat diperoleh. Dari beberapa sumber hadis diperoleh penjelasan keutamaan puasa Asyura dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu.Â
Pertanyaannya, siapa yang akan memperoleh ampunan dosanya setahun yang lalu? Jawabnya adalah orang yang berpuasa bulan Asyura.Â
Pertanyaan berikutnya, benarkah semua yang berpuasa Asyura diampuni dosanya setahun yang lalu? Pertanyaan ini memerlukan pembahasan tersendiri melalui upaya menyingkap makna puasa Asyura.
a) Momentum Awal menjemput Ampunan Allah SWT
Puasa Asyura juga merupakan momentum awal menjemput ampunan Allah SWT di awal tahun. Langkah ini sebagai landasan untuk melakukan proses pembersihan jiwa pada masa-masa berikutnya.Â
Sebab jiwa yang bersihlah yang akan melahirkan hati yang bersih dan lembut. Hati yang lembutlah yang akan mendorong seseorang untuk mengakui dosa dan salah yang pernah dilakukan.
Maka puasa Asyura merupakan momentum awal yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjemput ampunan Allah SWT sebelum memasuki bulan-bulan berikutnya. Ketika proses ini berhasil, maka bulan-bulan berikutnya merupakan momentum untuk mempertahankan ampunan yang telah diperolehnya.
b) Proses penyucian jiwa di awal tahun
Puasa merupakan upaya untuk menyucikan jiwa. Orang yang berhasil menyucikan jiwa ditandai dengan keberhasilan dalam mengendalikan hawa nafsunya. Pengendalian hawa nafsu dikatakan berhasil jika ditandai dengan keberhasilan dalam melembutkan hatinya.Â
Selanjutnya hati yang lembut akan mendorong seseorang untuk melakukan introspeksi tentang kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. Proses inilah yang pada gilirannya mendorong seseorang meminta maaf atas salah dan dosanya kepada sang Khaliq maupun sesamanya.
Puasa Asyura hakikinya merupakan proses penyucian jiwa yang dilakukan umat Islam di awal tahun (menurut kalender Islam). Sehingga langkah ini merupakan proses awal seorang muslim berjuang untuk melembutkan hatinya.Â
Kelembutan hati ini akan menjadi "pusaka" yang strategis untuk menggapai ampunan dari semua salah dan dosa yang pernah dilakukan. Ketika proses ini berhasil diwujudkan dan terus dilaksanakan sampai tahun berikutnya, maka orang tersebut akan memperoleh ampunan dosa-dosanya yang telah dilakukan pada tahun yang lalu.
Mengingat pentingnya jiwa yang sehat, maka umat Islam disunahkan menjalankan puasa tanggal 10 Muharram. Seperti diuraikan di atas, hakikinya puasa adalah pengendalian hawa nafsu.Â
Sebab keberhasilan mengendalikan hawa nafsu akan membawa jiwa yang sehat. Kondisi jiwa yang sehat akan mendorong seorang muslim memperoleh hati yang lembut.Â
Kondisi hati yang lembut akan mendorong seseorang memperoleh petunjuk untuk mudah memberikan ampunan dan mudah untuk meminta ampun atas kesalahan yang telah diperbuat.Â
Hati yang lembut akan menjadi jalan yang dapat mengarahkan hidupnya dapat memilah dan memilih ucapan, perilaku dan tindakan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Proses demikian dapat diperoleh melalui puasa tanggal 10 Muharram.
Muharram adalah bulan awal bagi perjalanan umat Islam menapaki kehidupan sebagai manusia yang penuh salah dan dosa. Perintah puasa Asyura (10 Muharram) merupakan momentum awal menjemput ampunan Allah SWT melalui proses penyucian jiwa dalam aktivitas puasa.Â
Keberhasilan seseorang menyucikan jiwa pada gilirannya akan mendorong seseorang meraih pencerahan jiwanya. Maka barang siapa berpuasa Asyura dengan niat karena Allah SWT dan mampu melakukan proses penyucian jiwanya akan memperoleh pencerahan jiwanya. Seseorang yang berhasil memperoleh pencerahan jiwanyalah yang akan memperoleh ampunan dari dosa-dosa yang telah diperbuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H